"Video Sculpture di Jerman Sejak 1963", Sebuah Pameran Seni dan Teknologi
Oleh
Editor
Masih dalam bulan Juni, selama 23 hari, Goethe Institut Bandung bekerja sama dengan ITB dan Institut fur Auslandsbeziehungen menggelar pameran seni video di Aula Barat ITB. Pameran yang berjudul "Video Sculpture di Jerman Sejak 1963" ini berlangsung dari tanggal 7 Juni lalu hingga akhir bulan ini.
Fluxus, senirupa minimalis, seni rupa konseptual dan juga masalah-masalah teori seni rupa: video, yang menjadi eksponen pameran ini, merupakan satu dari sekian banyak cara pengungkapan seni, seperti halnya kuas dan cat, palu dan pahat.
Video art termasuk genre seni rupa yang masih muda. Meski sampai beberapa tahun terakhir masih dipandang sebelah mata, sekarang video art telah menjadi peserta tetap dalam pameran-pameran seni rupa kontemporer saat ini. Dengan maksud mengenalkan ke dunia secara lebih luas, Wulf Herzogenrath mengkurasi pameran "Video Sculpture di Jerman Sejak 1963" ini untuk Institut Hubungan Budaya Luar Negeri (IFA) dan dibawa keliling dunia oleh Goethe Institut. Sekarang hadir di Bandung, tepatnya ITB.
Kurator Wulf, mengundang 17 seniman video art dari Jerman dalam pameran ini. Baik dari generasi tua yang sudah mapan seperti Nam June Paik dan Wolf Vostell, sampai ke genre terbaru dari seniman Anna Anders dan Birgit Brenner. Beragam bentuk karya video ditampilkan seperti instalasi video, grafis dan sketsa, menunjukkan kepada pengunjung fase-fase perkembangan penting dari produksi video art. Selain karya-karya dari seniman luar negeri tersebut, pengunjung juga dapat menyaksikan kumpulan karya seniman video art dalam negeri yang ditempatkan di ruang tersendiri, layaknya menonton film home theatre.
Pameran dengan nuansa kontemporer ini menghadirkan 18 karya video sculpture atau instalasi dan 47 karya di atas kertas (gouaches, cetak grafis, fotografi, fotokopi) yang semuanya dibuat sejak 1963. Penekanannya tentu saja pada karya-karya yang lebih baru, yang sebagian dibuat khusus untuk pameran ini. Secara umum empat generasi seniman video yang tampil adalah
1. Para Pelopor : Nam June Paik, yang pada tahun 1963 meretas jalan melalui pamerannya "Exposition of Music Electronic Television" di Wuppertal. Beliau mengajar di Dusseldorf sejak tahun 1979. Ada pula Wolf Vostell yang pada tahun 1963 memperkenalkan video sculpture di amerika.
2. Generasi Kedua : Claus Bohmler, Klaus vom Bruch, Wolf Kahlen, Marcel Odenbach, Ulrike Rosenbach, Reiner Ruthenbeck, Jeffrey Shaw, Herbert Wentscher, yang saat ini mengajar di pusat seni dan teknologi media di Hamburg, Karlsruhe, Berlin, Saarbrucken, Munster, dan Weimar.
3. Generasi yang lebih muda : Ingo Gunther, Jean-Francois Guiton, Dieter Kiessling, Franziska Megert, Wolfgang Staehle, yang semuanya mencurahkan perhatian secara khusus kepada video art dan telah melakukan pameran tunggal maupun kelompok.
4. Generasi Termuda : Disini diwakili Anna Anders, yang merupakan bagian dari generasi pertama yang lulusan Pusat Seni Baru dan Teknologi Media di Koln dan Birgit Brenner yang sekarang sedang menyelesaikan gelar magister nya di bawah bimbingan Prof. Rebecca Horn di Academy of Fine Arts di Berlin.
Dalam pameran ini, berbagai nuansa gaya, ruang lingkup dan generasi seni ditampilkan. Lewat aplikasi spektrum video art, dari karya-karya gerakan Fluxus Happenings pada dekade 60-an, hingga video interaktif yang mengundang partisipasi pengunjung diwujudkan melalui penggunaan perangkat sentuh komputer dan kamera video (Shaw). Ada pula pengulangan inheren medium video yang sangat minimalis (Kiessling) dihadirkan bersama dengan narasi komposisi puitik yang tersusun dari asosiasi gambar dan suara (Guiton). Aksen-aksen dan refleksi puitik feminis (Rosenbach, Megert, Brenner) bergantian tampil dengan kilasan seketsa-sketsa ironik sejarah seni rupa Eropa (Wentscher), reaksi-reaksi kritis terhadap kejadian-kejadian mutakhir dan modernisme di Jerman (Von Bruch, Odenbach), dan gambaran-gambaran simulakra kekerasan yang mengejutkan (Gunther). 2 karya termasyur milik Paik dan Kahlen juga hadir, "Buddha Looking at Candle TV" (Paik) dan "Rock TV" (Kahlen).
Karya-karya seniman video tersebut memang sengaja dibawa ke Indonesia melihat perkembangan seni, terutama seni video di Indonesia tergolong menarik. Sebagai mana diungkapkan Agung Hujatnikajennong, salah seorang Kurator seni dan pemerhati new media Art, "..Can and/or should we view the practice of video art in Indonesia according to the first world's understanding and art historical catagories which view it a as collaboration between art and technology?".
Beliau menekankan sebuah sinergisasi dalam seni dan teknologi. Melihat Indonesia dengan latar budaya bernilai sejarah seni tinggi, pengungkapan teknologi dalam seni adalah hal menarik untuk dicoba dan berkembang di negeri ini.
Melihat antusiasme seni yang berkembang di tanah air, Goethe Institut Jakarta/Bandung menggelar pameran ini di Jakarta sebagai Ibu Kota dan Bandung sebagai kota seni. Dengan hadirnya pameran ini diharapkan tidak sekedar menjadi kesan dan pemberi informasi. Tetapi juga dapat merangsang munculnya diskusi-diskusi kritis dalam bidang seni rupa ini di Indonesia. Dalam bulan Juli nanti, pameran ini juga akan menjadi salah satu rangkaian acara OK Video - Jakarta Video Art Festifal yang diadakan Galeri Nasional Indonesia.