Berhasil Atur Strategi, Tim ITB Menangkan Smart Competition Petrolida 2017

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

Petroleum Integrated Days

BANDUNG, itb.ac.id – Kembali berlaga dalam ajang (Petrolida), Tim Smart Competition ITB berhasil meraih juara pertama dalam ajang tersebut pada Jumat (7/4/2017). Bertempat di gedung Institut Teknologi Surabaya (ITS), Petrosmart Petrolida berhasil mendatangkan lima belas tim dari universitas-universitas dalam negri seperti UI, Unpad, Trisakti, ITB, STT Migas, UPN, dan ITS sendiri. Acara Petrosmart Petrolida merupakan serangkaian acara lomba dalam ranah minyak dan gas yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineer (SPE) Seksi Mahasiswa ITS.

ITB sendiri mengirimkan mengirimkan dua tim, tim A dan B, untuk mengikuti perlombaan Smart Competition ini yang kemudian dimenangkan oleh tim A ITB setelah mengungguli rekan kampusnya yaitu tim B ITB di babak final. Tim A ITB merupakan tim bentukan mahasiswa Teknik Perminyakan ITB yaitu Kevin Tja (2013), Defry Erwinsyah (2014), dan Maria Yohana Togimarito (2015).

Motivasi Ikuti Lomba dan Pembentukan Tim

Terbentuk dari tiga angakatan yang berbeda ternyata menyulut motivasi yang berbeda pula dari masing-masing anggota. Maria Yohana, selaku peserta termuda dan juga perdana mengikuti lomba, mengaku rasa penasaran lah yang menjadi motivasinya terjun ke dalam tahap seleksi hingga delegasi. Berbeda dengan Defry, ia yang mengaku ingin menambah pengalaman lomba. Sedangkan sebagai anggota yang sudah sering mengikuti Lomba Smart Competition, Kevin mengaku bahwa Petrolida ini akan menjadi acara lomba terkahir yang ia ikuti sebelum lulus.

Pembentukan tim diatur oleh SPE ITB. Pertama, peserta diharuskan mengikuti seleksi tertulis, nama-nama yang dinyatakan lolos kemudian dikelompokkan menjadi dua tim yaitu tim A dan tim B. Pembentukan tim seperti ini dianggap efektif karena membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin mencoba terjun kedalam dunia lomba. Maria Yohana atau yang kerap disapa Mayo mengaku merasa beruntung telah dipasangkan dengan dua kakak tingkat yang mengayomi dan menuntunnya dalam pembelajaran menuju lomba, “Aku merasa mereka berdua seperti mentor aku. Selama proses latian juga pas lomba mereka selalu mengayomiku, pokoknya beruntung deh dijadikan satu tim dengan mereka,” jelas Mayo.

Persiapan dan Proses Latihan

Tentu, buah manis yang dihasilkan bukanlah tanpa melalui proses pematangan. Selain mendapat pelatihan dari SPE, tim A Smart Competition SPE ITB juga melakukan latihan individu. “Latihan sebagai satu kelompok itu penting agar kita tahu kemampuan satu sama lain. Lewat latihan kita juga bisa membangun koneksi,” jelas Kevin Tja atau yang kerap di sapa Ketja. Mereka mengaku telah melakukan latihan bersama kira-kira sebanyak 6-7 kali. Adapun pelatihan dari SPE berupa simulasi melawan tim-tim lain diadakan sekitar 4-5 kali. 

Saat latihan mereka tidak selalu menjadi pemenang, malah kerap merasa sangat kurang maksimal. “Score-ku dan Bang Defry saat training tidak terlalu tinggi, bahkan terkadang sangat rendah. Karena malu, aku pun semakin termotivasi,” jelas Mayo. Latihan-latihan yang dilakukan sekitar selama sebulan ini bukan hanya mengasah kemampuan secara teoritis, melainkan juga untuk fokus dan menyusun strategi menjawab.

Kemenangan yang Tidak Disangka

Smart Competition yang diselenggarakan Petrolida terdiri dari babak penyisihan, babak semi-final, dan babak final. Babak penyisihan terdiri dari lima pos, yaitu produksi, pengeboran, trivia, geofisika, dan campuran. Konsep babak penyisihan sendiri seperti bermain games. Tim harus menyelesaikan pos dengan cepat maksimal sepuluh menit per pos sehingga keseluruhan pos dapat diselesaikan dalam delapan puluh menit. “Awalnya, aku pesimis bakal masuk. Saat menuju pengumuman aku sudah nanya-nanya gimana kalau nggak masuk,” jelas Ketja.

Di sisi lain, Mayo dan Defry yakin bahwa tim A akan lolos babak penyisihan. “Kami menjawab sekitar 70 persen soal, pasti kita bisa masuk lah,” ujar Defry. Saat semi-final tim A mengaku sempat mendapatkan perlawanan yang cukup serius dari tim UI, namun untungnya ITB dapat mengejar ketertinggalan dengan menjawab dua pertanyaan rebutan terakhir. Di babak final, mereka mengaku memakai strategi bermain aman, tepatnya di pertanyaan taruhan.

Tim A mempertaruhkan nol poin karena skor dirasa sudah aman. “Di sini bukan hanya pintar dalam menjawab, tetapi juga dibutuhkan strategi yang seragam sebagai satu tim. Misalnya, sebelum lomba kami sudah menentukan jalur pos untuk babak penyisihan. Selain itu, ada strategi untuk menyiapkan sikap apa yang dibawa, nekat atau hati-hati. Kita juga menyeragamkan pemikiran tentang berapa poin untuk taruhan,“ terang Mayo.

Reporter: Maria Yohana (Teknik Perminyakan 2015)
ITB Journalist Appretince 2017