Serba-Serbi Vaksin dan Kiat Mengelola Stres Saat Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG,itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung melalui PPID ITB dan Tim AMARI ITB menyelenggarakan webinar Covid 19: Serba-Serbi Vaksinasi dan Kiat Mengelola Diri di Masa Pandemi. Webinar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Dosen Fakultas Kedokteran Unpad, dr. Insi Farisa Desy Arya, M.Si., Dosen Fakultas Psikologi Unpad, Fredrick Dermawan Purba, M.Psi., Ph.D., serta Ir. R. Driejana, M.SCE, Ph.D selaku Ketua TIM Amari ITB.
Acara ini dipandu oleh moderator Roslina Sawitri, M.Pd., dan dilaksanakan melalui platform Zoom, Sabtu (28/8/2021). Acara ini dibuka oleh Sekretaris Institut ITB, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo dan pengenalan aplikasi Amari oleh Ir. Driejana. Kemudian dilanjutkan pemaparan oleh dr. Insi bertajuk vaksin sebagai salah satu upaya pencegahan covid-19.
Ia menjelaskan, saat ini kasus positif Covid di Indonesia kian menurun tetapi angka kematian masih tinggi. Mayoritas yang meninggal dunia akibat Covid itu adalah pasien dengan penyakit penyerta. “Namun, jangan khawatir, pasien dengan penyakit peserta seperti hipertensi juga bisa sembuh,” sambung dokter lulusan FK Unpad tersebut.
Beberapa strategi tetap dilakukan untuk menyelesaikan pandemi ini. Pemerintah sudah melakukan program vaksinasi dengan sinergis karena pelaksanaanya sudah cukup nyaman dan tidak memberatkan masyarakat. Menurutnya sangat disayangkan jika masyarakat tidak mau vaksin padahal diberikan secara gratis.
Kemudian ia mengutarakan korelasi vaksin dengan imunitas. Vaksinasi digunakan untuk memicu antibodi yang berada di dalam tubuh kita agar bisa bertahan jika bertemu virus Covid-19. Untuk merangsang antibodi ini diperlukan 2 atau 3 suntikan yang diberikan 3-4 minggu setelah suntikan pertama.
Setelah suntikan pertama disebut booster untuk merespons imun sekunder dan suntikan pertama untuk merespons imun primer. Jenis vaksin itu sangat banyak jenisnya. Yang beredar di Indonesia ada Sinovac, Astra Zaneca, Sinopharm, dan yang paling baru Pfizer. Vaksinasi ini diharapkan dapat menghasilkan herd immunity. Penerima vaksin yang diprioritaskan itu adalah tenaga kesehatan, penderita komorbid, dan ibu hamil yang usia kehamilannya diatas 13 minggu.
Vaksin juga memiliki efek samping. Sebut saja vaksin Sinovac yang menyebabkan demam, pegal-pegal, dan pusing dalam waktu 2x24 jam. Penerima vaksin juga tetap bisa terpapar virus Covid-19 meski sudah divaksin. Sebaiknya hindari aktivitas berat setelah vaksinasi. “Ayok ikuti vaksinasi,” ajak beliau mengakhiri penjelasannya.
Selanjutnya adalah penjelasan kiat-kiat mengelola diri saat pandemi oleh Fredrick Dermawan Purba yang dimulai dari hasil penelitiannya bersama tim. Mereka menemukan bahwa ibu-ibu khususnya di Pulau Jawa merasakan stres karena melakukan Work From Home (WFH) . Akibatnya ibu menjadi sensitif dan mudah marah karena anak dan suaminya berada di rumah.
Sedangkan untuk mahasiswa, 80 persen mahasiswa menyatakan keluhan seperti mudah lelah, sering sakit kepala, merasa cemas dan tegang, kemudian ada pemikiran depresi. Stres ini disebabkan oleh sistem Work From Home yang selalu tidak sesuai ekspektasi. Tuntutan yang tidak seimbang dengan kemampuan juga berkontribusi dalam membuat stres.
Jadi untuk mencegah ini, kata Fedrick, kita harus mengelola diri dengan mengindetifikasi tuntutan kita seminggu ke depan agar lebih kebayang menyesuaikannya dengan kemampuan kita. Selain itu kita harus menerima keadaan bahwa kita sedang WFH. Jika ingin mengalihkan perhatian karena lelah sebaiknya beristirahat 10-20 menit seperti jalan ringan, nonton, berdoa, dll. Kemudian melihat sesuatu dari sisi positifnya tanpa menolak keadaan. Selain itu Fedrick juga mengajak para peserta untuk lebih bersyukur agar pikiran lebih tenang.
Reporter: Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)