Studium Generale: Menkopolhukam Beri Wawasan Kebijakan Publik Bagi Mahasiswa ITB
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Luhut mengawali kuliah umunya dengan menyampaikan bagaimana sebuah keputusan dibentuk. Terdapat tiga pendekatan dalam pengambilan keputusan yaitu melalui proses rasional (rationality) yang secara utuh dikerangkai oleh rasionalitas. Kedua adalah melalui rasional dengan batasan akal manusia (bounded rationality) dan yang terakhir adalah keputusan yang diambil berdasarkan proses politik (incrementalism). Luhut mengatakan bahwa pendekatan-pendekatan akan sangat baik jika didasarkan oleh rasionalitas. "Ingat, public policy sangat penting. Pendekatannya harus mementingkan kepentingan nasional," ungkapnya. Luhut sekaligus berpesan bahwa jangan sampai menjual diri sendiri dan profesionalisme dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan publik.
Pengambil Kebijakan Harus Berani dan Pakai Hati
Berbagai pembangunan di Indonesia yang berdampak luas bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui sebuah proses pengambilan keputusan. Menurut Luhut harus menerapkan 'Check, Recheck, and Check Again'. Keputusan yang diambil harus berdasarkan analisis yang tajam. Ia menekankan ketajaman analisis bisa berasal dari pemikiran yang pintar. "Namun, di samping kepintaran, harus punya hati. Hati itu penting supaya mau berbicara kepentingan nasional. We are talking how to build this country," tambahnya.
Luhut mencontohkan dua kebijakan publik yang telah diterapkan di Indonesia antara lain relokasi subsidi BBM dan dana desa. Diceritakan pula bagaimana selama ini kondisi pembangunan di Indonesia setelah diberlakukannya kebijakan tersebut. Subsidi BBM yang selama ini telah menghabiskan 20% anggaran negara direalokasikan antaralain bagi pembangunan irigasi, pertanian, jalan, subsidi pupuk, dan pembangunan lainnya.
Pengurangan subsidi BBM yang seara temporer mengurangi daya beli masyarakat juga ikut menurunkan pertumbuhan perekonomian. Namun, bagi Luhut, keputusan ini memang sejak dulu harus berani diambil. Seiring berjalannya program produktif lain yang berasal dari dana realokasi tersebut, akan terjadi recovery perekonomian. Hingga kini, pertumbuhan perekonomian Indonesia meningkat dari triwulan kedua tahun 2015 sebesar 4,66% hingga pada triwulan terakhir 2015 bisa mencapai 5,04%. "Pengambilan kebijakan itu juga harus memberikan penjelasan kepada masyarakat. Bahwa kebijakan ini akan memberikan pengaruh baik. Contohnya pembangunan waduk yang meskipun awalnya sulit dalam pembebasan lahan, namun akan meningkatkan produktivitas pertanian para petani," ungkapnya sekaligus menyampaikan bahwa dampak-dampak pengambilan keputusan atau penerapan kebijakan harus diketahui dan dilakukan pengawasan.
Dalam studium generale kali ini, Luhut juga menyampaikan kondisi dan kebijakan keamanan di Indonesia menanggapi ancaman yang terjadi dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari terorisme hingga pengedaran narkoba yang mampu menghancurkan generasi-generasi penerus bangsa. Pentingnya kebijakan keamanan adalah untuk mencegah adanya tindakan-tindakan yang mengancam kedaulatan dan kemanan negara.
Pada akhir pemaparan, Luhut menyimpulkan bahwa sebagai pemimpin, harus berani mengambil kebijakan yang dapat menyelesaikan masalah dan memberikan manfaat yang besar dalam jangka menengah dan panjang, meskipun kebijkan tersebut tidak populer. Serta dalam melakukan pengawasan implementasi kebijakan tersebut. "Jangan lupa, check, recheck, and check again!" tutupnya.