Seminar "Metropolitan di Indonesia: Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan Ruang"
Oleh
Editor
BANDUNG, itb.ac.id - Ditjen Penataan Ruang (DPU) bekerja sama dengan Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK–ITB telah mengadakan seminar sehari tentang "Metropolitan di Indonesia: Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan Ruang" pada Sabtu (16/9). Seminar yang diadakan sekaligus untuk memperingati 47 Tahun Pendidikan Perencanaan Wilayah dan Kota ini diselenggarakan di Labtek IX, Ruang Seminar SAPPK.
Dimulai pada pukul 07.30 WIB dan dibuka oleh Dekan SAPPK, dalam seminar ini disuguhkan materi yang dibawakan oleh para pembicara dari kalangan pendidik dan praktisi. Sesi pertama, bertemakan, “Konsep Metropolitan dan Persoalan
Metropolitan di Indonesia”dimoderatori oleh Dr. Myra P Gunawan, dengan para pembicara: Haryo Winarso yang membawakan “Konsep dan Struktur Metropolitan”, dan Hendropranoto Suselo dengan “Persoalan dan Tantangan Metropolitan di
Indonesia”.
Sementara pada sesi paralel kedua yang bertemakan “Sosial-Ekonomi dan Kepedudukan”, Prof. Tommy Firman tampil menjadi moderator bagi Mayling/Peter Gardiner yang membawakan materi tentang “Kependudukan”, Bambang Tata S dengan “Ekonomi kota”, Eko Budiharjo dengan “Sosial Kultural”, Budhy Tjahyati dengan “Hubungan Kota Desa”, dan Wicaksono Saroso yang membawakan materi tentang “Globalisasi”.
Di ruangan lain, Prof Bambang Bintoro S memoderatori sesi yang bertajuk “Infrastruktur dan Lingkungan”, yang di dalamnya termasuk materi “Perumahan” yang dibawakan oleh Johan Silas, “Infrastruktur dasar” oleh Bambang Susanto, “Transportasi” Kusbiantoro, “Sistem RTH” oleh Ning Purnomohadi, dan “Lingkungan hidup” yang dibawakan oleh Teti Armiaty Argo.
Pada sesi terakhir, yang membahas tentang masalah hukum dan kelembagaan, Dr. Roos Akbar memoderatori Dadang dengan materi “Hukum”-nya, dan Andi Oetomo yang membawakan materi “Kelembagaan”. Acara ini ditutup oleh Wakil Dekan Bidang Akademik SAPPK.
Wicaksono, berbicara mengenai globalisasi, membantah pendapat bahwa globalisasi hanya berkaitan dengan kota-kota besar saja. “Tren pertumbuhan akibat globalisasi justru bergeser ke arah ‘secondary cities’. Orang sudah penat dengan kota besar yang penuh dengan polusi.” Sementara itu, Prof. Budhy Cahjati yang sudah memasuki masa purnabaktinya, dalam materinya tentang hubungan desa dan kota menyinggung tentang masalah Jabodetabek sebagai megapolitan, “Periferisasi dan ‘urban sprawl’ dari megapolitan ini perlu dikendalikan dengan baik. Perlu ada strategi mengandalikan daerah-daerah baru yang bermunculan akibat hubungan dengan kota besar itu.”