Tim VR 46 ITB Tak Sangka Dapat Penghargaan Spesial
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Seperti berita sebelumnya, tiga orang mahasiswa T.Elektronika’03 yaitu Muh Syafiq Irsyadi, Ade Irawan dan Yan Syafri Hidayat yang tergabung dalam tim VR 46 berhasil terpilih sebagai salah satu dari 8 tim terbaik dalam The 10th LSI Design Contest di Okinawa, Jepang. Proses seleksi telah dimulai sejak akhir Januari 2007 dimana seluruh peserta diminta untuk mengirimkan desain chip Fast Fourier Transform untuk wireless communication.
Menurut pengakuan salah satu anggota tim, Yan Syafri Hidayat, timnya sama sekali tidak mengira akan masuk dalam 8 tim terbaik yang dipilih juri. “Kami bikin saja sesuai ide yang keluar, ternyata masuk 8 tim terbaik,” ujar Yan seraya tersenyum. Sebenarnya, Laboratorium IC Mikroelectronic Centre tidak hanya mengirimkan desain dari tim VR 46 saja, tapi ada juga empat desain lain yang dikerjakan oleh mahasiswa yang bekerja di Laboratorium IC Mikroelectronic Centre. “Satu desain lagi berasal dari kelas kuliahnya Pak Sarwono (T.Elektronika),” imbuh Yan. Jadi, dari enam desain chip yang dikirimkan ITB hanya satu desain saja yang berhasil terpilih menjadi 8 tim terbaik.
Kedelapan tim terbaik yang dipilih, tutur Yan, kemudian mempresentasikan hasil desainnya di Jepang. Presentasi yang dilaksanakan tanggal 16 Maret lalu dikerjakan oleh Syafiq dan menarik perhatian juri. Melalui desainnya yang sederhana dan inovatif, tim VR 46 pun dianugerahi " Special Feature Award on Creativity and Originality." Menurut Yan lagi, juri menilai karya timnya punya nilai orisinalitas yang tinggi. “Yang dinilai biasanya speed dan desainnya, semakin kecil semakin bagus,” jelas Yan.
Keberhasilan tim VR 46 ini, menurut Syafiq, tidak lepas berkat dukungan penuh dari ITB dan industri yang menyokong sebagian dana keberangkatan ke Okinawa. “Kami juga dapat banyak masukan dari tim-tim sebelumnya sih,” tambah Yan. Sejak tiga tahun yang lalu, ITB telah mengikuti lomba serupa yang diwakili Tim Garuda pada tahun 2004 dan Tim Larasati tahun 2005 yang mencapai peringkat-5 dan 4.
Keberhasilan ini memang tidak dinilai dengan nominal mata uang tapi sertifikat penghargaan dan piala saja. “Enggak apa-apa. Udah seneng bisa jalan-jalan ke Jepang,” kata Yan dan Syafiq bersamaan seraya tertawa. Syafiq pun berharap, keberhasilan mereka dapat menjadi salah satu faktor pendorong untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam industri perancangan keping IC di masa datang.
Menurut pengakuan salah satu anggota tim, Yan Syafri Hidayat, timnya sama sekali tidak mengira akan masuk dalam 8 tim terbaik yang dipilih juri. “Kami bikin saja sesuai ide yang keluar, ternyata masuk 8 tim terbaik,” ujar Yan seraya tersenyum. Sebenarnya, Laboratorium IC Mikroelectronic Centre tidak hanya mengirimkan desain dari tim VR 46 saja, tapi ada juga empat desain lain yang dikerjakan oleh mahasiswa yang bekerja di Laboratorium IC Mikroelectronic Centre. “Satu desain lagi berasal dari kelas kuliahnya Pak Sarwono (T.Elektronika),” imbuh Yan. Jadi, dari enam desain chip yang dikirimkan ITB hanya satu desain saja yang berhasil terpilih menjadi 8 tim terbaik.
Kedelapan tim terbaik yang dipilih, tutur Yan, kemudian mempresentasikan hasil desainnya di Jepang. Presentasi yang dilaksanakan tanggal 16 Maret lalu dikerjakan oleh Syafiq dan menarik perhatian juri. Melalui desainnya yang sederhana dan inovatif, tim VR 46 pun dianugerahi " Special Feature Award on Creativity and Originality." Menurut Yan lagi, juri menilai karya timnya punya nilai orisinalitas yang tinggi. “Yang dinilai biasanya speed dan desainnya, semakin kecil semakin bagus,” jelas Yan.
Keberhasilan tim VR 46 ini, menurut Syafiq, tidak lepas berkat dukungan penuh dari ITB dan industri yang menyokong sebagian dana keberangkatan ke Okinawa. “Kami juga dapat banyak masukan dari tim-tim sebelumnya sih,” tambah Yan. Sejak tiga tahun yang lalu, ITB telah mengikuti lomba serupa yang diwakili Tim Garuda pada tahun 2004 dan Tim Larasati tahun 2005 yang mencapai peringkat-5 dan 4.
Keberhasilan ini memang tidak dinilai dengan nominal mata uang tapi sertifikat penghargaan dan piala saja. “Enggak apa-apa. Udah seneng bisa jalan-jalan ke Jepang,” kata Yan dan Syafiq bersamaan seraya tertawa. Syafiq pun berharap, keberhasilan mereka dapat menjadi salah satu faktor pendorong untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam industri perancangan keping IC di masa datang.