Studium Generale: Perkuat Ekonomi Indonesia Melalui Konsumsi Produk Dalam Negeri
Oleh Christanto
Editor Christanto
BANDUNG, itb.ac.id - Dengan tujuan mulia agar mahasiswa ITB dapat membangun kepeduliannya terhadap bangsa, ITB kembali menyelenggarakan Studium Generale ke-4 pada Sabtu (19/02/11) di Auditorium Sasana Budaya Ganesha (Sabuga). Studium Generale kali ini menghadirkan Wakil Menteri Keuangan RI, Dr. Anny Ratnawati sebagai pembicara. Ia menyampaikan kuliah umum dengan tema "Update Ekonomi Indonesia dan Kebijakan Fiskal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara".
Anny memulai paparannya dengan mengemukakan kriteria sebuah negara yang besar, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, laju inflasi yang rendah, rendahnya tingkat pengangguran, dan meratanya pendapatan masyarakat. "Dan saya yakin bahwa Indonesia akan menjadi negara yang besar pada suatu hari," kata Anny.
Meskipun demikian, Anny mengungkapkan bahwa saat ini laju pertumbuhan ekonomi dunia masih dipimpin oleh negara-negara emerging market. Indonesia sendiri memang telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya menjadi hingga 6,1% pada tahun 2010, namun pertumbuhan ekonomi terbesar masih ditopang oleh sektor industri, perdagangan, dan jasa.
Sektor lain yang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan adalah sektor pertambangan. Meskipun indikatornya baik, namun Anny mengutarakan bahwa pertambangan bersifat non-renewable. "Ketika sumber daya ini habis, maka Indonesia harus membeli dari luar negeri yang harganya jauh lebih mahal," kata Anny.
Sementara itu, inflasi menjadi indikator lain yang menentukan arah ketahanan bangsa. "Ketika permintaan meningkat sedangkan suplai menurun, maka terjadilah inflasi," jelas Anny. Kenaikan harga ini juga akan berdampak pada meningkatnya suku bunga. Suku bunga tinggi pada akhirnya akan memberatkan pertumbuhan ekonomi.
Prioritaskan Produksi Dalam Negeri
Hal yang disayangkan dari tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian dan peternakan. "Padahal, kalau ingin pertumbuhan ekonomi kita semakin tinggi, sektor ini harus memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi," ungkapnya.
Dari berbagai pemaparan yang telah disampaikannya, dalam kuliah umum tersebut, Anny sangat menekankan agar masyarakat Indonesia kembali mengonsumsi produk dalam negeri. "Jagalah martabat orang Indonesia. Mewujudkan sebuah negara besar tentu dimulai dari diri kita sendiri," pesan Anny.
Meskipun demikian, Anny mengungkapkan bahwa saat ini laju pertumbuhan ekonomi dunia masih dipimpin oleh negara-negara emerging market. Indonesia sendiri memang telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya menjadi hingga 6,1% pada tahun 2010, namun pertumbuhan ekonomi terbesar masih ditopang oleh sektor industri, perdagangan, dan jasa.
Sektor lain yang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan adalah sektor pertambangan. Meskipun indikatornya baik, namun Anny mengutarakan bahwa pertambangan bersifat non-renewable. "Ketika sumber daya ini habis, maka Indonesia harus membeli dari luar negeri yang harganya jauh lebih mahal," kata Anny.
Sementara itu, inflasi menjadi indikator lain yang menentukan arah ketahanan bangsa. "Ketika permintaan meningkat sedangkan suplai menurun, maka terjadilah inflasi," jelas Anny. Kenaikan harga ini juga akan berdampak pada meningkatnya suku bunga. Suku bunga tinggi pada akhirnya akan memberatkan pertumbuhan ekonomi.
Prioritaskan Produksi Dalam Negeri
Hal yang disayangkan dari tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian dan peternakan. "Padahal, kalau ingin pertumbuhan ekonomi kita semakin tinggi, sektor ini harus memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi," ungkapnya.
Dari berbagai pemaparan yang telah disampaikannya, dalam kuliah umum tersebut, Anny sangat menekankan agar masyarakat Indonesia kembali mengonsumsi produk dalam negeri. "Jagalah martabat orang Indonesia. Mewujudkan sebuah negara besar tentu dimulai dari diri kita sendiri," pesan Anny.