Sistem WSPS, Solusi Masalah Logistik dan Transportasi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id–Sistem dan teknik transportasi adalah salah satu faktor dalam upaya mewujudkan infrastruktur berkelanjutan sekaligus memperbaiki kondisi sosial seperti kemacetan dan polusi. Solusi permasalahan transportasi dan logistik harus mencakupi seluruh aspek sosial, finansial, dan lingkungan untuk meraih kota yang berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Tadashi Yamada dari Kyoto University dalam acara konferensi SIBE 2022, Selasa (8/3/2022). Profesor asal Jepang itu menyampaikan gagasan tentang “Optimizing Warehouse Sharing Platform Systems with Vehicle Routing”.
Selain kemacetan lalu lintas, Prof. Tadashi menyebut masalah logistik berhubungan dengan penggunaan lahan di mana fasilitas logistik dan area perumahan bercampur satu sama lain. Hal ini menyebabkan logistic sprawl, yaitu ada tren musiman dalam permintaan pergudangan dan perpabrikan. Penelitian menunjukkan permintaan tersebut lebih banyak saat musim panas sedangkan permintaan lebih sedikit di musim dingin sehingga menciptakan ketidakseimbangan.
Solusi untuk mengatasi logistic sprawl adalah kerja sama di rantai pasokan, di mana implementasi pergudangan bersama, pengiriman konsolidasi, serta hukum efisiensi logistik yang komprehensif dilakukan. Selain itu, bisnis platform dapat digunakan untuk menyediakan tempat untuk menghubungkan pelanggan/permintaan dengan pasokan yang menyediakan layanan. Contoh bisnis tersebut yang terkenal adalah Amazon, Rauten dan AirBnB.
“Dengan metode bisnis tersebut, sistem pergudangan/perpabrikan dapat dibagi dan dimaksimalkan pemanfaatannya. WSPS (Warehouse Sharing Platform System) tidak hanya menghubungkan pihak yang ingin menyewa gudang dengan pihak pemilik gudang atau pabrik, tetapi juga mengurangi permasalahan penggunaan lahan melalui pencegahan kepadatan gudang dan pabrik di suatu daerah,” ujar Prof. Tadashi.
Untuk mengoptimalisasi WSPS, Prof. Tadashi mengusulkan sistem gabungan integrasi, pembagian dan penetapan, serta membuat rute lokasi permintaan pergudangan. Rencana ini memanfaatkan gudang dan pabrik yang ada di daerah tersebut dan memutuskan tempat yang paling cocok untuk pengaplikasian WSPS. Dari rencana ini, baik pabrik maupun pengirim dapat mengurangi pengeluaran sekaligus mempromosikan efisiensi penggunaan fasilitas dan menurunkan keseringan kemacetan dan aktivitas yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Prof. Tadashi juga mengatakan ketiga contoh model WSPS usulannya: shipper/factory model (S/F model), warehouser model, dan matching model. S/F model dapat meminimalisir biaya total sewa bangunan dan transportasi lewat pemilihan kombinasi pabrik dan rute pengirim yang terbaik. Di sisi lain, model warehouser memaksimalkan penggunaan pabrik dengan pemilihan pabrik dan pengirim yang optimal, di mana keperluan setiap pengirim diturunkan dari model S/F. Model terakhir yaitu matching model menggabungkan kebutuhan setiap pengirim dengan pasokan pabrik lewat simulasi model berisi berbagai skenario berhubungan dengan kapasitas pabrik dan jumlah pengirim.
“Strategi baru yang efektif dimasukkan dalam WSPS untuk mengurangi biaya ekonomi dan sosial. Hasilnya dapat memberikan beberapa informasi yang berguna dalam segi bisnis, SDGs, perencanaan kota, dan inisiatif logistic baru.”
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)
Sumber foto: Freepik