Sidang Doktor ITB : Iqbal Mustahapa
Oleh kristiono
Editor kristiono
BANDUNG, itb.ac.id - Iqbal Mustahapa (30504005) pada Jumat, 5 Juni 2009 memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Kimia ITB setelah sukses mempertahankan disertasi berjudul "Keanekaragaman Metabolit Sekunder Turunan Fenol Dari Beberapa Spesies Tumbuhan Artocarpus Asal Indonesia Serta Aktivitas Biologinya". Bertempat di Gedung Annex CCAR lt 3, tim penguji sidang terbuka ini terdiri atas Ketua Sidang Prof.Dr. Buchori, Penyanggah Dr. Ciptati, MS.,M.Sc. (ITB), Prof.Dr. Wahyudi Priyono Suwono (UI), dan Dr. Komar Ruslan Wirasutisna (ITB).
Dibimbing oleh Prof.Dr. Euis Holisotan Hakim sebagai promotor, dan Dr. Yana Maolana Syah serta Dr. Lia Dewi Juliawaty sebagai ko-promotor, Disertasi Iqbal berhasil menemukan tiga senyawa baru dari jenis flavonoid terprenilasi yaitu, artoindonesianin E-1 (1) (jenis oksepinoflavon), artoindonesianin Z-4 (2) (jenis dihidrobenzosanton) dan artoindonesianin Z-5 (3) (jenis piranodihidrobenzosanton). Penemuan senyawa-senyawa tersebut memberikan kontribusi yang penting terhadap fitokimia Artocarpus.
Dalam disertasinya, Iqbal melakukan kajian fitokimia terhadap tiga spesies Artocarpus yaitu A. heterophyllus Lamk., A. elasticus Reinw. dan A. lanceifolius Roxb., serta efek biologi senyawa-senyawa yang berhasil diisolasi seperti kajian hubungan antara struktur dan sitotoksisitas terhadap sel murine leukemia P-388 serta sifat antimalaria terhadap P. falciparum strain K1 dan 3D7 dari senyawa turunan fenol yang diisolasi.
Metabolit sekunder turunan fenol Artocarpus terutama dari golongan flavonoid
diketahui memiliki aktivitas biologi yang beragam, antara lain sebagai antiinflamasi,
antioksidan, antitumor dan antimalaria.
Artocarpus atau "nangka-nangkaan" tumbuh secara endemik atau dibudidayakan dan penyebarannya relatif merata di seluruh wilayah Indonesia. Jenis Artocarpus yang paling dikenal masyarakat adalah nangka (A. heterophyllus Lamk.), cempedak (A. integer Merr.), dan sukun (A. communis Forst.).
Selain buah, tumbuhan ini menghasilkan kayu yang tergolong tahan terhadap rayap sehingga sesuai untuk berbagai keperluan perabot rumah tangga seperti meja dan kursi. Ciri yang menonjol dari kayu tumbuhan Artocarpus adalah tersimpannya zat-zat warna kuning atau jingga alami di dalamnya, yang telah mendorong kajian fitokimia terhadap kelompok tumbuhan ini.
Dalam disertasinya, Iqbal melakukan kajian fitokimia terhadap tiga spesies Artocarpus yaitu A. heterophyllus Lamk., A. elasticus Reinw. dan A. lanceifolius Roxb., serta efek biologi senyawa-senyawa yang berhasil diisolasi seperti kajian hubungan antara struktur dan sitotoksisitas terhadap sel murine leukemia P-388 serta sifat antimalaria terhadap P. falciparum strain K1 dan 3D7 dari senyawa turunan fenol yang diisolasi.
Metabolit sekunder turunan fenol Artocarpus terutama dari golongan flavonoid
diketahui memiliki aktivitas biologi yang beragam, antara lain sebagai antiinflamasi,
antioksidan, antitumor dan antimalaria.
Artocarpus atau "nangka-nangkaan" tumbuh secara endemik atau dibudidayakan dan penyebarannya relatif merata di seluruh wilayah Indonesia. Jenis Artocarpus yang paling dikenal masyarakat adalah nangka (A. heterophyllus Lamk.), cempedak (A. integer Merr.), dan sukun (A. communis Forst.).
Selain buah, tumbuhan ini menghasilkan kayu yang tergolong tahan terhadap rayap sehingga sesuai untuk berbagai keperluan perabot rumah tangga seperti meja dan kursi. Ciri yang menonjol dari kayu tumbuhan Artocarpus adalah tersimpannya zat-zat warna kuning atau jingga alami di dalamnya, yang telah mendorong kajian fitokimia terhadap kelompok tumbuhan ini.