Tantangan Pembangunan Infrastruktur Transportasi Berkelanjutan di Indonesia
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
BANDUNG, itb.ac.id - Pengembangan transportasi berkaitan erat dengan infrastruktur pembangunan, seperti jalan tol, bandara, monorail dan sistem angkutan barang di pelabuhan-pelabuhan. Namun demikian, berdasarkan kajian dari pakar infrastruktur transportasi di Institut Teknologi Bandung (ITB), tidak semua pembangunan infrastruktur dapat menyelesaikan permasalahan transportasi di tanah air.
Pakar infrastruktur di bidang transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Ade Sjafruddin, menjelaskan bahwa permasalahan transportasi di tanah air tidak hanya sekedar membangun jalan raya, namun juga harus memperhatikan kebiasaan masyarakat dan lingkungan dalam penggunaan transportasi umum. Sebagai contoh, kondisi jalan raya di kota Jakarta dan Bandung yang didominasi kendaraan pribadi dan truk-truk besar pengangkut barang.
Dikutip dari buku orasi ilmiahnya berjudul “Pengembangan Transportasi Wilayah Berkelanjutan Untuk Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Nasional”, disebutkan bahwa isu kebijakan pengembangan sistem transportasi sekarang dan masa depan adalah bagaimana setiap negara memainkan perannya dalam bingkai transportasi yang berkelanjutan. Wacana ini menurutnya berawal dari keprihatinan akan interaksi yang terjadi antara transportasi dan lingkungan.
“Kualitas lingkungan itu juga banyak dipengaruhi oleh aktivitas transportasi yang secara terus menerus akan terakumulasi seiring dengan berjalannya waktu, hingga membangkitkan perhatian banyak kalangan bahwa ada sesuatu yang ‘keliru’ dalam menentukan kebijakan dan perencanaan. Perlu kacamata yang berbeda dalam praktek pengelolaan infrastruktur transportasi sesuai kebutuhan masyarakat agar dapat melaksanakan aktivitasnya,” ungkap Ade. Menurutnya, ide pengembangan transportasi berkelanjutan merupakan esensial dari masalah pembangunan berkelanjutan.
Untuk itu, agar pembangunan dapat berkelanjutan, perlu dilakukan pengkajian tidak hanya dari infrastrukturnya namun juga dampaknya terhadap lingkungan, seperti kebiasaan penumpang transportasi umum di beberapa kota. Pasalnya, masing-masing kota memiliki problem yang berbeda dan spesifik sesuai dengan budaya dan lingkungan sekitarnya. Dengan berfokus pada penelitian transportasi wilayah dan antar kota, Prof. Ade yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, turut dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur nasional dengan memodelkan demand (transportasi) dan network (penyedia jaringan) dari problem transportasi antar kota serta fluktuasinya dari waktu ke waktu.
“Tentunya dalam konteks nasional tantangan yang dihadapi negara ini sangat besar, mengingat Indonesia memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 dan jumlah penduduk lebih dari 240 juta orang,” tutur Ade. Permasalahan lain yang dihadapi pengembangan transportasi berkelanjutan yaitu kondisi spesifik wilayah, seperti geografi, geologi, iklim tropis, ekonomi-sosial-budaya, karakteristik lahan-lingkungan, risiko bencana gempa, banjir, pemanasan global serta perubahan iklim.
Perencanaan transportasi Wilayah juga tak lepas dari aspek-aspek seperti pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, perkembangan bentuk perkotaan, perkembangan jenis aktivitas atau tata-guna lahan, kebijakan dekonsentrasi fungsi-fungsi wilayah dan otonomi daerah, serta pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi.
Prof Ade berharap sesi transportasi dapat lebih banyak mengembangkan angkutan kota seperti kereta api. “Sistem transportasi di masa depan harus banyak membangun kereta api dan pelabuhan-pelabuhan yang baik, dan lebih penting lagi yaitu sistem operasinya,” pungkasnya menutup pembicaraan dengan reporter humas ITB pada Kamis (15/2/2018).