Studium Generale ITB: Telaah Kejayaan Indonesia pada Zaman Klasik Hindu-Buddha

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Perkembangan peradaban Indonesia saat ini tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi di masa lampau. Linimasa kejadian seolah menciptakan jalinan rantai yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari berbagai sejarah yang telah terjadi.

Perkuliahan mata kuliah umum KU4078 Studium General pada Rabu (16/11/22) kali ini khusus membicarakan tentang sejarah Indonesia dengan tema yang berjudul “Pulau Melati Pujaan Bangsa: Fajar Kejayaan Indonesia”. Topik tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M. Hum., yang merupakan seorang pakar Arkeolog.

“Bangsa kita, Indonesia, memiliki keanekaragaman suku bangsa yang tidak tertandingi. Menurut seorang ahli, H. Th. Fischer, mengatakan bahwa terjadinya keberagaman ini disebabkan karena Indonesia sejak dahulu memang memiliki calon suku bangsa dengan adanya perbedaan induk bangsa. Kemudian disebabkan juga oleh perilaku migrasi ke lingkungan yang berbeda. Setelah bermigrasi mengakibatkan mereka jarang melakukan interaksi dengan sesamanya sehingga memunculkan suku bangsa yang berbeda,” ujar Prof. Agus.

Asumsi itu dibuktikan dengan catatan pada masa protosejarah, penduduk Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki 10 kepandaian seperti membuat figur boneka, seni hias ornamen, pengecoran logam, perdagangan barter, instrumen musik, pemahaman astronomi, pemahaman teknik navigasi dan pelayaran, interaksi komunikasi dengan lisan, teknik irigasi, dan tata masyarakat yang teratur.

Sebaran budaya yang terkenal yakni kebudayaan Dong-Son yang diakui berasal dari Vietnam. Kebudayaan ini membawa benda-benda penting dari perunggu terutama nekara. Nekara memvisualisasikan nilai historis yang kental dengan ciri di permukaan atasnya tergambar matahari terang yang dikelilingi oleh empat katak. Indonesia sendiri mempunyai nekara terbesar yang biasa dikenal dengan nekara Moko.

Indonesia pada masa lampau merupakan kawasan yang berada di antara dua peradaban besar dunia yakni India dan Cina. Kedua peradaban maju pada zamannya ini memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan peradaban Indonesia. Bangsa Indonesia begitu tertarik dengan kebudayaan yang dibawakan India dan mengadopsi beberapa di antaranya aksara, agama, dan tahun saka.

Hanya berawal dari tiga aspek tersebut, dalam proses sejarah yang panjang melahirkan Indonesia dari zaman kerajaan hingga yang seperti saat ini. Prof. Agus meringkas kejayaan kerajaan Indonesia hingga berakhirnya zaman klasik yang dipandang sebagai ‘Fajar Peradaban’ dengan tiga tahapan masa yakni kerajaan klasik awal, tua, dan muda.

Masa Kerajaan Klasik Awal dan Klasik Tua (Abad ke-5 sampai 8 M)

Beberapa kerajaan yang berdiri pada masa ini yakni Tarumanagara dan Kutai Kuno pada masa klasik awal dan Sriwijaya, Kanjuruhan, dan Mataram pada masa klasik tua.

1. Kerajaan Tarumanagara
Berlokasi di pulau Jawa bagian barat membentang dari Banten hingga Bekasi. Peninggalan sejarah yang terkenal yakni Prasasti Ciaruteun yang menampilkan telapak kaki Raja Purnawarman dan berisikan tulisan yang berhasil dibaca yang menerangkan eksistensi kerajaan ini. Kemudian ada juga prasasti Muara Cianten yang saat ini belum berhasil diartikan. Kerajaan ini juga meninggalkan sisa bangunan megah berupa percandian Batujaya di Karawang Utara. Percandian ini merupakan corak agama Buddha Mahayana di antaranya Candi Blandongan dan Candi Jiwa.

2. Kerajaan Kutai Kuno
Lokasinya berada di tepian sungai pedalaman Kalimantan Timur. Kerajaan ini meninggalkan prasasti-prasasti yupa berisikan pesan-pesan yang berhasil diartikan. Peninggalan lain seperti arca-arca hindu-trimurti dari gua gunung Kombeng, Kutai.

3. Kerajaan Sriwijaya
Wilayah Sriwijaya membentang luas di Indonesia bagian Barat sampai Malaysia. Bukti keberadaannya ditandai dengan penggambaran kapal layar Srivijaya-Jawa pada relief Candi Borobudur. Peninggalan lain seperti prasasti telaga batu, prasasti kota kapur, hingga arca-arca dari perunggu. Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan beberapa candi terutama Candi Tinggi yang katanya menjadi pusat perkembangan agama Buddha dengan adanya 1.000 biksu yang melayani umat.

