Tenth International Conference: Kaji Kurikulum dan Penilaian Pendidikan Bahasa di Indonesia

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat Bahasa ITB bekerja sama dengan British Council dan  University of Leeds kembali menggelar konferensi tingkat internasional yang diselenggarakan pada Selasa-Kamis (03-05/06/14), bertempat di Aula Timur, ITB. Kali ini, konferensi yang bertajuk 'Tenth International Conference: The Language Curriculum and Assessment' membahas tentang penerapan dan perubahan struktur kurikulum di sekolah, khususnya pendidikan bahasa. Konferensi ini merupakan program tahunan yang diselenggarakan sekali dalam dua tahun oleh UPT Pusat Bahasa ITB.

"Konferensi ini bertujuan untuk mengkaji pokok permasalahan, dan tepat tidaknya penerapan kurikulum baru yang diterapkan, terutama dalam konteks pendidikan bahasa. Melalui konferensi ini diharapkan ada titik temu, serta memperoleh hubungan sesuai antara kurikulum dan penilaian," tutur Dr.Bambang Supriyanto, M.Ed selaku Ketua Pelaksana Konferensi yang saat ini juga menjabar sebagai Kepala UPT Pusat Bahasa ITB. Dalam konferensi tersebut turut hadir Dr Martin Wedell (University of Leeds), Itje Chodidjah (Independent Education Management Professional - Indonesia), Prof.Iwan Pranoto (Staf Dosen ITB), Dra.Hj.Teriska R. Setiawan Med (Kepala PPPPTK Bahasa - Indonesia), Ahmad Bahruddin (Komunitas Qaryah Thayyibah - Indonesia), dan Souba Retsinamy (University of Malaysia Sarawak - Malaysia) selaku keynote speakers.

Semenjak diperlakukannya kurikulum 2013 di Indonesia, timbul banyak diskusi khusus tentang pendesainan kurikulum tersebut. Penerapan tersebut masih dinilai belum sesuai, dan tidak merata ke seluruh daerah di Indonesia. Terutama persoalan yang berkaitan dengan kesiapan sarana- prasarana pendukung, seperti buku- buku pelajaran maupun tenaga pengajar. Sebagai pengajar, masih terdapat guru yang belum mampu mengimplementasika kurikulum tersebut secara tepat. Kondisi ini mendorong timbulnya permasalahan yang dapat merugikan siswa, dan pengajar tersebut. Selain itu, hal ini akan berdampak pada penilaian hasil belajar siswa di sekolah.

Setiap tahun, pelaksanaan ujian nasional untuk SMP / MTs, SMA / MA, dan SMK juga menghasilkan banyak perdebatan di media, di lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat. Permasalahan yang timbul adalah tepat atau tidaknya UN dijadikan standar kelulusan siswa, terutama di negara yang pemerataan pendidikannya masih terbilang kurang, seperti Indonesia. "Penerapan kurikulum dan penilaian terhadap hasil kompetisi yang dilalui siswa haruslah seimbang. Melalui konferensi ini, diharapkan adanya hasil yag dapat menjadi solusi untuk hal ini, terutama di bidang pendidikan bahasa," tambah Bambang.

Dalam konferensi ini, turut dilaksanakan diskusi ilmu antar pembicara kepada peserta dengan topik bahasan yang berbeda. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan di bidang pendidikan, terutama pengajar dari berbagai sekolah untuk memperoleh hasil keseimbagan antara kurikulum dan penilaian akhir siswa. "Kami mengharapkan agar pendidikan di Indonesia akan terus berkembang dengan baik, terutama dalam hal kemajuan bangsa. Acara seperti ini dinilai sangat perlu untuk mencari solusi tepat untuk pendidikan Indonesia kedepannya," tutur Dra. Nia Kurniasih, M.Hum (Dosen Bahasa Inggris ITB).