Seminar Herbal Up-Date, Mengupas Kehebatan Obat Herbal Tradisional
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Hari Sabtu, 26 Agustus 2006 Sekolah Farmasi menggelar Seminar Sehari Herbal Up-Date. Seminar ini mengambil tempat di Aula Timur pada pukul 08.00 sampai 15.30 WIB. Seminar yang mengundang dosen dan kalangan industri obat ini bertajuk "Dari Obat Herbal Tradisional Menuju Herbal Biomolekuler".Seperti yang terlihat jelas dari judulnya, seminar ini diadakan untuk memberikan wacana baru mengenai manfaat obat herbal tradisional ditilik dari sisi biologi molekulernya.
Seminar ini menghadirkan pembicara-pembicara handal antara lain L. Broto S. Kardono, PhD., APU, dr. Amarullah Siregar, DiHom., DNMed., M.Sc, PhD., Dr. Asep Gana Suganda dan dr. Rachmi P., Dherb Med., Darom, CIDESCO, CIBTAC.
Seminar ini membahas mengenai konsep biosintesis metabolit sekunder dari tanaman obat, fitogenomik, standarisasi obat herbal di Indonesia dan aromaterapi. Seminar ini memaparkan keunggulan obat herbal tradisional, mulai dari ‘drug design’, teknologi biomolekuler yang dimilikinya sampai regulasi. Seminar dihadiri oleh Dekan Sekolah Farmasi, utusan dari Departemen Kesehatan, utusan-utusan industri obat di Indonesia dan 50 mahasiswa Sekolah Farmasi.
Obat herbal tradisional yang selama ini diturunkan oleh nenek moyang kita turun-menurun seperti kunyit ternyata mengandung manfaat yang luar biasa bagi sistem metabolisme kita. Obat herbal tradisional memiliki keunggulan yang lebih daripada obat biasa, karena memiliki kemampuan untuk dalam memperbaiki aktivitas biomolekuler tubuh. Kemampuan ini ada karena tanaman obat tradisional dapat melakukan biosintesis kombinasi dari senyawa metabolit sekundernya.
Obat herbal tradisional dapat meingkatkan dan memperbaiki ekspresi gen dalam tubuh. Saat ekspresi gen meningkat dan menjadi lebih baik, hormon dan sistem imun tubuh akan bekerja lebih optimal. Seperti yang diutarakan oleh dr. Amarullah, “(Obat—red)Yang dicari bukan mengobati tapi menyembuhkan.†Obat yang terbuat dari bahan kimia biasa tidak memberikan kesembuhan total karena hanya ‘memperbaiki’ beberapa fungsi sistem tubuh. Sebaliknya, obat herbal tradisional memiliki kemampuan memperbaiki keseluruhan sistem, karena bekerja dalam lingkup sel dan molekuler.
Kehebatan obat herbal tradisional bukan tanpa kendala. Regulasi pemerintah mengenai obat herbal tradisional masih belum ada. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat jenis belum merata. Ini terjadi karena sebagian besar dokter di Indonesia masih menggunakan obat yang terbuat dari bahan kimia dan cenderung menyepelekan obat herbal tradisional, seperti jamu. Belum lagi ketidakpercayaan industri obat dan pasien terhadap obat herbal tradisional, karena tidak adanya uji coba klinik.
Obat herbal tradisional tentu menjadi pilihan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia. Bukan saja karena ketersediaan tanaman obat tradisional yang melimpah di alam negeri ini. Tapi juga banyaknya dukungan dari bidang agro, kimia dan biologi akan kehadiran obat herbal biomolekuler. Besarnya keuntungan ini mungkin bisa membuat produksi obat herbal tradisional menjadi salah satu produk devisa negara.