Tim ITB Kembali Juarai Ajang The Indonesia-Netherland Water Challenge 2016
Oleh Anin Ayu Mahmudah
Editor Anin Ayu Mahmudah
BANDUNG, itb.ac.id – Tidak bosan-bosannya menorehkan prestasi, mahasiswa ITB kembali menjuarai perlombaan yang diadakan oleh konsorsium perusahaan asal negeri kincir angin, Belanda. Ajang (INWC) 2016 yang bertemakan “Blue-Green City” ini digelar untuk menginisiasi future leader di sektor perairan. INWC 2016 sendiri merupakan gelaran kedua INWC yang diselenggarakan di Indonesia. Memilih Kota Semarang sebagai lokasi studi kasus, tajuk “Blue-Green City” membawa para peserta untuk meneropong lebih jauh pada pengembalian siklus air dengan infrastruktur hijau serta penataan kota yang berfokus pada perbaikan lingkungan dan pengelolaan air di kota Semarang.
INWC 2016 kali ini memiliki tiga topik studi kasus, yaitu Polder Stasiun Tawang, Kali Semarang dan Jembatan Mberok, serta Pelabuhan Tanjung Mas. Perlombaan ini diikuti oleh 26 orang peserta dengan ITB sendiri mengirimkan sebelas orang perwakilannya, yaitu Afrizal Maulana S. (Teknik Pengelolaan Sumber Daya Air 2013), Angga Safik Ul Ridwan dan Faiz Eckmal (Planologi 2013), Anin Ayu Mahmudah, Rabbani Mahatma Bagaskara, dan Satria Adi Nugraha (Teknik Kelautan 2013), Munawir Bintang dan Yosinta Eka (Teknik Kelautan 2012), Catharina Yosepha, Sandra Syahfitri, serta Theresia Agustine (Magister Teknik Sipil) yang dibagi ke dalam tiga tim dengan topik studi kasus yang berbeda.
Tentang INWC 2016
Pihak perusahaan konsorsium Belanda mulai mengadakan sosialisasi ke beberapa perguruan tinggi, yaitu ITB, UGM, ITS, UNDIP, UNHAS, dan UI pada September 2016. Registrasi dimulai pada awal Oktober 2016 dengan mewajibkan peserta mengisi form dan membuat video yang berisikan perkenalan diri dan motivasi mengikuti perlombaan ini.
Fasa I (21-23/11/17) dimulai ketika seluruh peserta dikumpulkan di Kota Semarang dan dikelompokkan serta dikenalkan dengan kasus-kasus yang ada. Turut membawa proses kolaborasi dalam pelaksanaannya, penyelenggara membagi peserta menjadi enam kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan satu orang mahasiswa UNDIP yang diharapkan dapat menjadi pihak yang paling mengerti mengenai kondisi lingkungan dan sosial di Kota Semarang. Selain itu, pada fasa ini para peserta juga diajarkan Design Charette Methode untuk membantu menyelesaikan kasus yang dihadapi. Diakhir sesi, peserta mempresentasikan gambaran awal mengenai DNA studi kasus serta keunggulan dan kelemahan kasus yang dihadapi. Tiap tim juga diberikan pembimbing dari kalangan profesional yang berasal dari beberapa perusahaan terkait, seperti Deltares, Royal Haskoning DHV, dan Van Oord.
Pada fasa II, peserta melakukan brainstorming untuk membuat proposal dan problem solving pada studi kasus masing-masing dengan metode yang sudah diajarkan. Acara puncak diadakan pada 30 Maret 2017 di Wisma Perdamaian Semarang. Setiap tim melakukan presentasi dan sesi tanya jawab yang masing-masing berlangsung selama 10 menit dihadapan para juri yang datang dari berbagai pihak yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI), Pemerintah Daerah Kota Semarang, Pengurus Resilient, Pengelola Sumber Daya Air (PSDA), dan pihak Pelabuhan Tanjung Mas.
Usai presentasi hasil dari setiap tim yang berlangsung kurang lebih satu jam, diputuskanlah satu tim yang menjuarai kompetisi ini yaitu tim “Waterfront 2” ITB yang beranggotakan Rabbani Mahatma Bagaskara, Anin Ayu Mahmudah (Teknik Kelautan 2013), Angga Safik Ul Ridwan (Planologi 2013), Theresia Agustine (Magister Teknik Sipil), serta satu orang dari Universitas Diponegoro. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi ITB mengingat dalam gelaran INWC sebelumnya juga dijuarai oleh tim dari ITB.
Beragam Konsep dalam INWC 2016
Tim ITB yang berhasil meraih juara I dalam INWC 2016 mendapat studi kasus di lokasi Kali Semarang tepatnya di sekitar Jembatan Mberok. Tim yang bernama “Waterfront 2” ini berusaha menghubungkan peningkatan kualitas Kali Semarang dengan pariwisata di Kota Lama. “Karena banyaknya potensi yang ada di wilayah Kali Semarang dan Jembatan Mberok, kami merancang bagaimana tempat ini dapat difungsikan sebagai connector atau penghubung ke Kota Lama supaya pariwisata di Kota Semarang semakin baik dan ramai”, ungkap Anin. Selain itu, tim ITB lainnya yang mendapatkan studi kasus mengenai Tanjung Mas juga mengutarakan konsepnya. “Jadi kami berusaha menyediakan air bersih dari limbah untuk memenuhi kebutuhan air di pelabuhan maupun di lingkungan sekitar, khusunya di daerah Tambak Lorok, dimana orang-orang disana memakai air tanah untuk minum,” ujar Munawir yang berasal dari Tim “Port 2”.
Keluaran yang diharapkan dari perlombaan ini adalah munculnya ide-ide baru yang inovatif sehingga dapat diaplikasikan untuk menciptakan Kota Semarang yang lebih baik. Bagi para peserta, lomba ini menjadi ajang untuk mengasah cara berpikir dan menyadarkan pentingnya air dalam kehidupan manusia. Para peserta lomba diharapkan untuk menjadi future leader yang siap menangani permasalahan air di masa depan. “Hambatan terbesar sebenarnya adalah jarak ke Semarang yang cukup jauh, jadi kita harus ngasih effort yang lebih buat kesana,” Ujar Munawir. Kendati demikian, ada banyak manfaat yang para peserta peroleh dari mengikuti program ini. “Ini adalah kesempatan yang baik dan langka untuk bisa berkolaborasi dengan para ahli dalam membantu menylesaikan permasalahan lingkungan,” ujar Rabbani.
Reporter : Dicky Alviansyah (Teknik Perminyakan 2015)
ITB Journalist Apprentice 2017