SDG Talks 2021: Peran Generasi Muda dalam Menciptakan Pendidikan Indonesia yang Berkualitas
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Semakin hari zaman semakin berkembang. Sudah sepatutnya kita menyadari dan mempersiapkan amunisi untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin dinamis. Pendidikan adalah salah satu wadah untuk membantu kita mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan zaman. Menyikapi hal ini, Tanoto Scholars ITB menyelenggarakan talkshow bertajuk SDG Talk 2021 yang menjadikan pendidikan sebagi topik utamanya, Sabtu (25/9/2021).
SDG Talk 2021 mengangkat tema “Spreading Youth Awareness to Solve Educational Problems in Indonesia” atau singkatnya membahas SDG Goals nomor 4 yakni menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua pada tahun 2030.
Dipandu oleh Jessica Farolan sebagai MC, acara berlangsung sangat interaktif melalui platform zoom dan disiarkan di kanal YouTube TSA ITB. Acara diisi oleh Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota ITB Ir. Teti Armiati Argo, MSE., Ph.D. sebagai pembicara. Selain itu, TSA ITB juga menghadirkan dua generasi muda berprestasi Indonesia yakni Nadhira Nuraini Afifa, MD, MPH., dan Parama Pradana Sutedja, B.Arch.
Di sesi pertama, Teti berkesempatan untuk menyampaikan SDG Goals nomor 4 di Indonesia. Menurutnya, SDG 4 ingin mendorong kita menjadi pribadi yang lebih baik melalui pendidikan. Sehingga pendidikan harus bisa mengarahkan ke sana melalui pendidikan formal dan nonformal. Hal ini karena ide dari SDG 4 menyatakan bahwa pendidikan dapat dilakukan di mana saja.
Sesuai dengan perkembangan zaman, maka kita harus terus catching up untuk terus belajar. Belajar bisa dari siapa pun dan di mana pun karena dengan belajar membuat kita punya amunisi dalam membangun dialog untuk berkomunikasi dengan lingkungan kita.
Harapan Teti kepada generasi muda adalah bisa berkontribusi lebih dalam di bidang pendidikan. Terlebih dalam kondisi pandemi sekarang, di sekitar kita masih ada yang minim kesempatan untuk belajar secara digital. Namun di sisi lain, akses internet yang berlebih justru banyak yang disalahgunakan.
“Skills yang didapat teman-teman saat lulus kuliah masih belum memuaskan padahal 89% kesempatan untuk mendapatkan akses internet,” ungkapnya.
Oleh karena itu sebisa mungkin akses internet dapat mendukung penyaluran bakat kita. Jika potensi generasi muda termaksimalkan, maka tujuan SDG 4 ini akan tercapai yakni pendidikan yang menjadikan kita bertransformasi menuju pribadi yang lebih baik.
“Kalau kita merencanakan 1 tahun tanamlah padi karena dalam 1 tahun padi sudah panen. Kalau kita merencanakan 1 dekade tanamalah pohon karena dalam 10 tahun pohon sudah tumbuh dan melindungi kita. Kalau kita merencanakan seumur hidup didiklah masyarakat di sekitar kita,” ujar Teti sebagai kalimat penutup di sesi pertama.
Sesi selanjutnya dilanjutkan oleh perbincangan hangat bersama dua generasi muda berprestasi Indonesia yakni Nadhira Nuraini Afifa, MD, MPH., dan Parama Pradana Sutedja, B.Arch. Dikenal sebagai content creator ternyata keduanya juga memiliki riwayat pendidikan yang sangat menginspirasi. Nadhira merupakan lulusan Master of Public Health Harvard University dan Parama sedang menjalankan pendidikan Master Architecture Harvard University.
Pada kesempatan ini, keduanya saling berbagi pengalaman dan tips sukses kuliah di luar negeri. Menurut Parama untuk menggapai cita-cita, kita membutuhkan sosok mentor yang kompeten dan mau membantu. Selain membantu mengarahkan menuju cita-cita, kita juga dapat membangun network yang luas dan membuka pikiran kita lebih jauh.
“Apa yang kalian lakukan sekarang akan berdampak pada masa depan. Sebagai anak muda, kita harus menyesuaikan diri ke diri kita masing-masing. Fokus ke jalan kalian dan mulai membentuk jalan itu,” ucap Parama untuk memotivasi partisipan yang hadir.
Nadhira menambahkan, dalam membangun jejaring tidak harus dibangun dengan orang yang bisa kita reach out, tetapi juga bisa coldcall orang random lewat sosial media. Nadhira juga menyarankan kepada generasi muda untuk menemukan lingkaran pertemanan yang saling mempengaruhi dan mendorong.
“Jadi mahasiswa bukan hanya belajar, tapi harus bisa membangun network. Karena soon or later kita akan butuh untuk mencapai pencapaian yang lebih tinggi,” ujar Nadhira.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)