Tiga Mahasiswa ITB Raih Gelar Juara dalam Kompetisi Bisnis UI

Oleh Bangkit Dana Setiawan

Editor Bangkit Dana Setiawan

BANDUNG, itb.ac.id - ITB berhasil menyabet gelar Juara 2 dalam kompetisi bisnis 4th UI StudentPreneur pada Sabtu(28/02/15). Tiga Mahasiswa ITB ini terdiri dari Syaripudin (Rekayasa Hayati 2011), Hafsah Chicha Badeges (Rekayasa Hayati 2013), dan Rohmat Agung (Manajemen 2012) yang tergabung dalam tim 'Bioengineering' berhasil mengalahkan peserta lainnya dalam kompetisi bisnis yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Konsep bisnis yang dibawa oleh tim Bioengineering ITB ini adalah tempe.

Kompetisi bisnis plan yang diikuti oleh Syaripudin dan kawan-kawan ini berbeda dengan kompetisi bisnis yang ada pada umumnya. UI StudentPreneur 2015 yang mengusung konsep "Envisioning Business in Hypercompetitive Era" ini bukan hanya menjadikan para pesertanya untuk berlomba-lomba mengejar gelar juara, melainkan menyediakan pelatihan bisnis bagi setiap pesertanya. "Inilah yang menarik dari kompetisi ini, kami dilatih oleh pebisnis handal, seperti Ivan Sanjaya seorang CEO Ciputra, Hermas Puspito pemilik Webpraktis yang omsetnya sudah sangat tinggi," jelas Syaripudin.

Rangkaian acara kompetisi business plan ini dimulai dari pengumpulan proposal bisnis milik masing-masing peserta. "Dari ratusan proposal yang terkumpul, dipilih 20 tim terbaik untuk lanjut ke tahap presentasi bisnis," jelas Syarippudin. Presentasi bisnis ini juga terdiri dari serangkaian acara yang dilangsungkan selama tujuh hari, Minggu-Sabtu(22-28/02/15).  "Selama seminggu itu, kami dikarantina dan menghadiri seminar dengan pembicara yang luar biasa hingga akhirnya kami diberiwaktu untuk mempresentasikan konsep bisnis kami hanya dalam waktu satu menit," tambah Syaripudin.

Konsep Bisnis Tempe Tim Bioengineering ITB

Konsep sederhana namun unik adalah bisnis tempe yang mengantarkan tim Bioengineering ITB meraih juara dua pada kompetisi bisnis ini. "Kami sempat tidak menyangka bahwa konsep tempe kami ini mampu menjadi juara karena peserta yang lain membawa konsep bisnis yang jauh lebih keren," jelas Syaripudin. Konsep tempe ini diambil karena Syaripudin dan tim menganggap bahwa tempe merupakan makanan semi wajib masyarakat Indonesia. Selain itu tempe juga dianggap merupakan salah satu produk yang memiliki sifat growing market yang tinggi. Dimana seiring bertambahnya waktu permintaan tempe semakin lama semakin naik.

Inovasi yang dibawa oleh tim Bioengineering terletak pada waktu fermentasi tempe. Selama ini kedelai menghabiskan waktu sekitar 72 jam untuk proses fermentasi menjadi tempe dan media yang digunakan adalah air rebusan kedelai. Hal ini merupakan masalah mengingat permintaan tempe yang sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan efisiensi produksi dengan memperpendek waktu fermentasi karena akan mempengaruhi Harga Pokok Produksi(HPP), jumlah shift pekerja yang nantinya akan berimbas pada keuntungan perusahaan. Syaripudin dan kawan-kawan mengganti media fermentasi tempe ini menjadi ekstrak nanas yang dapat menghemat waktu hingga 36 jam.

Satu hal menurut Syaripudin yang menjadi keunggulan dari konsep tempe ini dan hal tersebut adalah adanya fungsi pemberdayaan sosial pada konsep ini. "Kami mencoba mengembangkan industri tempe kecil yang ada di Cirebon karena memang semua dari kami berasal dari Cirebon," jelas Syaripudin. Dengan memberdayakan industri kecil, diharapkan mampu memberi dampak yang lebih besar.

"Bisnis ini belum bisa diimplementasikan karena terkendala masalah dana. Dana yang kami butuhkan untuk merealisasikan konsep ini kurang lebih mencapai 52 juta rupiah. Tetapi kami beruntung karena melalui kompetisi ini, kami bertemu dengan para investor yang tertarik sehingga nantinya kami benar-benar mewujudkan bisnis ini," harap Syaripudin.

Melalui pengalaman kompetisi bisnis yang telah diikuti, Syaripudin berharap bahwa ITB suatu saat nanti dapat menyelenggarakan kompetisi bisnis untuk memunculkan gairah berwirausaha mahasiswa ITB. "Mahasiswa ITB telah menghasilkan banyak karya namun sayang sekali tidak sedikit yang belum bisa dikomersialisasikan. Oleh karena itu, kemampuan berwirausaha ini sangat penting untuk dimiliki oleh setiap mahasiswa ITB," tutup Syaripudin.

 

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi