Studium Generale: Pendidikan Karakter Bagi Perwujudan Ketahanan Nasional
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
"Kekuatan nasional merupakan sarana untuk mencapai tujuan nasional," ungkap Budi Susilo memulai materi pembahasan. Ia mengutip pada sebuah buku berjudul 'Politics Among Nations' bahwa sangat penting bagi sebuah bangsa untuk memahami keadaan geopolitik dan geostrategis. Salah satu kekuatan tersebutlah sebagai jalan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita Indonesia. Budi juga menyampaikan bagi mahasiswa ITB bahwa teknologi tidak berdiri sendiri, tetapi perlu menguasai politik juga.
Bagi Budi Susilo, untuk memahami geopolitik, dimulai dengan memahami wawasan nusantara. Mulai dari sejarah lahirnya bangsa Indonesia hingga cita-cita dan ideologi bangsa. Wawasan ini merupakan dasar bagi wawasan pembangunan nasional dan pertahanan. Selain itu, dalam mempelajari geostrategi, sangat penting untuk mengerti aspek alamiah dan aspek sosial serta melihat kondisi dinamis bangsa. Dosen Universitas Indonesia ini memaparkan bahwa geopolitik dan geostrategi bukanlah ilmu seperti integral maupun deferensial yang sudah pasti dan jelas alurnya. Melainkan, ilmu ini merupaan ilmu multidisiplin yang mempelahari hubungan antara ruang dan politik terkait teritorial.
Ruang lingkup ketahanan nasional dapat dikatakan sangat luas. Budi Susilo menyebutkan dari skala nasional hingga global. Seperti Indonesia yang memiliki keuntungan geografis sebagai poros maritim dunia, kemiskinan, terortisme, narkoba, konflik horizontal, kerusakan lingkungan, hingga isu antarregional seperti MEA 2015, Laut Tiongkok Selatan, dan isu global seperti perubahan iklim dan cyber warfare. Ia menekankan segala isu tersebut perlu disikapi terlebih dahulu dengan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang terjaga. Apalagi dalam berhubungan dengan negara lain. Ketahanan tersebut sebagai salah satu dalam mewujudkan cita-cita nasional. ITB sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia tentu ikut berperan di dalam mewujudkan tujuan NKRI. Budi Susilo menyebutkan peran tersebut paling besar dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam pemaparannya, Budi Susilo juga mengemukakan isu yang sedang strategis di Indonesia. Indonesia sebagai poros maritim dunia dan arus perairan Indonesia bisa mempengaruhi ketahanan negara ini. Selain itu, juga ancaman jaringan terorisme melalui internet. Ancaman ini melihat kondisi informasi yang bebas datang dan dikirimkan. Propaganda paham terorisme bagi Budi lebih mudah disebarluaskan tanpa harus tatap muka. Fenomena tersebut menjadi perhatian khusus dalam menjaga ketahanan nasional.
Berbicara mengenai daya saing dari sumber daya manusianya, Budi Susilo menjawabnya dengan pendidikan karakter. "Nasionalisme Indonesia itu yang paling penting adalah roh perjuangannya," ungkap Budi. Baginya, pendidikan karakter adalah hal yang utama dalam peningkatan daya saing kemajuan bangsa Indonesia. Ia membagikan lima poin pemikiran untuk dikembangkan di lingkungan pendidikan tinggi sebagai wadah pendidikan bangsa. Pertama, memahami bentuk revitalisasi tujuan dan cita-cita bangsa. Kedua, kebutuhan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia. Ketiga, peningkatan kemampuan, kapasitas, dan kompetensi SDM yang berdaya saing. Keempat, 'actionable knowledge' yang akan menghasilkan produk berteknologi tinggi, kreatif, sekaligus memiliki nilai tambah. Serta yang paling penting adalah hal tersebut dilandasi kejujuran, etika, dan moral. "Saya yakin mahasiswa disini bisa melaksanakan empat poin ini, dan jangan lupa, tanpa poin ke lima, empat hal tadi tidak ada artinya," tutup Budi Susilo.
Ia juga berharap kepada civitas akademica ITB untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan antara peningkatan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual. Serta menjadi penjuru dalam menghasilkan SDM Indonesia yang kreatif, inovatif, dan mandiri, dalam penguasaan serta pengembangan teknologi untuk kemajuan bangsa dan negara.