Studium Generale: Mengarahkan Industri Ke SDG Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan

Oleh Vinskatania Agung A

Editor Vinskatania Agung A

BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Sustainable Development Goals (SDG) seharusnya bukan merupakan hal yang asing lagi di telinga kita. SDG adalah hal yang digadang-gadang agar kita bisa terlibat dalam pengembangan global. Pekan lalu pada Rabu (30/03/16),  Drs. Iskandar, Apt., M.M. bertandang ke ITB untuk mengisi kuliah umum Studium Generale untuk berbagi mengenai SDG dalam seminar yang bertajuk "Industri dalam Kerangka Sustainable Development Goals". Bertempat di Aula Barat ITB, Presiden Direktur PT Biofarma ini memaparkan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan agar kita dapat terlibat dan diperhitungkan dalam penerapan SDG hingga tahun 2030 kelak.

SDG merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs (Millenium Development Goals), Tujuan Pembangunan Millenium, yang mulai dijalankan pada September 2000 dan berakhir di tahun 2015. Adapun target MDGs adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015 yang merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium. Deklarasi ini diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. MDGs pada akhirnya menghasilkan berkurangnya jumlah penduduk miskin sekitar setengahnya. Banyak agenda-agenda tak terselesaikan di MDG, maka SDG-pun dicetuskan untuk meneruskan dan memantapkan MDGs agar lebih berkelanjutan dan selamanya.

SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. SDG disahkan di pada 25 Desember 2015 di New York. Pengetahuan mengenai SDG menjadi penting untuk diketahui agar produk-produk yang kita hasilkan bisa diterima oleh pasar global.

Rintisan Biofarma Dalam Penerapan SDG
Biofarma tahun ini sampai di usia 125 tahun. Kerja kerjas Biofarma sejak 1997 pada pembuatan vaksin jatuh bangun. Hebatnya, berkat perhatian yang diberikan perusahaan ini pada SDG, kini vaksin biofarma dapat dijumpai di 152 negara di dunia.

Pemakaian vaksin diperuntukkan guna melindungi orang-orang sehat. Vaksin berasal dari keanekaragaman hayati berupa virus, bakteri, dan jamur yang dilakukan proses pemurnian dan pemuliaan, sehingga barang yang sebelumnya dihindari, dapat menjadi "teman" yang membantu. Setelah dikembangbiakkan, virus, bakteri, dan jamur disimpan selama puluhan tahun. Proses pemuliaan dan pemurnian adalah fase yang paling penting sebagai tempat besarnya teknologi dan pengetahuan yang tercetak dengan identitas sendiri. Proses selanjutnya dapat dilakukan oleh siapa saja. Inilah pola pikir SDG yang dapat membuat suatu produk bertahan. Cerita kemandirian dan kedaulatan tidak akan tersiar tanpa perhatian terhadap hal ini.

Selanjutnya, saat melakukan CSR, biofarma berinovasi besar-besaran. Tanpanya, menurut Iskandar, mustahil Biofarma dapat berdiri di kelas dunia. Contohnya, biofarma mendukung program Gubernur Jawa Barat. Di sana, dikembangkan pilar-pilar pendidikan dalam pembentukan sarana pelatihan, penghijauan, ekonomi dalam pengembangan kampung batik, keripik buah dan produk kuliner, imunisasi, pengobatan, dan UGD. Ilmu genetika yang dikuasai biofarma digunakan juga untuk pengembangan alam. Misal dalam budidaya koi, biofarma melihat dari segi metode yang selama ini salah diterapkan seperti dalam segi manajemen air. Selain itu, di Ciletuh juga dikembangkan keanekaragaman hayati berupa keripik buah, sidat, mangrove, bambu, rumput laut, dan beras hitam. Pengembangan juga dilakukan pada aspek keanegaragaman budaya dan geologi.

Arah SDG di Masa Depan
The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) mengembangkan SDG untuk mengarahkan dunia. Menurut UNIDO, penggunaan energi harus ditingkatkan efisiensinya dan penerapannya harus fleksibel agar dapat dikembangkan dengan cara yang inovatif. Menurut Iskandar, generasi Y, yang di dalamnya terdapat mahasiswa, dapat menghasilkan ide-ide liar untuk mengembangkan hal ini. Aplikasi produk harus berupa teknologi ramah lingkungan.

Agenda di tahun 2030 adalah SDG yang bertransformasi ke dalam 17 gol. Iskandar percaya bahwa SDG tidak dapat berjalan dengan melakukan hal sendirian. Gol-gol tersebut menjadi sebuah konsep yang mewadahi segala jenis kepentingan. Kita dapat berkontribusi dalam mengembangkan cetak biru regulasi dengan menjalankan SDG dan meletakkan kepentingan kita di dalamnya. Langkah awalnya dilakukan dengan blusukkan ke badan internasional seperti WHO dan menyumbangkan pemikiran di sana. Saat tiba masa post-SDG diharapkan hasil rintisan sekarang dapat membuahkan hasil dan menjadi kebanggaan Indonesia kelak. Penjajahan dari segi teknologi harus dihentikan dan kita harus membuat segalanya dengan tangan sendiri.

 

Foto: antaranews.com dan samunc.com


scan for download