Tim Teknik Industri ITB Juarai ISEA Unand 2016
Oleh Mega Liani Putri
Editor Mega Liani Putri
BANDUNG, itb.ac.id - Semangat berinovasi dan berwirausaha telah menjadi suatu hal yang kian melekat dengan mahasiswa ITB. Hal ini semakin dibuktikan dengan kemenangan tim ITB dalam ajang Indonesia Student Entrepreneurship Award (ISEA) 2016 yang diselenggarakan oleh Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat. Tim tersebut terdiri dari tiga mahasiswa Teknik Industri ITB angkatan 2012, yakni Petra Regina, Mutia Triningtyas, dan Christian Djajapranata. Dengan inovasi terhadap produk sepatu yang diberi nama Sipatoe, mereka berhasil meraih juara dua dalam ajang yang diadakan pada Senin (11/04/16) hingga Rabu (13/04/16) lalu.
Dorongan Semangat Berprestasi
ISEA merupakan lomba pertama yang pernah diikuti oleh ketiganya, keikutsertaan mereka dalam lomba ini berdasar pada keinginan berprestasi di tingkat akhir sebagai mahasiswa ITB. "Kami baru pertama kali lomba, jadi senang bisa juara di lomba pertama ini," ujar Mutia. Sebagai cermin dari keunikkan, mereka memilih nama Adwitiya, diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti 'tidak ada duanya'.
ISEA merupakan salah satu rangkaian dari acara Industrial Festival (INDFEST) yang diadakan oleh mahasiswa Universitas Andalas, Padang. Pada ajang ISEA, peserta ditantang untuk membuat business plan atas suatu produk bertemakan industri kreatif. Pada tahap pertama dari lomba ini, peserta diwajibkan untuk membuat proposal terhadap produk yang mereka ajukan. Dengan usaha keras, mereka pun berhasil memasukkan proposal untuk produk Sipatoe, yakni sepatu kasual unisex yang dihias dengan motif kain tradisional.
Pada pengumuman yang diberikan Sabtu (12/03/16), tim Adwitiya pun berhasil menjadi salah satu dari lima belas tim yang lolos ke tahap selanjutnya, bersama satu tim lain yang juga berasal dari ITB. Mereka pun diundang untuk menghadiri rangkaian acara utama ISEA yang dilaksanakan pada bulan April dan berangkat menuju Padang pada Minggu (10/04/16), sebelum rangkaian acara ISEA dimulai pada Senin (11/04/16). Hari pertama acara diisi dengan seminar mengenai materi kewirausahaan, kemudian disusul oleh pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan pemerintahan setempat dan rektorat Universitas Andalas.
Sekembalinya dari pembukaan tersebut, tim Adwitiya pun sibuk melakukan perbaikan terhadap bahan presentasi yang harus disampaikan keesokan harinya. Akan tetapi, perbaikan ini tidak dapat berjalan selancar yang mereka harapkan. "Awalnya sih tidak ada yang akan diubah, tapi setelah melihat kelompok lain, kami berniat mengubah banyak hal," tutur Christian, "Setelah semua diubah dan bahan presentasi mau dicetak, ternyata sudah tidak ada tempat print yang buka, mau tidak mau harus pakai bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya." Walaupun demikian, keesokan harinya tim Adwitiya dapat memberikan performa maksimal pada saat presentasi, sehingga ketiga juri yang hadir memberikan banyak feedback positif terhadap business plan yang telah mereka garap.
Perjuangan mereka terus berlanjut. Pada rangkaian acara terakhir yang dilaksanakan Rabu (13/04/16), mereka wajib mengikuti expo di Plaza Andalas. Setiap tim diberikan satu stand untuk memamerkan produk mereka pada pengunjung. Selain itu, tim juga disediakan waktu pitching selama lima menit di panggung utama. Dengan diwakilkan oleh Petra, tim Adwitiya menampilkan sebuah sesi pitching yang unik dengan menggunakan pantun berbahasa Padang. "Dari komponen penilian expo, pitching nilainya paling besar, jadi harus total," ujar Petra. Hal tersebut berujung pada buah manis dengan keluarnya nama tim Adwitiya sebagai juara kedua pada ISEA 2016. "Pengalaman yang seru, panitia-panitianya juga ramah dan baik, bisa dapat banyak teman baru, bahkan hingga dapat pelanggan pertama," tutur Christian.
