PMB Pascasarjana ITB 2023, Dorong Kapasitas Keilmuan yang Lebih Kuat dan Inovatif
Oleh Anggun Nindita
Editor Diky Purnama, S.Si.,M.Ds.
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menerima sebanyak 5.669 mahasiswa baru pada Tahun Akademik (TA) 2023/2024. Jumlah tersebut tersebar di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Program Sarjana, Program Pascasarjana, serta Program Profesi.
Secara spesifik terdapat 974 mahasiswa baru pada Program Pascasarjana yang diterima pada semester ganjil yang dimulai pada Agustus 2023 ini. Jumlah tersebut terdiri dari 868 mahasiswa Program Magister dan 106 dari Program Doktor.
Seluruh mahasiswa Program Pascasarjana mengikuti rangkaian acara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yang diselenggarakan secara luring di Gedung Sasana Budaya Ganesha ITB (Sabuga ITB) pada Senin, (14/8/2023).
Kegiatan ini diawali dengan pembacaan laporan dari Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng. Dalam kesempatan ini, Prof. Jaka menyampaikan seleksi mahasiswa baru ITB telah dilakukan sejak Januari hingga Juni 2023.
“Penerimaan mahasiswa Pascasarjana diselenggarakan secara mandiri oleh ITB, yakni sebanyak 6 gelombang untuk seleksi mahasiswa baru Program Magister dan Program Doktor serta sebanyak 2 gelombang untuk seleksi mahasiswa baru Program Profesi (Apoteker dan Keinsinyuran),” katanya.
Selain itu, Prof. Jaka menerangkan untuk usia rata-rata mahasiswa Program Magister adalah 25 tahun 11 bulan. Dengan usia termuda 20 tahun 6 bulan dan yang tertua berusia 54 tahun 9 bulan.
Sedangkan untuk Program Doktor, usia rata-ratanya adalah 35 tahun 9 bulan. Dengan usia termuda 22 tahun 7 bulan serta usia tertua 59 tahun 2 bulan.
Dia juga menyampaikan untuk gambaran umum Program Profesi, terdapat 44 mahasiswa baru, dengan rincian 22 orang di Profesi Apoteker serta 22 orang di Profesi Keinsinyuran.
Tak hanya itu, Prof. Jaka pun mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf dan tenaga kependidikan di ITB yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung pada proses penerimaan mahasiswa baru tahun ini. Menurutnya, tanpa kerja sama yang baik, proses seleksi ini tidak akan berjalan dengan lancar.
Acara dilanjutkan dengan pelantikan mahasiswa baru oleh Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. Pembacaan janji mahasiswa ITB dipimpin oleh perwakilan mahasiswa baru dari setiap fakultas.
Kemudian, Prof. Reini menyampaikan sambutannya yang menekankan pentingnya kemampuan kognitif, keterampilan, sikap, karakter, dan kepribadian sebagai sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan gelar selama menempuh pendidikan di ITB. “Semakin tinggi gelar yang dimiliki, diharapkan mampu memiliki sikap dan kepribadian yang semakin baik.” ungkap Rektor ITB.
Mahasiswa baru Program Pascasarjana ITB mengikuti gelar wicara inspiratif yang diawali oleh sambutan dan penjelasan budaya ilmiah unggul ITB. Pemaparan ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D.
Dia menyampaikan teknologi yang maju di suatu negara didukung oleh riset yang kompetitif. Menurutnya, riset yang maju ini tak lagi berurusan dengan uang, tetapi berkaitan dengan kapasitas keilmuan. “Riset maju mendorong budaya ilmiah yang kuat.” katanya.
Selanjutnya, hadir Dekan Sekolah Pascasarjana ITB, Prof. Dr. Suprijadi, M.Eng., untuk menyampaikan pengantar gelar wicara yang diselenggarakan di Sabuga ITB. Dia mengatakan Sekolah Pascasarjana merupakan lanjutan dari studi sarjana. Ia menekankan bahwa mahasiswa pada Program Magister perlu meningkatkan pengetahuan dan memulai penelitian. Sedangkan mahasiswa yang mengikuti Program Doktor diibaratkan sebagai konsultan dalam penelitian.
Suprijadi juga menyampaikan adanya Program Magister Multidisiplin yang sifatnya kolaborasi antara satu bidang keilmuan dan kelimuan lainnya.
“Program yang tersedia mendorong kerja sama dari berbagai disiplin dan membuka peluang kolaborasi dengan mitra di luar negeri," ucapnya.
Sebagai informasi, 9 program yang diselenggarakan oleh ITB, antara lain Teknologi Nano, Teknologi Kesehatan, Pendidikan Sains 4.0, Digital Technopreneurship, Smart-X, Material Baterai, Kebencanaan, Pariwisata Hayati Berkelanjutan, dan Kepemimpinan Desain.
Acara selanjutnya diisi oleh paparan dari Prof. Dr. apt. Heni Rachmawati dengan tema “Peningkatan Budaya Ilmiah Unggul melalui Penelitian Mahasiswa Pascasarjana”. Heni kembali mengingatkan persyaratan lulus bagi mahasiswa pascasarjana yang mengharuskan publikasi penelitian, baik untuk Program Magister, maupun Program Doktor.
Menurutnya, riset penting dilakukan karena akan memengaruhi kualitas publikasi. “Bukan hanya sekadar untuk lulus, tetapi juga untuk masa depan anda.” kata Heni.
Beliau juga menekankan bahwa mahasiswa Program Doktor, harus mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset untuk perkembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia. Tak hanya itu, Heni menegaskan pentingnya untuk mendapatkan pengakuan secara nasional atau internasional atas hasil penelitian yang dipublikasikan.
Pembahasan terakhir disampaikan oleh Aqsha, Ph.D., yang membahas “Strategi Publikasi Bereputasi untuk Kelulusan Mahasiswa Pascasarjana”. Pada kesempatan ini, Aqsha menyampaikan sejumlah alasan pentingnya melakukan publikasi, yaitu discoverability, advancement of science, collaboration, standardized, reputation/recognition, career advancement, key performance index, dan insentif.
Pemaparan yang ia sampaikan dapat membuka wawasan untuk mahasiswa pascasarjana yang memiliki kewajiban melakukan publikasi. Beliau menyampaikan pengetahuan terkait struktur penulisan hasil penelitian hingga pemilihan jurnal sebagai wadah publikasi.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)