Studium Generale Paparkan Jawaban Masa Depan Ekonomi Indonesia
Oleh Diviezetha Astrella Thamrin
Editor Diviezetha Astrella Thamrin
BANDUNG,itb.ac.id - Mahasiswa dari berbagai program studi memadati Aula Barat ITB pada Rabu (21/11/12) untuk menghadiri Studium Generale. Bertajuk "Technology and Innovation: How Can Indonesia Beat the Middle Income Trap", kuliah umum yang diselenggarakan oleh Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB ini menghadirkan pula tokoh dari Carnegie Endowment for International Peace, Vikram Nehru.
Kuliah umum dibuka oleh Pembantu Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr.Ir. Kadarsah Suryadi. Dalam pidato pembukaannya, beliau mengucapkan terimakasih atas kedatangan Ketua LK ITB, Brian Yuliarto dan perwakilan dari Bakrie Center Foundation (BCF), Imbang J. Mangkuto. BCF adalah lembaga yang bekerjasama dengan Carnegie Endowment, dimana Mr. Vikram Nehru merupakan perwakilan dari Bakrie untuk Penelitian Wilayah Asia Tenggara di Carnegie Endowment for International Peace.
Mr. Vikram mengawali kuliah dengan penjelasan mengenai posisi ekonomi Indonesia di mata dunia. Indonesia memiliki Produk Nasional Bruto (PNB) sekitar 2500 USD dan tergolong dalam negara berpendapatan menengah. Dalam penjelasannya, Indonesia dinilai memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sehingga mampu digolongkan dalam kategori negara berpendapatan menengah. Kini, yang menjadi pertanyaan adalah kemampuan Indonesia untuk mengekskalasi kemampuannya, hingga pada akhirnya dapat masuk ke dalam golongan negara berpendapatan tinggi.
Tantangan Ekonomi bagi Indonesia
Vikram menjelaskan bahwa hanya enam negara di Asia yang mampu berpindah dari golongan negara berpendapatan menengah menjadi berpendapatan tinggi. Hal mendasar yang membuat negara-negara ini seakan terperangkap dalam kondisi demikian (middle income trap) adalah sulitnya mempertahankan daya kompetisi dari berbagai sektor yang ada dalam suatu negara. Salah satu hal yang menghambat adalah teknologi, dimana ketimpangan kemajuan teknologi antarnegara membuat produk-produk negara berpendapatan menengah kurang mampu bersaing dengan produk dari negara berpendapatan tinggi.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah masalah economies of scale. Vikram mengatakan bahwa pola pikir yang harus ditanamkan adalah perlunya pembagian kerja antarnegara disamping produksi barang itu sendiri. Selain itu, inovasi ide perlu dilakukan pula agar produk memiliki nilai jual tinggi. Jika hal ini dikolaborasikan, maka akan terbentuk kondisi yang kondusif untuk menciptakan beragam inovasi karena pelaku industri telah memahami pentingnya spesialisasi produk.
Terakhir, Vikram berpesan bahwa pendidikan adalah senjata ampuh untuk menyediakan modal sumber daya manusia yang baik. "The challege is not by funding more on education but extracting the best quality that you can get," tutup Vikram.
Oleh: Medhira Handinidevi dan Hafshah Najma Ashrawi (IJA 2012)