Teliti Ubi Cilembu, 6 Mahasiswa ITB Raih Prestasi di Ajang The 2nd ICEI 2018
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Lewat penelitian tentang Ubi Cilembu, menghantarkan enam mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih prestasi dalam The 2nd International Conference on Engineering Innovation (ICEI) yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand. Mereka berhasil menyabet Best Oral Presentation pada acara yang diselenggarakan dari tanggal 5--6 Juli 2018 itu.
Keenam mahasiswa tersebut antara lain Chusna Amalia dari jurusan Mikro Biologi, sementara Arka Irfani, Enden Dea Nataya, Galih Ganiyasa, Semeru Gita Lestari, dan Pranandika Jaya adalah dari jurusan Biologi. Chusna sebagai perwakilan tim, mempresentasikan penelitian mereka mengenai microvial cellulose dari ubi Cilembu yang dapat dikembangkan menjadi sustainable material sebagai alternatif bahan kulit.
Seperti diketahui, Ubi Cilembu adalah kultivar ubi jalar yang merupakan ras lokal asal Sumedang, Jawa Barat. Ubi jalar yang kaya akan vitamin ini populer di kalangan konsumen khususnya masyarakat Jawa Barat. Sebab ubi ini punya rasa yang manis sehingga sering juga disebut sebagai ubi simadu. Karena ubi ini amat terkenal, sehingga mudah untuk didapatkan.
Paper mereka masuk ke dalam kategori advanced material. Tidak hanya advanced material, konferensi ini terbagi atas berbagai kategori seperti IoT, technology and medical devices, hingga civil construction.
Tahapan seleksi yang mereka lakukan tentu tidak mudah, mereka mengawalinya dengan mengumpulkan paper. Dari 600-an paper dari 35 negara yang masuk, hanya 56 paper yang lolos dan diundang untuk melakukan presentasi di Bangkok, Thailand. Tim Chusna dan kawan-kawan adalah satu diantarannya.
Menurut Chusna, salah satu hal yang membuat ia berhasil meraih penghargaan sebagai best oral presentation adalah cara mereka mengemas presentasi yang mereka sampaikan dengan semenarik mungkin. "Kami juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang dari segala bidang," kata Chusna diwawancara belum lama ini.
Selain mengemas presentasi dengan baik, dikatakan Chusna, tim juga melihat kekurangan presentasi dari kelompok lain. Banyak dari kelompok lain menyampaikan materi menggunakan istilah-istilah sulit dimengerti, penjelasan yang terlalu detail dan monoton. Sehingga audiens pun kesulitan untuk memahami hasil penelitian yang disampaikan.
“Produk yang kami tawarkan merupakan inovasi baru dalam industri material dan berpotensi untuk diterapkan sebagai sustainable material pengganti kulit. Tak hanya itu, tim juga membawa produk purwarupa (prototype) saat melakukan presentasi,” katanya. Sehingga selain presentasi mereka juga langsung memperlihatkan hasil dari penelitian tersebut.
Melalui ajang 2nd ICEI 2018, Chisna berpesan kepada mahasiswa ITB agar tidak ragu untuk mengikuti dan mencari pengalaman di konferensi internasional. Kalau pun ada kekhawatir soal pembiayaan, menurut Chisna hal itu bisa ditutupi melalui kerjasama sponsorship dengan banyak perusahaan. "Keuntungannya selain dapat berbagi beragam info tentang riset terkini kalian bisa mendapat kenalan akademisi dari luar negeri," tambahnya.
Chusna dan tim juga berharap semoga karya dan prestasi mereka dapat menginspirasi mahasiswa ITB lainnya untuk mempublikasikan karyanya ke luar negeri, serta mengharumkan nama ITB dan negara kita. Untuk penutup, Chusna pun menyampaikan pesan dan motivasinya. "Jangan ragu dan jangan takut mengambil risiko. Ingat, perjalanan yang panjang dimulai dari langkah yang kecil.Semoga semakin banyak penerus Chusna dan kawan kawan dari ITB ke depannya," tukasnya.
Reporter: Mochamad Akbar Selamat