Symomath 2017 : Advancing the Life through Mathematics
Oleh Gilang Audi Pahlevi
Editor Gilang Audi Pahlevi
BANDUNG, itb.ac.id- Matematika disebut sebagai ratu ilmu pengetahuan karena penggunaannya yang bisa ditemukan hampir di setiap disiplin ilmu. Biomatematika, aplikasi matematika di bidang biologi, saat ini tengah menjadi fokus dari dunia sains modern. Sebagai institusi pendidikan yang menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Institut Teknologi Bandung menjadi tuan rumah 5th Symposium on Biomathemathics yang diselenggarakan pada Minggu-Selasa (27-29/08/17). Simposium bertaraf internasional ini merupakan agenda tahunan yang diprakarsai oleh The Indonesian Biomathemathical Society. Bertempat di Aula Timur Institut Teknologi Bandung, simposium ini menghadirkan sejumlah pakar di bidang biomatematika yang berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Belanda, Jerman, Inggris, Portugal dan Australia. Simposium tahunan ini merupakan wadah bagi para pakar dan praktisi bidang biomatematika, khususnya epidemi untuk saling mendiskusikan hasil penelitiannya agar bidang ini semakin berkembang.
Mengusung tajuk “Advancing the life through mathematics”, 5th Symposium on Biomathemathics memiliki lingkup pembahasan yang sangat beragam yakni bioinformatika dan biologi sistem, bioengineering dan biologi sintetis, dinamika transmisi penyakit menular, dinamika sumber daya terbarukan, biostatistika hingga pengendalian penyakit menular. Untuk membahas topik-topik tersebut, simposium dibagi menjadi plenary session dan parallel session. Terdapat 9 pembicara yang mengisi plenary session dan terdapat 58 sesi dalam parallel session. Paper yang dipresentasikan pada simposium ini akan dipublikasikan di beberapa jurnal terindeks Scopus seperti American Institute of Physics (AIP) Conference Proceeding Series, Journal of Mathematics and Fundamental Sciences, dan Journal of Communication in Biomathematical Sciences.
Inti dari biomatematika sendiri adalah menggunakan matematika sebagai alat bantu dalam aplikasi biologi. Misalnya pada bidang epidemi, matematika digunakan untuk melakukan pemodelan penyebaran suatu penyakit. Pemodelan ini akan menghasilkan model spasial dan temporal. Pada pemodelan temporal, data meteorologi dicocokkan dengan kasus persebaran sehingga dapat diperoleh tren waktu dan dapat digunakan untuk memprediksi persebaran penyakit tersebut di masa mendatang. Pada pemodelan spasial, pakar biomatematika berurusan dengan keunikan dan non-negativity dari larutan terhadap type SIR-models yang difusif. Di bidang lain, misalnya dalam bidang farmasi, biomatematika digunakan untuk menentukan dosis obat yang dibutuhkan secara tepat. Dengan pemodelan matematika, tahap eksperimental dapat diminimalisir sehingga menghemat waktu dan biaya, juga menekan resiko kegagalan uji coba.