Studium Generale ITB: Ibu Kota Nusantara sebagai Kota Hutan yang Cerdas dan Berkelanjutan
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id–Kuliah Umum 4078 Studium Generale ITB pada Rabu (15/2/2023) mengundang Kepala Otorita IKN Ir. Bambang Susantono, MCP., MSCE., Ph.D., untuk memaparkan secara garis besar terkait perancangan dan pembangunan IKN yang dimoderatori Guru Besar FTSL ITB Prof. Ir. Harun Al Rasyid, M.Sc., Ph.D., di Aula Barat ITB.
Nusantara merupakan sebuah kota yang dibangun dilatarbelakangi oleh 3C: Climate Change, Conflict, dan Coronavirus. Perubahan iklim merupakan substansi pemindahan ibu kota yang berbasis pembangunan adaptif dan mempertimbangkan mitigasi. Terdapatnya konflik-konflik yang terjadi secara global dan pandemi virus corona dapat juga dilihat sebagai katalis pembangunan IKN menjadi pelopor kota terdigitalisasi berlandas ketahanan ekonomi.
Urbanisasi juga menguatkan background pengembangan IKN, dengan laju urbanisasi regional yang tinggi, pemerintah berusaha merancang kota-kota yang lebih livable. Perancangan kota tersebut dapat terealisasi dengan orientasi pengembangan cerdas dan inklusif, transportasi dan energi berkelanjutan, inovasi keuangan, serta peremajaan.
Membangun sebuah kota bukanlah sebuah perkara mudah, maka dari itu pembangunan IKN mengikuti best practices pembangunan kota-kota sebelumnya untuk mengoptimasi pengembangan manusia penguasaan IPTEK, dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. “Nusantara akan menjadi super-hub ekonomi kita di masa depan,” jelas Bambang Susantono dalam menerangkan keselarasan IKN dengan visi Indonesia 2045.
Sebuah aspek penting pembangunan kota adalah kualitas kesehatan dan pengendalian penyakit. Maka dari itu pembangunan IKN menerapkan konsep pengembangan kota pascapandemi, memperhatikan densitas, diversitas, desain, digitalisasi, dan dekarbonasi. Pengembangan IKN juga dilandasi dengan prinsip-prinsip kota berkelanjutan, diantaranya kota hijau, cerdas, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.
Nusantara sendiri ditargetkan menjadi sebuah kota hutan berkelanjutan. “Dari kota yang luasnya seluas empat kali luas Jakarta, hanya akan dibangun 25%-nya, sisanya akan dikembalikan menjadi hutan tropis dan kawasan hijau produksi pangan,” sebut Bambang Susantono menegaskan target IKN sebagai kota hijau. Kota ini juga akan ditargetkan menjadi sebuah living lab tempat manusia dapat hidup berdampingan dengan alam dalam sebuah bentuk kota yang ditargetkan karbon-netral pada 2045.
Forest city (kota hutan) merupakan perwujudan konsep kota berkelanjutan dengan mempertahankan, mengelola, dan merestorasi ekosistem hutan, sebagai solusi berbasis alam, “Kita akan melihat biodiversity ,keanekaragaman hayati sebagai kekayaan kita (dalam IKN),” ujar Bambang Susantono menekankan. Maka akan dibangun infrastruktur yang sesuai seperti immersed tunnel untuk mendukung konektivitas koridor satwa. Selain itu pengaturan tata kelola dan tata guna lahan juga dilakukan dengan salah satunya penundaan perizinan kegiatan pertambangan baru di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kota cerdas (smart city) juga merupakan salah satu target pembangunan IKN. Sebagian besar aktivitas dalam IKN ditargetkan akan bernafaskan automasi. Sistem pemerintahan sendiri ditargetkan akan memanfaatkan kecerdasan buatan, internet of things, dan aplikasi terintegrasi untuk proses identifikasi dan pertukaran data.
Selain pemerintahan, automasi juga dititikberatkan pada sistem peningkatan kualitas kehidupan dalam manajemen air dan limbah serta pembangkitan energi terbarukan.
Ibu Kota Nusantara tidak hanya akan menjadi pandangan dan harapan baru bagi Indonesia, namun juga bagi dunia. “Kota ini akan menjadi percontohan bagaimana sebuah sistem akan diterapkan untuk menghadapi perubahan iklim, hidup dengan menjunjung biodiversity, serta tetap menerapkan sustainable development goals (SDGs) kota yang lebih aman, lebih nyaman, tetapi juga terkoneksi secara global,” tutur Bambang Susantono menutup Kuliah Studium Generale kali ini.
Reporter: Ananta Muji (Sistem dan Teknologi Informasi, 2019)