Susur Sungai Cikapundung KMPA-PSIK: Rekreasi Sekaligus Pembelajaran

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Minggu, 23 April 2006 kemarin, Pkl 08.00 pagi, peserta perjalanan Susur Sungai Cikapundung sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W-03. Satu jam kemudian rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke hulu dimana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu peserta mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sepinggang. Ketinggian air meningkat sekitar 50 cm setelah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin Sabtu 22 April 2006 yang bertepatan dengan Hari Bumi. Derasnya air Sungai Cikapundung pun tidak mengecilkan hati para peserta yang mengikuti acara Susur Sungai Cikapundung. Acara Susur Sungai Cikapundung ini merupakan salah satu acara dari serangkaian kegiatan Pekan Hari Bumi se-ITB yang diadakan oleh Unit Kegiatan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) yang bekerja sama dengan PSIK (Perkumpulan Studi Ilmu Masyarakat). Acara Susur Sungai Cikapundung ini diikuti oleh 24 orang yang terdiri dari berbagai unit kegiatan ITB seperti PSIK, KMPA, Teknik Pertambangan, Nymphea, Planologi dan 3 orang pelajar dari SMPAL-Huda dan satu pelajar dari SMK Dago. “Seru...!” ujar Mega, mahasiswa Teknik Planologi 2004, dengan semangat menggebu yang mengikuti kegiatan tersebut bersama tiga orang temannya dari Planologi. Hal serupa juga keluar dari peserta lain yang mengikuti acara ini. Mereka tidak menyangka bahwa dengan menyusuri sungai dapat menjadi ajang rekreasi dari rutinitas sehari-hari. Beruntung hari itu hujan tidak turun yang dapat menyebabkan acara menjadi kacau karena dapat menyebabkan naiknya dabit air dan menambah derasnya sungai sehingga dapat membahayakan nyawa peserta. Selain menyusuri sungai dan melihat secara langsung kondisi Cikapundung peserta juga diberikan wacana dan ajang diskusi yang diberikan oleh Andre, mahasiswa Teknik Planologi 2002, mengenai konsep penataan ruang di Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai yang tetap memperhatikan lingkungan selain itu peserta juga diajak untuk mengambil sampah-sampah yang mencemari Sungai Cikapundung. Ajang diskusi ini cukup menimbulkan banyak pertanyaan dari peserta tentang bagaimana seharusnya menata daerah sepanjang aliran sungai agar tidak merusak lingkungan dan sungai yang ada. Diharapkan dengan adanya acara ini para peserta yang ikut dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dari Sungai Cikapundung dan apa yang terjadi dengan lingkungan di DAS Cikapundung dan mudah-mudahan dapat tergerak hatinya untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan yang terjadi di Bandung khususnya Sungai Cikapundung. Setelah kurang lebih 4 jam menyusuri Sungai Cikapundung dan berbasah ria, sekitar pukul 14.20 acara menyusuri sungai tersebut selesai dan keluar di daerah Ciumbuleuit atas yang kemudian dilanjutkan dengan pawai spanduk dan poster sampai kampus. (Dominic)