Tingkatkan Kerjasama Internasional, Ratu Belgia Hadiri Seminar Inovasi di ITB
Oleh Abdiel Jeremi W
Editor Abdiel Jeremi W
BANDUNG, itb.ac.id - Kemajuan dan kemandirian sebuah negara tidak dapat terlepas dari inovasi yang dilakukannya. Dalam menambah inovasi di berbagai aspek, terdapat tiga pihak yang seharusnya bekerja sama sebagai sebuah triple helix, yakni universitas, negara, dan pengusaha. Sebagai institusi pendidikan tinggi, ITB juga berkontribusi kepada negeri dengan terus berinovasi bersama negara dan pengusaha. Seminar International (University - State - Business) USB-Drive pada Kamis (17/03/16) diselenggarakan oleh ITB yang bekerja sama dengan Wallonia Export & Investment Agency (AWEX), Universiteit Gent, dan Universiteit de Liege. Bertempat di Aula Barat ITB, seminar ini diisi dan dihadiri oleh berbagai stakeholder dalam tripel heliks inovasi. Selain itu, kehadiran puteri Astrid dari Belgia menambah wawasan dari para peserta mengenai pentingnya internasionalisasi universitas.
Membangun Atmosfer Inovasi yang Optimal
Seminar USB-Drive dibuka oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, yang memaparkan posisi dan rencana ITB dalam dunia pendidikan. Menuju predikat world-class university, ITB terus membangun kesiapannya. "ITB telah meningkatkan standar 20 jurusannya menjadi jurusan terakreditasi internasional," ujar Prof. Kadarsah. Pembicara kedua adalah Prof. Dr. Vet. Pascal Leroy, Wakil Rektor ULg, Belgia. Prof. Pascal memaparkan tentang apa yang dilakukan oleh ULg dalam menimbulkan suasana yang mendukung terciptanya inovasi di kampus. Dari Universiteit Gent, Belgia, Prof. Guido Van Huylenbroeck (Vice President for International Relations Gent University) menyampaikan pengetahuan seputar ekosistem inovasi dan transfer teknologi di perguruan tinggi tersebut dalam rangka menjembatani jurang antara riset dan inovasi. Berdasarkan keterangan Prof. Guido, terdapat tiga hal yang menyusun ekosistem inovasi, yakni people, partners, dan proximity. Sumber daya manusia yang bagus adalah syarat wajib untuk sebuah inovasi. Di sisi lain, kerja sama dengan rekan juga diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang inovatif. Menurut Prof. Guido, pendanaan tetap menjadi kendala yang besar dalam sebuah riset, karena seorang peneliti harus memastikan bahwa ada seseorang yang akan membayar untuk keberlangsungan risetnya.
Untuk membawahi pengelolaan inovasinya, ITB memiliki sebuah lembaga tersendiri, yakni Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB. Dr. Leo Aldianto dari LPIK ITB menyajikan presentasi mengenai Taman Inovasi yang berperan untuk menguatkan ekosistem inovasi. "Rencananya akan terdapat inkubator-inkubator karya, perusahaan-perusahaan startup, dan pengembangan kewirausahaan untuk Taman Inovasi," ujar Dr. Leo. Taman Inovasi yang akan dibangun ITB tidak hanya sebagai wahana bagi masyarakat, tetapi juga bagi wirausahawan dan peneliti. "Banyaknya perusahaan startup di Indonesia akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil bagi negara," tambah Dr. Leo. Beralih ke sisi peneliti, Robert Renaville, CEO dari Progenus, berbicara mengenai spin-off di Universitas de Liege. Progenus sendiri ialah perusahaan hasil spin-off yang bergerak di bidang DNA dan bioinformatika. Menurut Robert, pengembangan spin-off pada bulan-bulan awal bergantung pada pemodalan dari perusahaan-perusahaan dan bimbingan dari universitas dalam manajemen, analisis bisnis, strategi komersial, bimbingan untuk akses ke riset terkini, akses ke jaringan universitas nasional dan internasional, serta dalam pengembangan sumber daya manusia di bawah pengawasan mahasiswa Ph.D dan master.