4. Kerajaan Kanjuruhan
Bukti keberadaannya termuat dalam prasasti Dinoyo (760 M) yang memuat informasi penting menyebutkan kerajaan Kanjuruhan beserta keluarga kerajaan dengan raja bernama Liswa atau Gajayana. Terdapat pula peninggalan berupa Candi Badut dan Arca Durga Mahisasuramardini.

5. Kerajaan Mataram
Kerajaan megah ini meninggalkan candi terluas di dunia yakni Candi Borobudur. Kerajaan ini berkembang di Jawa bagian tengah pada abad ke-8 sampai 10 M. Berkat kemegahannya, kerajaan mataram banyak menidirikan bangunan monumental berupa candi dan percandian. Uniknya setiap masa kerajaan memupnyai ciri arsitektur candinya tersendiri. Peninggalan candi-candi lain diantaranya Candi Merak, Candi Bubrah, percandian di dataran tinggi Dieng, percandian Gedong Songo, percandian Sivagrha (Prambanan)

Masa Kerajaan Klasik Muda

1. Kerajaan Kadiri/Kediri
Raja pertama bernama Sri Maeswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwani-waryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1.117-1.130 M). Sedangkan raja terakhirnya bernama Srengga-Krtajaya yang kemudian dikalahkan oleh Ken Arok yang mendirikan Kerajaan Singhasari. Kerajaan Kediri meninggalkan arca-arca, beberapa candi, dan kesenian (seni rupa dan susastra). Karya seni susatra yang terkenal diantaranya Arjunawiwaha, Bhratayuddha, Gatotkacasraya, dll.

2. Kerajaan Singhasari
Berdiri pada abad ketiga belas dan berpusat di Jawa bagian Timur. Peninggalan sejarahnya berupa Candi Jawi dengan corak agama Siwa-Buddha (irisan dari Buddha Mahayana dan Hindu Siwa) dengan gaya bangunan bagian bawahnya Siwa dan atasnya Buddha. Irisan corak ini unik karena di India sendiri dua aliran ini memiliki konflik. Kerajaan Singhasari adalah yang pertama kali mengenalkan konsep Nusantara dan Dwipantara yang artinya “Pulau-pulau di luar (Jawa)”.

3. Kerajaan Malayu Dharmmasraya
Kerajaan ini berkembang pada abad ke-14 yang disebutkan dalam Nagarakrtagama karya Mpu Prapanca berlokasi di Sumatera. Raja yang terkenal yakni Adityawarman yang semasa pemerintahannya mengeluarkan beberapa prasasti antara lain Kapolo Bukit Gombak I, Bukti Gombak II, dan Suroaso I. Peninggalan sejarah lain berupa Candi Padang Roco 1 dan 2.

4. Kerajaan Kuna
Kerajaan Bali Kuna pertama kali muncul pada abad ke-9 yang berpusat di Kedaton Singhamandawa. Peninggalan sejarahnya yang terkenal yakni telaga di Desa Manukraya yang sekarang dikembangkan menjadi pura Tirtha Empul di Gianyar. Candi-candi yang ditinggalkan kerajaan ini terbilang unik karena memanfaatkan dinding tebing yang dipahat sedemikian rupa.

5. Kerajaan Majapahit
Kerajaan ini merupakan kerajaan terakhir zaman klasik (Hindu-Buddha). Bukti sejarahnya banyak dijumpai di Trowulan. Prof. Agus pernah membuat sketsa pusat kota Majapahit yang terdiri atas komplek keraton, perumahan, wanguntur, pasar, dan percandian. Beberapa candi yang terkenal diantaranya Candi Jago, Brahu, Jawi, dan Angka Tahun Panataran.

Pada Masa Kerajaan Majapahit dengan penulis Mpu Prapanca mengenalkan istilah sebaran wilayah Uttama-Madya-Nista. Uttama adalah luas Kerajaan Majapahit mencakup Nusantara. Kemudian daerah Madya mencakup Desantara dan Mitreka Satata yang merupakan kerajaan kawan di Asia Tenggara. Dan daerah Nista mencakup Anyadesa yang merupakan bagian luar. Pada masa itu, daerah lain seperti Eropa dan Amerika belum terbayang.

Dengan berakhirnya Kerajaan Majapahit, berakhirlah zaman klasik di Indonesia. Zaman klasik dianggap sebagai awal kelahiran bermacam pencapaian peradaban pada masa berikutnya. Padahal pada masa protosejarah nenek moyang bangsa Indonesa hanya menerima tiga anasir kebudayaan India berupa aksara (Pallava), tahun Saka, dan agama Hindu-Buddha berhasil melahirkan kejayaan di Nusantara dalam bentuk pemerintahan kerajaan, arsitektur, seni rupa, dan sebagainya.

Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin/FTMD, 2020)