Tantangan Mewujudkan Fesyen Berkelanjutan dalam Konsep Green Fashion

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Kredit foto: Good News from Finland

BANDUNG, itb.ac.id — Fesyen merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri manusia yang sangat dipengaruhi oleh tren dan perubahan zaman. Karena sifatnya yang demikian dinamis, tidak sedikit fakta yang menunjukkan bahwa perputaran fesyen dalam kehidupan manusia telah membawa dampak negatif bagi lingkungan. Konsep keterkaitan fesyen dan lingkungan ini lebih jauh dibahas dalam kuliah tamu PP4204 Green Marketing bertema “Green Product Design” yang disampaikan langsung oleh Dr. Tyar Ratuannisa, M.Ds., Dosen FSRD ITB.

Dalam kesempatan itu Tyar menyebut bahwa dalam 15 tahun terakhir, siklus hidup fesyen bergerak begitu cepat sehingga memunculkan fenomena fast fashion. Fenomena ini ditandai dengan perputaran barang fesyen yang sangat cepat, produksi besar-besaran, dan maraknya tren barang sekali pakai. Pola konsumsi barang fesyen yang sangat cepat seperti ini nyatanya memunculkan ancaman serius bagi kelestarian lingkungan.

”Dengan adanya fast fashion maka industri-industri yang bergerak di bidang ini seringkali menjadi yang ‘tertuduh’ dalam hal pencemaran lingkungan. Karena memang industri tekstil dan fesyen itu adalah pencemar kedua terbesar di dunia setelah industri minyak,” ujar Tyar pada Senin (13/3/2023).

Foto: Hanifa Juliana

Upaya untuk melawan arus fast fashion telah dirintis dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai gagasan mengenai green product hingga green fashion management digadang-gadang menjadi cikal bakal fesyen yang lebih berkelanjutan. Terlebih lagi dalam hal pola penggunaan barang fesyen, masyarakat modern mulai memikirkan alur yang dapat memperpanjang masa pakai barang tersebut.

Jika pola konsumsi konvensional akan berakhir pada barang bekas tak terpakai, pola konsumsi berkelanjutan memberikan peluang bagi para konsumen untuk memutar kembali siklus barang fesyen melalui penciptaan kembali barang fesyen lama menjadi barang fesyen lain yang lebih baru dan inovatif (upcycle).

Foto: Hanifa Juliana

Tak hanya masalah pola konsumsi, pencemaran lingkungan akibat fesyen juga muncul akibat proses promosi dan pemasaran yang kurang efektif. Promosi atau periklanan melalui selebaran, baliho, poster, dan media cetak lain dinilai tidak lebih baik daripada iklan melalui media elektronik.

Terlebih lagi setelah memasuki era digital, alternatif media promosi dan periklanan semakin banyak. Salah satu metode yang dinilai cukup efektif dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan adalah buzz marketing. Istilah ini merujuk pada cara promosi dari mulut ke mulut dengan menyasar target konsumen yang tepat. Para produsen fesyen biasanya juga menggunakan jasa influencer untuk melakukan buzz marketing sehingga semakin banyak calon konsumen yang tertarik.

“Pada prinsipnya kegiatan periklanan yang klasik pun sebenarnya masih berjalan, karena segmentasi pasarnya juga berbeda-beda. Tapi penawaran dan bentuk marketing seperti ini (buzz marketing) dianggap menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah lingkungan tadi,” Tyar menjelaskan.

Foto: Hanifa Juliana

Aspek yang tak kalah penting dalam menciptakan siklus fesyen yang lebih berkelanjutan adalah desain dari barang fesyen itu sendiri. Desain yang berkelanjutan seringkali dikaitkan dengan bahan baku yang lebih alami dan dapat didaur ulang. Selain itu, desain yang diciptakan juga harus mampu bergerak fleksibel mengikuti tren sehingga memiliki sifat pemakaian jangka panjang. Lebih lanjut Tyar menambahkan, “sustainable design untuk fesyen memiliki masa depan yang panjang, tidak hanya sebagai tren namun mengubah arah baru dalam mendesain.”

Meskipun belakangan fesyen dengan konsep green design telah menjadi tren, namun proses diseminasi ke masyarakat masih menjadi tantangan terbesar dalam menyebarluaskan konsep desain ini. Perilaku masyarakat yang terlanjur nyaman dengan produk-produk konvensional dan pola konsumsi serba praktis cenderung sulit untuk diubah, terlebih lagi dengan segmentasi konsumen seperti di Indonesia yang didominasi kelas ekonomi menengah ke bawah. Namun dengan konsistensi dan kolaborasi berbagai pihak di dalamnya, langkah-langkah kecil yang diambil akan turut menuntun masyarakat selangkah lebih maju menuju gaya hidup berkelanjutan lewat fesyen itu sendiri.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota 2020)