Studium Generale: Mewujudkan Indonesia Sebagai Bangsa yang Tangguh Menghadapi Bencana
Oleh Muhammad Fikri
Editor Muhammad Fikri
Kuliah umum pada pagi hari ini dibuka oleh sambutan Rektor ITB, Prof. Akhmaloka, Ph.D. Dalam sambutannya Akhmaloka menjelaskan tantangan untuk hidup dan tinggal di Indonesia yang sering ditimpa bencana alam. Akhmaloka juga berpesan bahwa tujuan dari kuliah ini agar lulusan ITB memiliki kepedulian dan wawasan terhadap permasalahan bangsa yang salah satunya adalah bencana alam.
Dr. Syamsul Maarif, M.Si. membuka kuliah umum dengan bercerita tentang pengalamannya saat menangani bencana letusan Gunung Merapi. Berbekal pengalaman pada saat itu, Syamsul menekankan pentingnya membangun kesadaran masyarakat akan kesiapsiagaan terhadap bencana alam. "Membangkitkan kesadaraan masyarakat sama pentingnya dengan membangun sistem dan infrastruktur tanggap bencana. Pelatihan dan simulasi perlu diadakan untuk meminimalisir korban jiwa akibat bencana," ujar lulusan AKABRI angkatan 1973 ini.
Indonesia sebagai Laboratorium Bencana
Indonesia terletak pada tiga lempeng aktif yakni Eurasia, Pasifik, dan Hindia Australia membuat bencana alam seperti erupsi gunung berapi dan gempa bumi sering terjadi dibandingkan negara-negara lain di dunia. "Sudah seharusnya apabila Indonesia sebagai laboratorium bencana alam menjadi pusat dari kajian bencana alam di dunia," ujar Syamsul. Syamsul juga berpendapat bahwa tenaga ahli dalam bidang bencana alam dalam negeri sudah cukup baik dan memadai.
Tantangan global yang dihadapi oleh seluruh dunia meliputi degradasi lingkungan, meningkatnya jumlah penduduk dan kemiskinan, serta perubahan iklim akibat perilaku manusia. Ketiga hal tersebut menciptakan kerentanan yang dapat memicu terjadinya bencana alam, khususnya bencana hidrometrologi yang sering terjadi di Indonesia.
Di akhir kuliah, Syamsul menyampaikan harapannya akan tersedianya pendidikan keahlian tentang kebencanaan di perguruan tinggi Indonesia. "Indonesia ini sering terjadi bencana, sudah semestinya kita menjadi ahli dalam menangani bencana. Perguruan tinggi besar di seluruh Indonesia sangat potensial untuk menjadi pusat kajian kebencana alaman dunia," ujar Syamsul.