Biodegradable Plastic untuk Atasi Permasalahan Sampah Bandung

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) ITB menyelenggarakan kuliah keprofesian dengan tema Biodegradable Plastic pada Selasa (23/08/11). Kuliah yang disampaikan oleh Akhmad Zainal Abidin, Ph.D ini diselenggarakan di gedung Labtek X Program Studi Teknik Kimia ITB.

Dalam kuliah ini, disampaikan mengenai teknologi baru dalam pembuatan plastik yang ramah lingkungan. Selama ini, orang kerap kali menganalogikan plastik dengan kerusakan lingkungan, padahal pada kenyataannya tidak selalu seperti itu. Selama ini plastik dibuat dari bahan baku minyak bumi yang sifatnya sangat tahan lama sehingga terakumulasi di lingkungan dalam jumlah besar dan menjadi ancaman serius bagi lingkungan.

Riset yang dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa plastik dapat dibuat agar mudah terdegradasi. Inovasi awalnya adalah dengan menambahkan polisakarida ke dalam campuran bahan baku plastik, namun perkembangan berikutnya plastik sudah dapat dibuat dari bahan baku 100% polisakarida. Plastik semacam ini dapat terdegradasi dengan cepat karena merupakan substrat yang dapat dicerna oleh mikroorganisme di lingkungan.

Selain pembuatan biodegradable plastic dari polisakarida, terdapat pula inovasi lain dalam pembuatan plastik berbahan baku minyak bumi agar dapat didegradasi dengan cepat. Caranya yaitu dengan menambahkan zat aditif tertentu untuk mempercepat proses oksidasinya menjadi air dan karbondioksida.

Biodegradable plastic telah dipakai secara luas di Eropa, di mana penggunaannya telah diatur oleh regulasi setempat. Beberapa pemerintah mewajibkan penggunaannya seraya menggalakkan insentif yang mendukung pengembangan industri ini. Setiap produk biodegradable plastic disertifikasi oleh lembaga yang telah ditunjuk untuk menjamin kualitasnya. Lembaga seperti ini belum ada di Indonesia, sehingga biodegradable plastic yang beredar di Indonesia sebenarnya masih belum dapat dijamin kualitasnya, termasuk tingkat keramahannya terhadap lingkungan. Zainal berharap Indonesia segera memiliki lembaga semacam itu dan mengemukakan bahwa sesungguhnya ITB mampu menjalankan fungsi tersebut.

Solusi Kota Bandung

Dalam sesi tanya jawab, Zainal menanggapi pertanyaan dari audiens mengenai permasalahan sampah di Kota Bandung yang sangat pelik, sehingga sempat disebut-sebut sebagai 'Bandung Lautan Sampah'. Zainal mengemukakan bahwa untuk mengatasi permasalahan sampah Kota Bandung, yang dibutuhkan adalah regulasi yang jelas dan realistis.

Menurutnya, sampah akan menjadi berharga jika dipilah-pilah dengan baik karena pada dasarnya di dalam sampah terdapat material-material yang cukup bernilai. Sampah dikeluarkan hanya pada saat-saat yang telah ditentukan, berdasarkan jenis sampah yang akan dikumpulkan pada waktu tersebut. Pemilahan sampah, termasuk pembuangan sampah pada tempat yang benar, merupakan suatu keharusan, namun harus diiringi oleh aturan yang realistis. Hukuman terhadap oknum yang membuang sampah tidak perlu terlalu besar, namun harus diterapkan dengan konsisten, mulai dari satuan masyarakat terkecil hingga yang paling luas.

Plastik, sebagaimana produk teknologi lainnya, diciptakan untuk membantu manusia. Dampak baik dan buruk yang ditimbulkannya sesungguhnya bergantung pada masing-masing manusia yang memanfaatkannya.