Studium Generale ITB: Horizon-horizon Kebenaran: Sains, Agama, dan yang Belum Diketahui
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menyelenggarakan Studium Generale dengan pembicara Guru Besar Filsafat Universitas Pelita Harapan, Prof. Dr. Fransisco Budi Hardiman, S.S., M.A., di Aula Barat ITB, Rabu (27/09/2023). Beliau menyampaikan materi berjudul "Horizon-horizon Kebenaran: Sains, Agama, dan yang Belum Diketahui" yang membahas hubungan antara sains, agama, dan kebenaran dalam dunia modern yang semakin dipengaruhi epistemologi modern, khususnya dalam bidang sains.
Prof. Budi Hardiman membahas dominasi kebenaran faktual atau fakta dalam masyarakat modern. Saat ini, banyak orang cenderung mengidentifikasi kebenaran dengan fakta dan evidensi yang dianggap sebagai objektivitas ilmiah. Fakta-fakta ini memiliki peran penting dalam berbagai bidang, seperti hukum, politik, dan bisnis, sehingga digunakan sebagai dasar kuat pengambilan keputusan.
Namun, kebenaran tidak terbatas pada kebenaran faktual. Ada kebenaran lain seperti kebenaran dalam agama, seni, atau kebenaran subjektif. Semua kebenaran tersebut memiliki nilai ontologis dan epistemisnya masing-masing.
Beliau juga membahas empat aliran filsafat kontemporer yang mengkritik konsep kebenaran faktual yang didasarkan pada epistemologi, yaitu The New Philosophy of Science yang dipelopori oleh Kuhn, Feyerabend, dan Rorty, filsafat Hermeneutik oleh Dilthey, Heidegger, dan Gadamer, filsafat Poststrukturalisme oleh Foucault, dan Teori Kritis oleh Habermas. Keempat aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep kebenaran faktual.
Selain itu, pandangan masyarakat modern terhadap ilmu pengetahuan dan agama yang menghasilkan tiga dunia yang berbeda, yakni dunia objektif (fakta-fakta), dunia subjektif (menyangkut isi pengalaman seseorang), dan dunia yang intersubjektif (menyangkut ketepatan normatif). Adapun semua jenis kebenaran, termasuk kebenaran agama, kebenaran seni, dan kebenaran sains, memiliki nilai yang setara dan penting untuk dihormati.
Dalam upaya menggambarkan pandangan ini, beliau memanfaatkan konsep "Horizon-horizon Kebenaran". Horizon adalah sebuah metafora yang mencerminkan batas-batas pengetahuan manusia yang selalu bergerak. Seperti saat mendaki gunung, pandangan orang melebar, demikian pula pengetahuan yang selalu berkembang, dan batas terakhir dari horizon adalah dunia sebenarnya.
Beliau juga menyampaikan empat teori kebenaran yang memengaruhi pandangan manusia tentang kebenaran dalam sains dan filsafat modern. Pertama, teori kebenaran sebagai koherensi menekankan pentingnya konsistensi internal suatu pernyataan dengan pernyataan lain dalam sebuah sistem. Sementara itu, teori kebenaran sebagai korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila sesuai dengan realitas objektif. Teori ketiga yaitu teori kebenaran sebagai konsensus menekankan bahwa kebenaran dapat ditentukan melalui kesepakatan bersama dalam masyarakat. Terakhir, teori kebenaran sebagai kegunaan (pragmatisme) yang menitikberatkan pada kebenaran yang relevan dengan tindakan manusia dan hasil yang diinginkan dari pernyataan tersebut.
Kuliah umum ini memberikan wawasan tentang pemikiran filsafat, sains, dan kebenaran dalam konteks kehidupan modern, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara berbagai pandangan yang berbeda.
Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)
Editor: M. Naufal Hafizh