Tantangan Insinyur untuk Berkontribusi pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Ikatan Alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (IATK-ITB) menyelenggarakan webinar tentang “Berkontribusi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia serta Rintangan Besar yang Harus Diatasi Seorang Insinyur”. Webinar ini diisi oleh berbagai alumni dari Teknik Kimia ITB.

Narasumber yang hadir pada webinar ini adalah Deputi Bidang Ekonomi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas RI), Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D. Lalu ada Direktur AIMTOPINDO Nuansa Kimia dan Ketua Bidang Dana dan Usaha IATK ITB, Ir. Setyo Yanus Sasongko dan juga dosen Teknik Kimia ITB dan juga Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia, Dr. Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja.

Materi pertama dari webinar ini disampaikan oleh Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D. Ia menyampaikan materi terkait peranan insinyur untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia di masa depan.

Pada awal pembahasan, ia menjelaskan berbagai tantangan yang kini dihadapi Indonesia dalam sektor perekonomian. “Tingkat inovasi Indonesia yang masih rendah serta pembangunan nasional Indonesia yang terhambat karena masa pandemi ini yang membuat Indonesia terancam disalip oleh Vietnam pada tahun 2035 menjadi tantangan yang bangsa kita sedang hadapi,” jelas Amalia.

Namun, Indonesia juga diberkahi dengan berbagai peluang yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan tersebut. Peluang pertama adalah revolusi industri 4.0. “Perkembangan Industri 4.0 ini menjadi peluang besar untuk para insinyur Indonesia untuk berkiprah besar,” tegas Amalia. Selain itu, green economy dan circular bioeconomy dapat menjadi peluang besar masa depan yang berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan energi. Insinyur Indonesia diharapkan dapat menghasilkan terobosan kreatif, inovatif, dan responsif terhadap perubahan.

Materi kedua pada webinar ini disampaikan oleh dosen Teknik Kimia ITB dan juga Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia, Dr. Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja. Tatang menyampaikan materi tentang Indonesia butuh sarjana-sarjana teknik proses kimia yang cerdas, berpola-pikir maju, dan inovatif. Dr. Tatang memulai materi dengan menyampaikan tentang kemampuan berinovasi suatu bangsa/negara yang menjadi kunci daya saing dalam kompetisi global.

Namun, sayangnya tingkat inovasi dan kreativitas dari Indonesia masih sangat rendah. “Indonesia masih terbenam di kelompok sepertiga terbawah dalam hal berinovasi dibanding negara ASEAN lainnya. Padahal, Indonesia diberkati dengan kekayaan alam yang sangat melimpah,” tegas Dr. Tatang. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar orang Indonesia memiliki pola pikir statis (fixed mindset ) bukan pola pikir maju (growth mindset).

Persentase jumlah pengusaha di Indonesia juga termasuk sangat rendah ketimbang negara lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Selain itu, minat berwirausaha orang Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi atau lulusan perguruan tinggi. Maka dari itu, kondisi ini menjadi pertanyaan besar. Kalau sebagian besar pengusaha/industriawannya berasal dari orang-orang yang level pendidikannya SMA ke bawah, bagaimana industri di Indonesia bisa menjadi technology-based/knowledge-based industry yang memotori negeri menjadi knowledge-based economy dan knowledge-based society/country?

Maka dari itu, Dr, Tatang menegaskan bahwa mengapa sarjana teknik atau insinyur proses kimia harus inovatif dan berpola-pikir maju. “Insinyur-insinyur proses kimia adalah sumber daya insani kunci bagi industri proses kimia. Selain itu Industri proses kimia adalah industri yang sangat meningkatkan nilai tambah kekayaan alam, melalui pemrosesan kimia mulai dari hulu sampai ke hilir,” terang Dr. Tatang.


Materi terakhir pada webinar ini disampaikan oleh Direktur AIMTOPINDO Nuansa Kimia dan Ketua Bidang Dana dan Usaha IATK ITB, Ir. Setyo Yanus Sasongko. Ia menyampaikan materi tentang strategi pengembangan teknologi. Teknologi pertama yang dijelaskan oleh Ir. Setyo adalah Activated Carbon Plant. Teknologi ini adalah salah satu teknologi yang ada di AIMTOPINDO Nuansa Kimia. Activated Carbon Plant ini merupakan salah satu unit tertua yang dimiliki oleh PT ANK sejak 1996.

Ir. Setyo kemudian menjelaskan tentang rangkaian proses dalam membuat technology development concept. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tantangan atau kesempatan yang ada. Para insinyur harus bisa mengubah tantangan menjadi kesempatan dan juga inovasi yang bernilai tambah. Setelah mencari kesempatan, perlu dilakukan studi untuk mendalami pemahaman dan pengetahuan untuk membuat langkah inovasi.

Kemudian, hal yang perlu dilakukan juga adalah basic research untuk mendapatkan gambaran dari hal yang akan diteliti ke depannya. Langkah selanjutnya adalah pilot plant and simulation. Setelah melakukan simulasi menjalankan pabrik, langkah selanjutnya adalah melakukan field trial. Langkah final yang bisa dilakukan setelah itu adalah Engineering Procurement and Construction dan implementasi. Hal yang juga tak boleh dilupakan adalah operasional dan maintenance. Tentunya, untuk menyukseskan inovasi yang telah dilakukan, para pengusaha dan engineer juga bekerja sama dengan para dosen Teknik Kimia.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)