Dari Penelitian Menuju Perusahaan
Cerita dari hal kebalikan, yakni kelanjutan penelitian atau spin-in kemudian dipaparkan oleh M. Ir. Xavier Pinchart, General Manager sebuah perusahaan spin-in, SEA Boydens Engineering Vietnam. Perusahaan ini bergerak di bidang bangunan, terutama pada desain dan monitor bangunan yang berkelanjutan. Wim Boydens dan Thomas Bockelandt adalah profesor tamu dan asisten di Fakultas Teknik dan Arsitektur Universiteit Gent. Kolaborasi mereka dimulai pada 1999 berdasarkan pertukaran informasi, pengetahuan, pengalaman di lapangan. Model yang dibuat Boydens diaplikasikan pada kasus-kasus praktis dan umpan balik dari praktik di lapangan digunakan untuk riset, seperti hydronic buildings.
Perspektif Bisnis dan Mahasiswa
Dari sisi bisnis, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat juga memberikan perspektifnya. Selain itu, terdapat mahasiswa dari ULg dan SBM-ITB yang tergabung dalam SBM-ITB yang tergabung dalam Young Business Ambassadors. Young Business Ambassadors adalah inisiatif SBM-ITB dengan HEC-ULg untuk menghubungkan sekolah-sekolah bisnis di berbagai negara dan memperkenalkan mereka kepada dimensi bisnis internasional. Pada akhir seminar, puteri Astrid dari Belgia memberikan trofi kepada pemenang program Young Business Ambassadors 2015. Para pemenang dari kategori perusahaan adalah Kopi Luwak Ratu, Shafira dan Wardah (Indonesia); Progenus, Colona dan Neo Bulles (Belgia). Para pemenang dari kategori mahasiswa adalah Dian Wahyu Pratama, Lisandy Arinta Suryana, dan Seasha Arsyanda (SBM ITB); Ysaline Wertz, Antoine Peeters, dan Robin Falisse (HEC-ULg). Untuk meningkatkan kerja sama internasional, MOU ditandatangani antara ITB dengan Universiteit Gent, ULg, dan pemenang dari kategori perusahaan Progenus-Kopi Luwak Ratu. Acara ditutup dengan pidato dari Jean-Claude Marcourt selaku Menteri Ekonomi, Industri, dan Inovasi Digital - Wallonia - Belgia.
Seminar USB-Drive dibuka oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, yang memaparkan posisi dan rencana ITB dalam dunia pendidikan. Menuju predikat world-class university, ITB terus membangun kesiapannya. "ITB telah meningkatkan standar 20 jurusannya menjadi jurusan terakreditasi internasional," ujar Prof. Kadarsah. Pembicara kedua adalah Prof. Dr. Vet. Pascal Leroy, Wakil Rektor ULg, Belgia. Prof. Pascal memaparkan tentang apa yang dilakukan oleh ULg dalam menimbulkan suasana yang mendukung terciptanya inovasi di kampus. Dari Universiteit Gent, Belgia, Prof. Guido Van Huylenbroeck (Vice President for International Relations Gent University) menyampaikan pengetahuan seputar ekosistem inovasi dan transfer teknologi di perguruan tinggi tersebut dalam rangka menjembatani jurang antara riset dan inovasi. Berdasarkan keterangan Prof. Guido, terdapat tiga hal yang menyusun ekosistem inovasi, yakni people, partners, dan proximity. Sumber daya manusia yang bagus adalah syarat wajib untuk sebuah inovasi. Di sisi lain, kerja sama dengan rekan juga diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang inovatif. Menurut Prof. Guido, pendanaan tetap menjadi kendala yang besar dalam sebuah riset, karena seorang peneliti harus memastikan bahwa ada seseorang yang akan membayar untuk keberlangsungan risetnya.
