Seminar Sehari Dampak Sirkulasi Air Pendingin terhadap Ekosistem Air Laut
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Program Studi Teknik Lingkungan dan Indonesia Power menyelenggarakan “Seminar Sehari: Dampak Sirkulasi Air Pendingin terhadap Ekosistem Air Laut.” Acara yang diorganisir oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ini bertempat di Aula Barat ITB pada hari Kamis, 23 November 2006. Seminar turut didukung oleh Kementrian Lingkungan Hidup serta Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM). Seminar ini menjadi wadah komunikasi para pakar ilmu dan praktisi industri dalam membahas sirkulasi air pendingin yang digunakan pembangkit-pembangkit listrik pada air laut.
Pembangkit-pembangkit listrik yang ada di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan instalasi pendingin yang memanfaatkan ir laut dalam volume besar. Saat air disirkulasikan sebgai pendingin, terjadi selisih suhu antara air yang masuk ke dalam mesin dan air keluar. Selisih suhu yang terjadi biasanya antara 4-5 derajat Celsius di permukaan laut. Padahal Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut menyatakan bahwa selisih suhu di permukaan laut tidak boleh lebih dari 2 derajat Celsius. “Selisih suhu di atas 2 derajat dapat mengganggu hidup biota laut dan memutus rantai makanan yang dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem laut,” jelas Deputi Menteri Lingkungan Hidup yang hadir dalam konferensi pers acara.
Tidak adanya sinkronisasi antara aturan dan teknis lapangan inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam seminar. Permasalahan ini dibahas secara tuntas dalam seminar yang menghadirkan ilmuwan-ilmuwan oseanografi, elektro, lingkungan, biologi, mesin dan kalangan industri untuk menyamakan persepsi mengenai baku mutu air pendingin tersebut. “Dari seminar ini diharapkan kita juga tahu, kebijakan ini sudah visible atau belum,” imbuh Ir. Agus Jatmika E., PhD, ketua program studi Teknik Lingkungan.
Seminar sehari ini terbagi dalam dua sesi, dimana sesi I membahas dampak perubahan suh terhadap ekosistem laut. Sesi I diisi oleh Bambang Isti Eddy (Indonesia Power), Ir. Zulhasmi,MSc. (Kementerian LH), Tjandra Setiadi, Ph.D (Teknik Kimia ITB), Dr.Malikuworo Hutomo (LIPI), Zainal Arifin, Ph.D (Puslit Oeanografi ITB) dan Dr. Unggul Aktani (FPIK IPB). Sesi II membahas ketenagalistrikan dan hubungannya dengan air pendingin. Sesi II ini diisi oleh Bambang Widianto S, MSi, MES (PPSML UI), Dr.Dadang K. Mihardja (Oseanografi), Ir. Endang Lestari, MSc. (P3TEK Departemen ESDM), Dr.Ir. Parouli M. Pakpahan (T.Elektro ITB), Dr. Senator N. Bahagia (TI ITB). Acara diakhiri dengan panel diskusi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Hang Tuah (T.Kelautan ITB) dan Dr. Willy Adriansyah (T.Mesin ITB).
Pembangkit-pembangkit listrik yang ada di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan instalasi pendingin yang memanfaatkan ir laut dalam volume besar. Saat air disirkulasikan sebgai pendingin, terjadi selisih suhu antara air yang masuk ke dalam mesin dan air keluar. Selisih suhu yang terjadi biasanya antara 4-5 derajat Celsius di permukaan laut. Padahal Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut menyatakan bahwa selisih suhu di permukaan laut tidak boleh lebih dari 2 derajat Celsius. “Selisih suhu di atas 2 derajat dapat mengganggu hidup biota laut dan memutus rantai makanan yang dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem laut,” jelas Deputi Menteri Lingkungan Hidup yang hadir dalam konferensi pers acara.
Tidak adanya sinkronisasi antara aturan dan teknis lapangan inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam seminar. Permasalahan ini dibahas secara tuntas dalam seminar yang menghadirkan ilmuwan-ilmuwan oseanografi, elektro, lingkungan, biologi, mesin dan kalangan industri untuk menyamakan persepsi mengenai baku mutu air pendingin tersebut. “Dari seminar ini diharapkan kita juga tahu, kebijakan ini sudah visible atau belum,” imbuh Ir. Agus Jatmika E., PhD, ketua program studi Teknik Lingkungan.
Seminar sehari ini terbagi dalam dua sesi, dimana sesi I membahas dampak perubahan suh terhadap ekosistem laut. Sesi I diisi oleh Bambang Isti Eddy (Indonesia Power), Ir. Zulhasmi,MSc. (Kementerian LH), Tjandra Setiadi, Ph.D (Teknik Kimia ITB), Dr.Malikuworo Hutomo (LIPI), Zainal Arifin, Ph.D (Puslit Oeanografi ITB) dan Dr. Unggul Aktani (FPIK IPB). Sesi II membahas ketenagalistrikan dan hubungannya dengan air pendingin. Sesi II ini diisi oleh Bambang Widianto S, MSi, MES (PPSML UI), Dr.Dadang K. Mihardja (Oseanografi), Ir. Endang Lestari, MSc. (P3TEK Departemen ESDM), Dr.Ir. Parouli M. Pakpahan (T.Elektro ITB), Dr. Senator N. Bahagia (TI ITB). Acara diakhiri dengan panel diskusi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Hang Tuah (T.Kelautan ITB) dan Dr. Willy Adriansyah (T.Mesin ITB).