Seminar Pelayanan Kesehatan : Mutu dan Biaya

Oleh kristiono

Editor kristiono

Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF ITB) bekerjasama dengan Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Wilayah Priangan pada hari Sabtu (12/11) menyelenggarakan Seminar Biaya dan Mutu Pelayanan Kesehatan bertempat di Campus Center Barat-ITB.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar kali ini adalah Kasubdin Pelayanan Kesehatan DKK Bandung Dr Susatyo Triwilopo MPH, Perwakilan PT Asuransi Kesehatan Solih, dan Direktur Center for Socio-Economic Studies in Pharmacy Dr. Ahmad Fuad Afdhal.
Dalam presentasinya Susatyo Triwilopo mengemukakan bahwa Jasa layanan kesehatan merupakan upaya yang esensial dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan derajat kesehatan masyarakat. Susatyo berpendapat, sejauh ini fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia belum dapat diandalkan. Ini disebabkan komponen biaya lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan sosial sehingga kualitasnya belum pasti. Susatyo memaparkan pemerintah memberikan subsidi kepada RSUD dalam jumlah yang sangat terbatas, akibatnya fasilitas layanan kesehatan sulit ditingkatkan secara signifikan. Di lain pihak masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas pada kisaran harga yang rendah.
Susatyo juga menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan kesehatan 26 puskesmas di Kota Bandung. Berdasarkan hasil riset tersebut diketahui tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan puskesmas secara umum mencapai 55%. Kelemahan utama layanan kesehatan puskesmas Kota Bandung adalah proses pemeriksaan dan pendaftaran terkait dengan lamanya waktu tunggu dan layanan petugas pendaftaran yang tidak ramah. Dari segi fasilitas, sarana toilet dan ruang tunggu paling banyak dikeluhkan.
Perwakilan PT Asuransi Kesehatan (Askes) Solih, mengawali pemaparannya dengan menyampaikan adanya asimetri informasi kesehatan antara petugas kesehatan dan pasien serta eksternalitas biaya menyebabkan ketentuan tarif kesehatan tidak mengikuti konsep keinginan (willingness to pay) versus kemampuan membayar (ability to pay), namun lebih kepada pemaksaan membayar (force to pay). Oleh karena itu, Solih menekankan perlunya perencanaan biaya kesehatan. Solih menyebut asuransi kesehatan sebagai alternatif perencanaan biaya kesehatan. Konsep asuransi adalah menjadikan biaya kesehatan yang tidak pasti menjadi mendekati pasti dengan mengubah resiko sakit perorangan menjadi resiko kelompok. Semakin besar ukuran kelompok, beban biaya yang ditanggung individu akan semakin kecil.
Sejalan dengan Solih, Dr Ahmad Fuad Afdhal menyatakan perlunya perencanaan biaya kesehatan sejak dini bagi tiap orang, tiap keluarga, dan masyarakat. Perencanaan sedari dini penting untuk menghindari resiko kekurangan biaya atas resiko penyakit yang datang mendadak. Oleh sebab itu, Fuad menganjurkan agar setiap orang memiliki asuransi kesehatan. Saat ini masyarakat bebas memilih berbagai skema asuransi kesehatan mulai dari yang mahal hingga skema hemat karena sudah tersedia di Indonesia.