Untuk membawahi pengelolaan inovasinya, ITB memiliki sebuah lembaga tersendiri, yakni Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB. Dr. Leo Aldianto dari LPIK ITB menyajikan presentasi mengenai Taman Inovasi yang berperan untuk menguatkan ekosistem inovasi. "Rencananya akan terdapat inkubator-inkubator karya, perusahaan-perusahaan startup, dan pengembangan kewirausahaan untuk Taman Inovasi," ujar Dr. Leo. Taman Inovasi yang akan dibangun ITB tidak hanya sebagai wahana bagi masyarakat, tetapi juga bagi wirausahawan dan peneliti. "Banyaknya perusahaan startup di Indonesia akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil bagi negara," tambah Dr. Leo. Beralih ke sisi peneliti, Robert Renaville, CEO dari Progenus, berbicara mengenai spin-off di Universitas de Liege. Progenus sendiri ialah perusahaan hasil spin-off yang bergerak di bidang DNA dan bioinformatika. Menurut Robert, pengembangan spin-off pada bulan-bulan awal bergantung pada pemodalan dari perusahaan-perusahaan dan bimbingan dari universitas dalam manajemen, analisis bisnis, strategi komersial, bimbingan untuk akses ke riset terkini, akses ke jaringan universitas nasional dan internasional, serta dalam pengembangan sumber daya manusia di bawah pengawasan mahasiswa Ph.D dan master.
Dari Penelitian Menuju Perusahaan
Cerita dari hal kebalikan, yakni kelanjutan penelitian atau spin-in kemudian dipaparkan oleh M. Ir. Xavier Pinchart, General Manager sebuah perusahaan spin-in, SEA Boydens Engineering Vietnam. Perusahaan ini bergerak di bidang bangunan, terutama pada desain dan monitor bangunan yang berkelanjutan. Wim Boydens dan Thomas Bockelandt adalah profesor tamu dan asisten di Fakultas Teknik dan Arsitektur Universiteit Gent. Kolaborasi mereka dimulai pada 1999 berdasarkan pertukaran informasi, pengetahuan, pengalaman di lapangan. Model yang dibuat Boydens diaplikasikan pada kasus-kasus praktis dan umpan balik dari praktik di lapangan digunakan untuk riset, seperti hydronic buildings.
Perspektif Bisnis dan Mahasiswa
Dari sisi bisnis, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat juga memberikan perspektifnya. Selain itu, terdapat mahasiswa dari ULg dan SBM-ITB yang tergabung dalam SBM-ITB yang tergabung dalam Young Business Ambassadors. Young Business Ambassadors adalah inisiatif SBM-ITB dengan HEC-ULg untuk menghubungkan sekolah-sekolah bisnis di berbagai negara dan memperkenalkan mereka kepada dimensi bisnis internasional. Pada akhir seminar, puteri Astrid dari Belgia memberikan trofi kepada pemenang program Young Business Ambassadors 2015. Para pemenang dari kategori perusahaan adalah Kopi Luwak Ratu, Shafira dan Wardah (Indonesia); Progenus, Colona dan Neo Bulles (Belgia). Para pemenang dari kategori mahasiswa adalah Dian Wahyu Pratama, Lisandy Arinta Suryana, dan Seasha Arsyanda (SBM ITB); Ysaline Wertz, Antoine Peeters, dan Robin Falisse (HEC-ULg). Untuk meningkatkan kerja sama internasional, MOU ditandatangani antara ITB dengan Universiteit Gent, ULg, dan pemenang dari kategori perusahaan Progenus-Kopi Luwak Ratu. Acara ditutup dengan pidato dari Jean-Claude Marcourt selaku Menteri Ekonomi, Industri, dan Inovasi Digital - Wallonia - Belgia.