Tim Pengabdian Masyarakat ITB Sediakan Air Minum Komunal di Desa Domas dengan Terapkan Teknologi Membran Ultrafiltrasi

Oleh Azka Madania Nuryasani - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

SERANG, itb.ac.id - Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) melaksanakan kegiatan pemasangan sistem penyediaan air dengan alat membran ultrafiltrasi untuk kebutuhan air minum komunal di Desa Domas, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, pada Jumat–Sabtu (10–11/10/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat ITB skema Top-Down Tahap I tahun 2025, yang bertujuan untuk memecahkan masalah masyarakat yang mendesak, strategis, dan membutuhkan keberlanjutan melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, desain, manajemen, dan humaniora oleh sivitas akademika ITB.

Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu survei lokasi pada 23 Juli 2025 dan pemasangan sistem filtrasi pada 10–11 Oktober 2025. Tim pengabdian masyarakat diketuai oleh Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D., dosen Teknik Lingkungan ITB, dengan melibatkan mahasiswa, teknisi, serta dukungan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan stakeholder Desa Domas.

Desa Domas dipilih karena memiliki permasalahan serius dalam ketersediaan air bersih. Air sumur masyarakat di wilayah ini bersifat payau akibat intrusi air laut dengan nilai Total Dissolved Solids (TDS) lebih dari 700 mg/L, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Sementara itu, sungai di sekitar desa kering saat musim kemarau, menyebabkan masyarakat mengandalkan air isi ulang untuk kebutuhan minum dan pasokan PDAM yang terbatas untuk kebutuhan harian.

Menurut Asmarudin, Ketua RT 09 Desa Domas, kondisi air bersih di daerah tersebut masih sangat terbatas. “Kalau sedang kemarau, kami biasanya membeli air dari mobil tangki. Untuk minum sehari-hari, warga menggunakan air isi ulang galon. Air dari kali tidak bisa digunakan, dan air sumur hanya dipakai untuk mandi, tidak bisa untuk masak atau minum,” ujarnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Kholish, perwakilan tim pelaksana kegiatan dari Desa Domas. “Ketersediaan air minum di sini sangat kurang. Sekitar 90% air di wilayah ini bersifat payau,” katanya.


Sebagai solusi, Tim menerapkan teknologi membran ultrafiltrasi (UF) untuk menyaring air sumur menjadi air yang layak konsumsi. Sistem ini bekerja dengan mendorong air bertekanan melewati pori-pori membran berukuran 0,01–0,1 ?m. Zat terlarut besar seperti koloid, bakteri, dan partikel tersaring di permukaan membran, sementara air bersih hasil filtrasi (permeat) dapat digunakan langsung. Teknologi UF ini dinilai unggul karena efisien, minim bahan kimia, dan mudah dioperasikan, berbeda dengan metode konvensional seperti koagulasi-flokulasi yang lebih kompleks.

Pada tahap pelaksanaan, tim ITB melakukan pemasangan unit filtrasi air lengkap dengan toren berkapasitas 500 liter serta sistem pre-treatment untuk memastikan air hasil penyaringan memenuhi standar konsumsi.

Tantangan yang dihadapi tim di lapangan meliputi persiapan lahan dan pembuatan pondasi yang kokoh untuk penempatan toren serta alat filtrasi. Selain itu, pendampingan teknis masyarakat masih perlu dilakukan agar sistem dapat dikelola secara mandiri dalam jangka panjang.

“Terdapat yayasan desa yang dipercaya untuk mengelola keberlanjutan alat serta kepala teknis desa yang telah diberi arahan oleh kami dalam membantu pemeliharaan seperti kapan harus dikuras dan digunakan dengan efektif,” ujar Rofiq Iqbal, Ph.D.

Kegiatan disambut baik oleh masyarakat setempat. “Kalau ada bantuan seperti ini, saya mengucapkan terima kasih. Semoga bisa memanfaatkan air sumur ini sebagai air minum masyarakat,” tutur Asmarudin, Ketua RT 09.

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #sdg 3 #good health and wellbeing #sdg 6 #clean water and sanitation #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 17 #partnerships for the goals