Smartedu, Sistem Ujian Terintegrasi untuk Cara Belajar Lebih Smart
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Guna mendukung kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien, Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan SmartEdu, yaitu sebuah sistem ujian berbasis komputer terintegrasi. Inovasi tersebut merupakan hasil kerjasama antara ITB, PT. INTI dan Kemenristekdikti.
SmartEdu dikembangkan oleh Ir Adi Indrayanto MSc, PhD., dan Yusep Rosmansyah ST, MSc, PhD, serta tim dosen dan peneliti di Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) dan Pusat Mikroelektronika (PME) ITB. Hardware pada SmartEdu dikembangkan oleh Adi Indrayanto, sedangkan pengembangan software oleh Yusep Rosmansyah.
Saat diwawancara Reporter Humas ITB, Adi Indrayanto menjelaskan, sistem SmartEdu awalnya dibuat untuk membantu dosen dalam memilih materi yang akan disampaikan di kelas. ”Jadi sebelum kelas dimulai, dosen melakukan pre-test terlebih dahulu. Dari nilai mahasiswa dan persebaran benar salah untuk setiap soal dapat dilihat materi mana yang membutuhkan penjelasan lebih dalam, sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien dan tepat sasaran,” ujarnya.
Menurutnya, yang menjadikan SmartEdu menjadi sistem yang smart adalah sistem ini lebih ringkas, simple, dan mobile dibandingkan sistem ujian berbasis komputer yang sudah ada. Ia menambahkan, sistem SmartEdu terdiri dari tiga komponen utama.
Pertama adalah Gawai. Gawai ini berupa smartphone yang digunakan dan dikembangkan sendiri oleh Adi Indrayanto sejak tahun 2016. Penggunaan smartphone ini untuk menggantikan komputer. Aplikasi yang terdapat di dalam smartphone tersebut menggunakan sistem operasi buatan sendiri.
Komponen kedua adalah portable docking, yaitu berupa koper untuk pengisian daya sekaligus sebagai tempat smartphone yang disusun dalam 10 baris, dimana 1 baris memuat 5 smartphone. Sensor yang sudah dipasang pada koper akan otomatis mendeteksi setiap baris apakah terdapat smartphone dengan daya baterai kurang atau tidak, jika daya kurang maka akan dilakukan pengisian dan penghentian daya secara otomatis.
“Komponen yang ketiga adalah access point. Penggunaan access point lokal bertujuan untuk menghindari kecurangan atau pun kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran,” ucap dosen dari Kelompok Keahlian Elektronika ITB itu.
Sistem Kerja Sederhana
Disampaikan Adi Indrayanto, aplikasi yang dikembangkan memiliki tampilan sederhana. Peserta cukup log in, setelah masuk maka akan langsung diarahkan ke paket soal, selanjutnya cukup memilih paket soal yang akan dikerjakan. Dalam pengerjaan soal, terdapat fitur untuk menandai jika jawaban yang dipilih masih ragu-ragu, nomor soal akan diberikan warna berbeda, dan pengerjaan soal bisa dilakukan secara tidak berurutan.
“Selanjutnya setelah menyelesaikan pengerjaan, peserta cukup submit hasil pengerjaan dan log out dari aplikasi. Nilai hasil pengerjaan akan langsung keluar dan dapat dilihat oleh pembuat soal,” sambungnya.
Adapun dalam proses pengembangannya, banyak tantangan yang dihadapi oleh tim. Misalnya ketika uji coba masalah bug seringkali ditemui, sehingga perlu dilakukan programming ulang untuk mengatasi bug tersebut. Selain itu, sistem operasi yang digunakan adalah open source sehingga jika ada perubahan terhadap sistem operasinya perlu dilakukan pemasangan ulang (injeksi). Ini merupakan tantangan untuk smartphone yang mengalami kendala karena injeksi sistem operasi yang terlalu sering, menyebabkan beberapa komponen, terutama memori penyimpan nya menjadi mudah rusak dan perlu diganti.
“Kedepannya ingin dilakukan pengembangan untuk penyedia energi untuk pengisian daya. Saat ini untuk mengisi daya masih membutuhkan listrik, nanti sistem akan diintegrasikan dengan sel surya portable sehingga sistem ini bisa digunakan di manapun, termasuk tempat-tempat terpencil di Indonesia yang belum dialiri listrik,” ujarnya.
Adi Indrayanto berharap, kedepannya SmartEdu dapat digunakan untuk semua jenis ujian berbasis computer. Tidak hanya untuk kalangan kampus saja, tapi ujian tes CPNS dan ujian masuk perguruan tinggi pun menggunakan sistem tersebut.
Reporter: Indah Lestari Madelin (Teknik Lingkungan, 2017)