Hadirkan Nuansa Tradisional
Salah satu fokus utama yang diberikan oleh tim Adwitiya melalui produk Sipatoe adalah nuansa tradisional pada produk tersebut. Pertama, nama Sipatoe berasal dari kata sepatu dalam bahasa Batak, yakni sipatu, yang kemudian diberikan akhiran "-oe" untuk menambahkan kesan autentik pada nama yang digunakan. Kemudian, ciri khas dari produk ini ditonjolkan melalui penggunaan kain dan motif tradisional pada bagian tali dan sisi sepatu. "Kami memakai banyak jenis kain tradisional dari seluruh Indonesia, misalnya batik Jawa, songket Nusa Tenggara Barat, rangrang Bali, batik Papua, dan lain-lain," ujar Petra.
Selain itu, tim Adwitiya juga mengandalkan usaha lokal untuk memperoleh bahan baku dari Sipatoe. Bahan-bahan utama dari sepatu mereka dapatkan dari Cibaduyut, yakni salah satu lokasi di Bandung yang dipadati oleh pengrajin sepatu. Sementara itu, berbagai kain tradisional mereka dapatkan dari toko kain motif cetakan di daerah Cigondewah. Akan tetapi, pembuatan Sipatoe ini tidak sepenuhnya mereka serahkan pada vendor, sebagian pekerjaan mereka lakukan sendiri untuk menjaga orisinalitas dari produk Sipatoe.
Saat ini, tim Adwitiya cukup puas dengan capaian yang mereka dapatkan melalui ajang ISEA. Walaupun telah meraih dukungan dan pengakuan dari banyak pihak hingga juri-juri ISEA, mereka merasa belum secara matang berpikir untuk menjual Sipatoe di pasaran. "Tertarik sih dan secara profit juga menguntungkan, tapi untuk sekarang kami belum ada waktu, mungkin bisa dilakukan dalam beberapa waktu ke depan," jelas Petra.
ITB Journalist Apprentice 2016
Gracia Isaura Raulina (Teknik Industri 2013)
Sumber Foto : Dokumen Pribadi
ISEA merupakan lomba pertama yang pernah diikuti oleh ketiganya, keikutsertaan mereka dalam lomba ini berdasar pada keinginan berprestasi di tingkat akhir sebagai mahasiswa ITB. "Kami baru pertama kali lomba, jadi senang bisa juara di lomba pertama ini," ujar Mutia. Sebagai cermin dari keunikkan, mereka memilih nama Adwitiya, diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti 'tidak ada duanya'.
ISEA merupakan salah satu rangkaian dari acara Industrial Festival (INDFEST) yang diadakan oleh mahasiswa Universitas Andalas, Padang. Pada ajang ISEA, peserta ditantang untuk membuat business plan atas suatu produk bertemakan industri kreatif. Pada tahap pertama dari lomba ini, peserta diwajibkan untuk membuat proposal terhadap produk yang mereka ajukan. Dengan usaha keras, mereka pun berhasil memasukkan proposal untuk produk Sipatoe, yakni sepatu kasual unisex yang dihias dengan motif kain tradisional.
Pada pengumuman yang diberikan Sabtu (12/03/16), tim Adwitiya pun berhasil menjadi salah satu dari lima belas tim yang lolos ke tahap selanjutnya, bersama satu tim lain yang juga berasal dari ITB. Mereka pun diundang untuk menghadiri rangkaian acara utama ISEA yang dilaksanakan pada bulan April dan berangkat menuju Padang pada Minggu (10/04/16), sebelum rangkaian acara ISEA dimulai pada Senin (11/04/16). Hari pertama acara diisi dengan seminar mengenai materi kewirausahaan, kemudian disusul oleh pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan pemerintahan setempat dan rektorat Universitas Andalas.
