Ubala ITB Gelar Sendratari Tugu Kayu Ara dalam Rangkaian Acara Lampung Gham III

Oleh Hanafi Kusumayudha

Editor Hanafi Kusumayudha

softskill

BANDUNG, itb.ac.id – Sebagai institusi pendidikan tinggi, ITB terus mendorong mahasiswanya untuk mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan. Selain di bidang akademik dan keahlian keprofesian, tentu juga perlu dikembangkan yang menunjang aktualisasi diri mahasiswa, salah satunya adalah lewat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Bertepatan dengan ulang tahun ke-20, Unit Budaya Lampung (Ubala) ITB menggelar rangkaian acara Lustrum IV : Lampung Gham III pada bulan November 2017. Rangkaian Acara Lampung Gham III diawali dengan Lampung Expo yang diselenggarakan pada Jumat (17/11/17) di Lapangan Voli ITB. Lampung Expo menawarkan berbagai macam makanan tradisional khas Lampung yang memanjakan lidah pengunjung. Contohnya seperti kue talam, geguduh pindang, es serbat kweni, dan lain-lain.                                                    

Puncak dari rangkaian acara Lampung Gham III adalah persembahan sendratari Tugu Kayu Ara pada Sabtu (25/11/17). Bertempat di Teater Tertutup Dago Tea House Jl. Bukit Dago Utara II No. 36, pagelaran tersebut ramai penuh sesak oleh pengunjung. Sendratari Tugu Kayu Ara terinspirasi dari sejarah yang tercipta di Pulau Sumatera sebagai asal-usul Suku Lampung. Dikisahkan terdapat pohon kayu ara yang menjadi tempat tinggal iblis, Duguk. Duguk perlahan mengorek suka cita penduduk desa, yang kemudian dikalahkan oleh sembilan pahlawan dan empat Datu yang berjasa. Cerita rakyat ini mengangkat nilai-nilai luhur kepahlawanan dan semangat menumpas keangkaramurkaan di dunia.                                                    

Drama tersebut tak lupa juga diselingi oleh beberapa tarian tradisional Lampung, seperti Tari Empat Datu yang menceritakan tentang perpindahan warga desa Sekala Begha. Perpindahan tersebut dijalani masyarakat dengan ceria, yang ditunjukkan dengan Tari Keceriaan Masyarakat. Selain itu juga ada Tari Begukha yang mengangkat latar pohon Kayu Ara tempat kekejaman Duguk dan pasukannya bersemayam. Lambaian jari-jemari nan indah juga dipersembahkan dalam Tari Mulei Betanggai. Malam itu, keanekaragaman budaya Lampung tersaji dengan lengkap dalam satu kesatuan sendratari yang menghibur pengunjung.


Sumber Foto : Dokumentasi penulis