Taufik Hidayat Berbagi Pengalaman dan Motivasi kepada Mahasiswa Baru ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id -- Mantan Atlet Bulu Tangkis Nasional, Taufik Hidayat menghadiri acara Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Institut Teknologi Bandung Tahun Akademik 2018/2019. Legenda bulu tangkis Tanah Air itu berbagi pengalaman dan motivasi pantang menyerah kepada 4.105 mahasiswa baru program sarjana ITB.

Bertempat di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Senin (6/8/2018) Taufik menceritakan pengalamannya selama menjadi atlet bulu tangkis. Taufik sudah mulai bermain bulu tangkis sejak usia 7 tahun. Bakatnya yang luar biasa akhirnya membawanya ke pelatnas di usia remaja. Namun sebelum sampai ke pelatnas, pria kelahiran Bandung 10 Agustus 1981 itu dihadapkan pada dilema antara menjadi atlet bulu tangkis atau menjadi pemain bola. "Perjuangan jadi atlet tidaklah mudah, orangtua inginnya di bula tangkis, tapi saya ingin pemain bola," katanya.

Baginya perjalanan menjadi atlet berbeda dengan perjalanan mengejar pendidikan. Sebab menjadi atlet itu waktunya singkat, dibatasi usia. Sementara mengejar pendidikan tak terbatas usia. Oleh karena itu, ketika memutuskan menjadi atlet harus mempunyai komitmen dan terget yang ingin diraih.

"Pada usia 15 tahun saya masuk pelatnas, saya harus jauh dari orangtua, meninggalkan bermain seperti remaja biasanya, itu sautu hal yang berat ketika itu, tapi saya memilih menjadi atlet sebagai jalan hidup saya," ungkapnya.

Setelah masuk pelatnas, bakatnya seolah makin terasah. Satu per satu gelar diraih Taufik. Dia adalah pemilik enam gelar juara Indonesia Terbuka yang didapat pada 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006. Taufik juga dipercaya memperkuat Indonesia dalam beberapa kali pertandingan perebutan Piala Thomas. Dia turut membantu tim Merah Putih menjadi juara pada 2000 dan 2002.

Pada ajang multi-event, prestasi Taufik juga tak kalah mentereng. Dia meraih medali emas pada SEA Games 1999 dan 2007 dari nomor perseorangan tunggal putra. Medali emas Asian Games juga sukses ia raih. Dia punya tiga medali emas event terbesar di Asia ini yang didapat pada 1998 (beregu), 2002, dan 2006. Puncak prestasi Taufik adalah ketika dia mempersembahkan medali emas untuk Indonesia pada Olimpiade Athena 2004, lalu menjadi juara dunia di Anaheim, AS pada 2005.

"Mahasiswa baru harus juga punya target ketika sudah masuk ITB harus mau ke mana. ITB ini salah satu yang terbaik, calon pemimpin dan pengusaha masa depan bisa hadir dari sini," pesannya.

Tantangan Terberat
Menurut Taufik, tantangan terbesar ketika menjadi atlet ialah melawan diri sendiri. Sebab saat di pelatnas, setiap hari ia harus bangun pagi, latihan, dan semua dilakukan dengan kerja keras. Jika hal itu gagal kita hadapi maka kita bisa gagal menjadi atlet. "Tantangan lain adalah cedera, bisa putus harapan dan karir yang telah kita bangun selama ini. Latihan setiap hari, kita tidak bisa apa-apa ketika Tuhan berkehendak lain," katanya.

Karena perjuangan yang berat ketika menjadi atlet itulah, bagi Taufik pahlawan bukan hanya orang yang berjuang di medan perang dengan membawa senjata. Atlet juga pahlawan karena bisa mengibarkan bendera Merah Putih dan mengharumkan Indonesia. 

Kepada mahasiswa baru ITB, Taufik juga berpesan agar jangan takut bermimpi dan bercita-cita setinggi langit. Selama kuliah, berikanlah yang terbaik untuk bangsa, keluarga, dan diri sendiri. "Jangan lupa juga untuk terus olahraga karena olahraga itu penting. Mohon doa dan dukungannya juga pada 18 Agustus kita tuan rumah Asian Games, semoga atlet Indonesia bisa mengharumkan nama bangsa," katanya.