Sekembalinya dari pembukaan tersebut, tim Adwitiya pun sibuk melakukan perbaikan terhadap bahan presentasi yang harus disampaikan keesokan harinya. Akan tetapi, perbaikan ini tidak dapat berjalan selancar yang mereka harapkan. "Awalnya sih tidak ada yang akan diubah, tapi setelah melihat kelompok lain, kami berniat mengubah banyak hal," tutur Christian, "Setelah semua diubah dan bahan presentasi mau dicetak, ternyata sudah tidak ada tempat print yang buka, mau tidak mau harus pakai bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya." Walaupun demikian, keesokan harinya tim Adwitiya dapat memberikan performa maksimal pada saat presentasi, sehingga ketiga juri yang hadir memberikan banyak feedback positif terhadap business plan yang telah mereka garap.
Perjuangan mereka terus berlanjut. Pada rangkaian acara terakhir yang dilaksanakan Rabu (13/04/16), mereka wajib mengikuti expo di Plaza Andalas. Setiap tim diberikan satu stand untuk memamerkan produk mereka pada pengunjung. Selain itu, tim juga disediakan waktu pitching selama lima menit di panggung utama. Dengan diwakilkan oleh Petra, tim Adwitiya menampilkan sebuah sesi pitching yang unik dengan menggunakan pantun berbahasa Padang. "Dari komponen penilian expo, pitching nilainya paling besar, jadi harus total," ujar Petra. Hal tersebut berujung pada buah manis dengan keluarnya nama tim Adwitiya sebagai juara kedua pada ISEA 2016. "Pengalaman yang seru, panitia-panitianya juga ramah dan baik, bisa dapat banyak teman baru, bahkan hingga dapat pelanggan pertama," tutur Christian.
Hadirkan Nuansa Tradisional
Salah satu fokus utama yang diberikan oleh tim Adwitiya melalui produk Sipatoe adalah nuansa tradisional pada produk tersebut. Pertama, nama Sipatoe berasal dari kata sepatu dalam bahasa Batak, yakni sipatu, yang kemudian diberikan akhiran "-oe" untuk menambahkan kesan autentik pada nama yang digunakan. Kemudian, ciri khas dari produk ini ditonjolkan melalui penggunaan kain dan motif tradisional pada bagian tali dan sisi sepatu. "Kami memakai banyak jenis kain tradisional dari seluruh Indonesia, misalnya batik Jawa, songket Nusa Tenggara Barat, rangrang Bali, batik Papua, dan lain-lain," ujar Petra.
Selain itu, tim Adwitiya juga mengandalkan usaha lokal untuk memperoleh bahan baku dari Sipatoe. Bahan-bahan utama dari sepatu mereka dapatkan dari Cibaduyut, yakni salah satu lokasi di Bandung yang dipadati oleh pengrajin sepatu. Sementara itu, berbagai kain tradisional mereka dapatkan dari toko kain motif cetakan di daerah Cigondewah. Akan tetapi, pembuatan Sipatoe ini tidak sepenuhnya mereka serahkan pada vendor, sebagian pekerjaan mereka lakukan sendiri untuk menjaga orisinalitas dari produk Sipatoe.
Saat ini, tim Adwitiya cukup puas dengan capaian yang mereka dapatkan melalui ajang ISEA. Walaupun telah meraih dukungan dan pengakuan dari banyak pihak hingga juri-juri ISEA, mereka merasa belum secara matang berpikir untuk menjual Sipatoe di pasaran. "Tertarik sih dan secara profit juga menguntungkan, tapi untuk sekarang kami belum ada waktu, mungkin bisa dilakukan dalam beberapa waktu ke depan," jelas Petra.
ITB Journalist Apprentice 2016
Gracia Isaura Raulina (Teknik Industri 2013)
Sumber Foto : Dokumen Pribadi