Seri Diskusi LPPM ITB: Pengembangan Teknologi Pengelolaan Air untuk Kemaslahatan Komunitas

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Kondisi Water Treatment Plan di ITB Kampus Jatinangor (Foto: SDGs ITB)

BANDUNG, itb.ac.id—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB mengadakan forum group discussion on water research pada Kamis (24/06/2021) melalui Zoom dan Youtube. Diskusi dibuka oleh Dr. Rino Rakhmata Mukti selaku Sekretaris Bidang Penelitian LPPM ITB dengan Hadi Kardhana dari KK Teknik Sumber Daya Air FTSL ITB selaku moderator dan Prof. Shane A. Snyder, Ph.D. selaku pembicara.


Prof. Shane A. Snyder, Ph.D., Direktur Eksekutif Nanyang Environment & Water Research Institute (NEWRI), membawakan diskusi dengan tajuk “Implementation of Best Available Technology in Communities of Greatest Needs: Challenges and Opportunities”. Menurutnya, keberadaan air bersih beserta pemanfaatannya menentukan kemajuan suatu komunitas. Ada pun ketersediaan air dipengaruhi oleh perubahan iklim.

“Dengan demikian, apakah kita bisa membangun sistem dan teknologi pemanfaatan air yang fluktuatif terhadap perubahan iklim ini sehingga bisa menolong komunitas yang terkena dampak perubahan iklim?” ujar Shane.

Oleh karena itu, NEWRI bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membangun teknologi bioreaktor di Indonesia, suatu teknologi yang mampu mengubah air limbah dengan konsentrasi COD tinggi menjadi biogas.

“Kami menggunakan embrio zebrafish untuk memonitoring kualitas air, mendeteksi apakah ada racun dalam air,” ujar Shane. NEWRI diketahui menggunakan embrio ini pada sungai di Nepal tepat sebelum pandemi Covid-19 terjadi dalam upaya membantu India dalam membangun sistem pengelolaan air bersih.

Selain itu, tim penelitian teknologi membran di NEWRI telah membangun dan mengomersilkan teknologi membran biomimetik pertama di dunia, yaitu suatu membran yang meniru cara kerja akuaporin. Membran tersebut membendung arus masuk garam ke dalam membran dan mendaur ulang air dengan mengonsumsi sedikit energi.

“Tak ayal, pengembangan teknologi membran ini akan mengarah pada penemuan nanofiltrasi—suatu membran yang bisa menghilangkan seluruh zat kotor dalam air, terkecuali sodium klorida pada level atomik,” ucap Shane. Teknologi ini dipercaya mampu menghemat biaya saat melakukan desalinasi air laut.

Di sisi lain, NEWRI juga telah mengembangkan teknologi membran inorganik untuk pengembangan teknologi pengelolaan air secara keseluruhan. Teknologi ini akan sangat berguna bagi komunitas terdampak air limbah.

Shane kemudian menceritakan bahwa teknologi sensor dan pemodelannya turut digunakan dalam memantau kualitas air laut. Di Indonesia sendiri, NEWRI memasang teknologinya di Jakarta dalam rangka mengidentifikasi kemurnian air imbas dari gempa bumi.

Dalam paparannya selama nyaris dua jam, Shane menekankan betapa bermanfaatnya teknologi pengelolaan air pada komunitas terdampak. Mereka yang semula tidak mampu menikmati air bersih, kini bisa merasakan manfaatnya secara penuh. Seperti peribahasa ada kesempatan dalam kesempitan, Shane berujar, “Tinggal bagaimana tantangan-tantangan pada pengelolaan air ini dijadikan kesempatan emas dalam menciptakan air bersih,” ujarnya.

Reporter: Zahra Annisa Fitri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)