Sidang Terbuka Program Doktor ITB: Rusmin Amin dan Aloysius Adya Pramudita

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

BANDUNG, itb.ac.id - Sidang terbuka Program Doktor kembali diadakan pada Jumat (04/12/09) oleh Sekolah Pasca Sarjana ITB. Bertempat di Gedung Annex-ITB, Rusmin Amin yang mendapat giliran pertama berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Pengembangan Sistem Pengukuran Koefisien Difusi Menggunakan Metoda Ultrasonik Untuk Klasifikasi Kekuatan Kayu". Mendapat giliran kedua, Aloysius Adya Pramudita juga berhasil dengan disertasi "Sistem Antena Array Untuk SFCW GPR dengan Impedansi Input Stabil dan Kemampuan Pengaturan Footprint".
Rusmin Amin memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dari Fisika FMIPA ITB yang kemudian dilanjutkan dengan raihan gelar Sarjana Strata 2 Program Instrumentasi dan Kontrol Fakultas Teknik Industri pada tahun 2002. Memperoleh gelar Doktor dari Teknik Fisika ITB, Rusmin mengembangkan pengklasifikasian kekuatan kayu menggunakan metoda ultrasonik, yaitu metoda dengan gelombang akustik berfrekuensi tinggi.

Hal yang melatarbelakangi Rusmin melakukan penelitian klasifikasi kekuatan kayu adalah adanya kebutuhan standarisasi. "Standarisasi sebagai ukuran tingkat mutu produk memegang peranan penting dalam sistem pemasaran sekarang ini," paparnya dalam ringkasan disertasi.

"Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metoda dan sistem pengukuran mutu kayu yang lebih mudah, praktis, dan teliti," kata Rusmin. Dengan metoda ultrasonik, keunggulan yang didapat antara lain kadar air yang diukur adalah kadar air yang ada di dalam kayu, bukan di permukaan kayu seperti yang diukur oleh metoda listrik.

Untuk selanjutnya, metoda ultrasonik dapat dikembangkan pemanfaatannya untuk menilai tingkat serapan material terhadap zat terlarut, kematangan pohon untuk ditebang. Rusmin dipromotori oleh Dr. Amoranto Trisnobudi dan dua Ko-promotor, yakni Dr. Deddy Kurniadi dan Dr. Agus Samsi.

Aloysius meraih gelar Doktor dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika setelah pada Sidang Terbuka meraih pujian tidak hanya dari tim penguji, tetapi juga dari tim penyanggah. Aloysius menyelesaikan studinya atas bimbingan Dr. Adit Kurniawan dengan Ko-Promotor Dr. Andriyan Bayu Suksmono dan Andrian Andaya Lestari, PhD.

"Kami pikir cukup muda untuk lulusan dalam negeri," ujar Adit Kurniawan membacakan riwayat hidup promovendus Aloysius kala itu. Aloysius yang kelahiran tahun '77 memulai program doktornya pada tahun 2006 bidang Teknik Elektro ITB.

Disertasi Aloysius membahas tentang Ground Penetrating Radar (GPR), yakni sistem yang digunakan untuk melakukan pendeteksian dan pencitraan objek target di bawah permukaan tanah dengan prinsip elektromagnetik. Sistem GPR telah banyak dikembangkan untuk berbagai aplikasi, seperti pendeteksian ranjau, gorong-gorong, kabel, survei arkeologi, dan inspeksi ketebalan lapisan aspal.

Sebagai elemen penting sistem GPR, antena perlu diletakkan sangat dekat dengan permukaan tanah supaya mengoptimalkan penetrasi gelombang elektromagnetik menembus tanah. Konsekuensinya, karakteristik antena sangat dipengaruhi kondisi tanah, sedangkan GPR memerlukan antena yang memiliki karakteristik relatif konstan.

Kontribusi utama penelitian Aloysius adalah mengembangkan metode untuk mengatasi permasalahan variasi karakteristik antena GPR yang berkaitan dengan variasi kondisi tanah sebagai solusi yang terintegrasi.