Tim Pengabdian Masyarakat ITB Gelar Workshop Matematika Visual di Sekolah Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh


BANDUNG, itb.ac.id – Tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar “Workshop Matematika Visual di Sekolah Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar” pada Agustus 2023. Kegiatan tepatnya dilaksanakan di SDN Ciptagelar, Kampung Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi.

Tim ini terdiri atas Drs. Yudi Soeharyadi, M.Si., Ph.D. sebagai ketua, dan beranggotakan Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D., Jalina Widjaja, S.Si., M.Si., Ph.D., Oki Neswan, M.Sc., Ph.D., dan Hendri Maulana, M.Si.P., dari Kelompok Keahlian Analisis dan Geometri, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.

Kegiatan ini merupakan hibah Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) FMIPA ITB periode Maret hingga November 2023.

   

Drs. Yudi Soeharyadi, M.Si., Ph.D., mengatakan, masyarakat Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar terbuka terhadap inovasi dan teknologi. Meski begitu, masyarakat tersebut tetap memegang teguh adat dan budaya, di antaranya terkait kelestarian alam dan ketahanan pangan. Dengan demikian, orang tua hingga anak-anak di sana sangat dekat dengan berbagai alat maupun komponen alam.

Kegiatan ini dilatarbelakangi sedikitnya tenaga pengajar di lokasi dan status pemulihan dari masa pembejalaran saat pandemi ke masa normal. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam memuluskan transisi menuju pembelajaran normal. Adapun workshop matematika visual ini bertujuan memberikan kesempatan mengembangkan metode pembelajaran inovatif yang disesuaikan dengan konteks lokal di daerah yang menjunjung nilai-nilai kearifan lokal.

“Melalui kegiatan ini, kami mencoba mengajarkan matematika yang lebih bermakna dengan pengemasan berbentuk visual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa SD. Oleh karena itu, dibuat modul matematika visual yang di dalamnya terdapat gambar seperti beras, alat permainan lokal, leuit, dan hal terkait sehingga lebih dekat, menarik minat, dan mudah dipahami siswa,” ujarnya saat wawancara, Selasa (09/01/2024).

   

Kegiatan ini, kata beliau, menunjukkan inisiatif kepeloporan ITB untuk menciptakan cara belajar yang menyenangkan.

Sementara itu, Jalina Widjaja, S.Si., M.Si., Ph.D., mengatakan, workshop ini sebagai langkah awal ITB untuk mengajak dan memotivasi para pengajar untuk mengenalkan matematika lebih inovatif.

“Kami mendorong para guru untuk dapat mengembangkan pembelajaran matematika. Lebih sustainable jika gurunya diberi pengarahan untuk membuat modul atau buku serupa. Matematika visual ini dapat mengatasi kendala bahasa yang kerap dialami siswa saat belajar,” ujarnya.

   

Materi pembelajaran, kata beliau, dapat lebih mudah dipahami siswa dengan medium gambar. Terlebih gambar yang digunakan adalah benda-benda yang familiar dengan siswa tersebut sehingga lebih memudahkan pembelajaran.

Adapun Oki Neswan, M.Sc., Ph.D., mengatakan, dalam kegiatan ini terdapat beberapa temuan untuk membuat pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran matematika.

"Ada hal lain yang juga kami temukan dalam prosesnya. Salah satunya bagaimana keterangan-keterangan melalui gambar ini dapat mudah dipelajari siswa ketika di rumah," ujarnya.

   

Modul ini mendapatkan respons positif, baik dari guru yang terus berupaya mencoba sesuatu yang baru maupun siswa yang tampak antusias melihat bentuk maupun materi pembelajarannya.

Dalam pelaksanannya, tim berkolaborasi dengan Gustaff H. Iskandar dan Tisa Anwar dari Common Room Network Foundation, dan Dianing Ratri, S.Ds., M.Des., Ph.D., beserta A. Shanaya Muttaqy dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain (DKV FSRD) ITB.

Common Room Network Foundation sendiri memiliki jaringan dan hubungan baik dengan banyak masyarakat adat di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan harapan agar modul matematika visual ini tidak hanya digunakan di Ciptagelar, tetapi juga dapat digunakan oleh masyarakat adat lainnya.