Seminar KENMI: Energi Baru Terbarukan dan Kaitannya dengan Akses Masyarakat Terhadap Energi
Oleh Muhammad Fikri
Editor Muhammad Fikri


"Dibentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi merupakan bentuk keseriusan pemerintah akan pentingnya energi alternatif di Indonesia," tutur Hazrul. Energi fosil yang berasal dari hasil bumi masih menjadi prioritas dan sumber energi utama di Indonesia, hal ini yang memicu digalakannya pemakaian energi bersih untuk menjaga lingkungan.
Pada tahun 2010, kondisi energi di Indonesia masih bergantung pada minyak bumi sebagai sumber utama dengan rasio pemakaian sebesar 46,93%. Diikuti oleh batu bara 26,38%, gas bumi 21,9%, dan panas bumi 1,5%. Ditambah dengan peningkatan konsumsi energi nasional sebesar 7% setahun, semua faktor tersebut berakibat pada terbentuknya emisi gas karbondioksida sebanyak 302 juta ton.
"Dengan jumlah pemakaian bahan bakar saat ini, diprediksi bahwa minyak bumi di Indonesia akan habis dalam tempo waktu dua puluh tiga tahun lagi, maka dari itu diperlukan kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah akan energi," jelas Hazrul. Untuk ke depannya, pemerintah akan melakukan efisiensi terhadap kebutuhan energi dan memaksimalkan sumber energi terbarukan.
Menyebarkan Semangat Hemat Energi dan Penggunaan Sumber Energi Alternatif
Indonesia memiliki banyak potensi dalam pengembangan energi alternatif, akan tetapi baru sedikit yang sudah diberdayakan. Seperti potensi energi air yang dapat dibangun PLTA di Indonesia, terdapat potensi sebesar 75.670 megawatt, namun baru 4.200 megawatt yang sudah dimanfaatkan.
"Tingginya kebutuhan akan energi di Indonesia mendorong banyaknya eksplorasi dan pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, di sisi lain terdapat juga lingkungan dan alam yang harus dijaga. Solusi untuk kedua hal tersebut adalah energi alternatif yang ramah lingkungan, agar alam tetap terjaga dan dapat dilestarikan untuk anak cucu kita, " pesan Hazrul.
Pada tahun 2010, kondisi energi di Indonesia masih bergantung pada minyak bumi sebagai sumber utama dengan rasio pemakaian sebesar 46,93%. Diikuti oleh batu bara 26,38%, gas bumi 21,9%, dan panas bumi 1,5%. Ditambah dengan peningkatan konsumsi energi nasional sebesar 7% setahun, semua faktor tersebut berakibat pada terbentuknya emisi gas karbondioksida sebanyak 302 juta ton.
"Dengan jumlah pemakaian bahan bakar saat ini, diprediksi bahwa minyak bumi di Indonesia akan habis dalam tempo waktu dua puluh tiga tahun lagi, maka dari itu diperlukan kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah akan energi," jelas Hazrul. Untuk ke depannya, pemerintah akan melakukan efisiensi terhadap kebutuhan energi dan memaksimalkan sumber energi terbarukan.
Menyebarkan Semangat Hemat Energi dan Penggunaan Sumber Energi Alternatif
Indonesia memiliki banyak potensi dalam pengembangan energi alternatif, akan tetapi baru sedikit yang sudah diberdayakan. Seperti potensi energi air yang dapat dibangun PLTA di Indonesia, terdapat potensi sebesar 75.670 megawatt, namun baru 4.200 megawatt yang sudah dimanfaatkan.
"Tingginya kebutuhan akan energi di Indonesia mendorong banyaknya eksplorasi dan pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, di sisi lain terdapat juga lingkungan dan alam yang harus dijaga. Solusi untuk kedua hal tersebut adalah energi alternatif yang ramah lingkungan, agar alam tetap terjaga dan dapat dilestarikan untuk anak cucu kita, " pesan Hazrul.