Teknologi Makin Maju, Perkembangan Produk dari Kelapa Sawit Makin Berkembang

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id –Pada Sabtu (16/4/2022) lalu, mata kuliah BA4108 Teknologi Produksi Tanaman Tahunan Rekayasa Pertanian SITH ITB mengadakan kuliah tamu dengan topic “Teknologi Produksi dan Pengolahan Kelapa Sawit dalam Perspektif Perkembangan dan Tantangannya Menuju Masa Depan yang Lebih Baik”. Narasumber yang diundang kali ini adalah Dr. Frida R. Panjaitan sebagai Ketua Kelompok Peneliti Pengolahan Hasil dan Mutu Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Dr. Eri Mustari selaku dosen pengampu berharap dengan adanya kuliah tamu kali ini, mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait teknologi, kondisi pengolahan dalam perspektif sektor kelapa sawit sekaligus tantangan di sektor kelapa sawit saat ini.

Per hektarnya, perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan 3-5 juta ton/ha dengan produktivitas efektif 20-25 tahun, ditambah lagi, Indonesia menjadi eksportir terbesar minyak sawit dengan total 55% dari minyak kelapa sawit di dunia. Jenis tipikal kelapa sawit yang sering dipakai dalam skala industri adalah tenera dengan sumber minyak utama sebesar 25-28% yang berasal dari mesokarp.

Dalam satu pohonnya, kelapa sawit dapat menghasilkan 10% minyak dengan kadar fitonutrien sebesar 1%, sedangkan sisanya yang berupa batang dapat dipergunakan hal lain. Ada beberapa produk yang sedang dikembangkan; di antaranya adalah pangan functional oil, oleokimia, kosmesetikal, farmasi, biofuel, dan produk material maju berbasis sawit dengan pendekatan teknologi yang modern, terbarukan, hingga modifikasi.

Saat ini sedang dikembangkan minyak goreng High Oleic-Low Palmitic RPO (HOLP) yang sehat dan dapat dimakan. Mempertahankan warna; tinggi provitamin A dan vitamin E.
“Kita mempertahankan warnanya yang merah dengan tetap menjaga kadar fitonutrien yang tinggi dengan proses yang lebih mudah dan rendah energi,” ujar Dr. Frida.

Adapun produk-produk yang sedang dalam tahap pengembangan antara lain biodiesel improver, nano-chitin, pakan ikan, hingga nano-hormon. Tantangannya sendiri datang dari segi kesehatan dan lingkungan.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)