Tim Do Or Die ITB Menangkan Juara Ketiga IECOM 2018

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa


Bandung, itb.ac.id – Menjadi tuan rumah kompetisi teknik industri tingkat internasional tidak mengurangi motivasi ITB untuk tetap berkarya. Dalam ajang Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018, Tim Do or Die (ITB) berhasil meraih peringkat tiga dan membawa pulang hadiah senilai 2000 USD. Tim ini beranggotakan Ryan Aditya Moniaga (Teknik Industri 2014), Helmi Abdul Ghani (Teknik Industri 2014), dan Farhan Rizaldi Gustira (Manajemen Rekayasa Industri 2014). Adapun rangkaian kegiatan IECOM dilaksanakan pada hari Minggu-Sabtu (7-13/01/18) di kampus ITB Ganesha. Kompetisi ini merupakan agenda bergengsi yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB.


IECOM 2018 yang ke 8 ini bertemakan "Industry 4.0". IECOM 2018 berhasil mendatangkan 15 tim semifinalis dari Indonesia dan Filipina. Dari 15 tim yang telah lolos, seluruhnya dinyatakan berhasil melewati tahap preliminary yang diikuti oleh 83 tim dari berbagai daerah di Indonesia dan Filipina. Seluruh peserta diberi kesempatan untuk aktif berdiskusi terutama lintas negara. Dengan rangkaian seleksi yang diterapkan, mampu memacu adrenalin peserta terutama untuk terus bersaing. “Saya merasa sangat bersyukur dan saya merasa usaha saya terbalaskan, karena dalam menjalankan lomba ini lelah sekali, 7 hari berada dalam kompetisi yang sangat ketat”, ucap Helmi saat ditemui pada closing IECOM 2018.


Tim Do or Die berhasil memasuki tahap Grand Final bersama 4 tim Indonesia dan 1 tim Filipina. Para finalis tersebut mendapatkan kesempatan untuk melakukan company visit di PT Gaya Motor. Hasil dari observasi tersebut dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan kasus nyata yang diberikan oleh pihak perusahaan terkait. Tahap ini bertujuan untuk merumuskan solusi terbaik dari perspektif juri yang berasal dari berbagai kalangan yaitu, akademisi, aparat pemerintah, dan pelaku industri. Solusi yang terrumuskan diharapkan dapat diimplementasikan langsung oleh PT. Gaya Motor dalam memperbaiki proses manufaktur yang disesuaikan dengan lingkup Industry 4.0 dari perusahaan tersebut.


Grand final IECOM memberikan kesan tersendiri bagi tiap tim terutama tim Do or Die. “Selama Grand Final, kami menemukan bahwa apa yang didapatkan selama kuliah dan apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak dapat disamakan dan memang butuh pengalaman langsung untuk melihat kondisi di lapangan. Sehingga saat-saat melakukan observasi beberapa waktu lalu, memang sangat berbeda dengan apa yang ada di teori. Sebenarnya, poin penting dari grand final ini adalah mengasah pola pikir terutama kemampuan problem solving. IECOM ini, it’s all decent. Semuanya bagus, panitianya menyiapkan dengan matang dan pesertanya pun kompetitif sehingga lomba ini sangat seru. Walaupun rangkaian kegiatannya panjang dan melelahkan, but it’s memorable”, tutup Helmi.


Sekilas tentang IECOM 2018

IECOM 2018 sebagai kompetisi yang diadakan dua tahun sekali berusaha untuk selalu mempunyai hal-hal baru untuk setiap penyelenggaraannya. Selain menerapkan nilai inovatif dan problem solving, IECOM 2018 memiliki tujuan yaitu meningkatkan konektivitas antar mahasiswa Teknik Industri seluruh Indonesia maupun Internasional sebagai kesatuan komunitas industri yang erat. ITB sebagai penggagas pendidikan teknik industri menunjukkan kontribusinya dalam meningkatkan daya saing SDM melalui kompetisi yang prestisius dan inspiratif. Dalam kompetisi ini pun dapat terjadi berbagai interaksi lintas institusi. Interaksi ini dapat meningkatkan wawasan dan menjadi sarana bertukar pikiran dari berbagai sudut pandang. IECOM ke depannya diharapkan dapat memperluas lingkup sasarannya guna pengetahuan dan dampak yang kian luas cakupannya pula. 

"Menurut aku menjadi bagian dari panitia IECOM ini seru banget sih dan banyak dapat pengalaman, walaupun persiapannya panjang dan melelahkan karena sudah dimulai dari 7 bulan yang lalu, tapi senang banget ketika melihat hasil acaranya. Selain itu, senang juga melihat antusiasme peserta yang ikut acara IECOM ini. Semoga IECOM ini bisa jadi suatu pengalaman yang berharga bagi semua elemennya, tutur Hasna (Manajemen Rekayasa Industri 2015)