Virtual Gathering Beasiswa G86, Rektor Berharap Mulai Digagas Student Loan untuk Bantu Dana Pendidikan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Bertepatan dengan hari Kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 2021 Beasiswa G86 merayakan hari jadi yang kelima dengan menggelar acara Virtual Gathering: Follow your Passion, Take Care of Your Future. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 190 orang peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa dan lulusan ITB.

Acara tersebut dimulai dengan launching website Beasiswa G86 yaitu https://beasiswa-itb86.id/ yang berisikan informasi baik untuk penerima beasiswa maupun donatur. Para donatur dapat mengakses website untuk mendonasikan dana beasiswa yang kemudian disalurkan oleh G86 secara transparan.

Data pribadi termasuk laporan akademik setiap penerima beasiswa dapat diakses sebagai bagian layanan. Di sisi lain calon penerima beasiswa dapat memperoleh informasi kesempatan beasiswa pada website ini serta mendaftar jika berminat. Untuk semester 2 tahun ajaran 2021/2022, pembukaan pendaftaran akan dilaksanakan pada periode 1 – 31 Oktober 2021.

Ida Rachmawati sebagai Koordinator G86 mengatakan G86 dibentuk tahun 2016, jumlah dana yang disalurkan hanyalah Rp103 juta per tahun untuk 15 anak, dan saat ini dana yang disalurkan sudah mencapai lima kali lipat menjadi Rp500 juta per tahun untuk 67 anak. Total dana yang telah disalurkan selama 5 tahun G86 berkiprah adalah sebesar Rp1.375 milyar.

Pada kesempatan tersebut Ketua Ikatan Alumni ITB Gembong Primadjaja menyampaikan bahwa program G86 menginspirasi banyak pihak untuk mengerjakan hal serupa dan mengajak sebanyak mungkin donatur berpartisipasi, mengingat bagi sebagian orang biaya pendidikan tinggi masih tergolong mahal dan cukup berat apalagi dengan kondisi pandemi saat ini.


Salah satu Kegiatan IA ITB ke depan akan mengkoordinir kegiatan beasiswa dari para alumni baik dari jurusan, angkatan, ataupun komisariat, sehingga penyalurannya tepat sasaran, dan tidak terjadi double beasiswa. Kemudian ada juga program PEKA, yaitu pemulihan ekonomi alumni dengan jalan mendorong alumni yang usahanya sempat terdampak krisis ekonomi/pandemi agar pulih kembali serta pembekalan wiraswasta untuk alumni muda.

Salah satu penerima beasiswa Yusuf Wildan yang saat itu kampungnya terkena bencana gempa dan tusnami di Palu, menceritakan bagaimana selain bantuan bidik misi, beasiswa dari G86 sangat membantu meringankan beban kehidupan selama terpaksa harus hidup mandiri tanpa dukungan orang tua di Bandung. Apalagi dengan kondisi pandemi, penghasilan utama mahasiswa dengan mengajar banyak berkurang. Sementara tingkat 3 dan 4 perkuliahan menuntut waktu dan konsentrasi besar. Berkat tambahan beasiswa dari G86, Yusuf bisa berkonsentrasi menyelesaikan kuliah di Teknik Penerbangan tahun 2017 dengan predikat cumlaude.

Rektor ITB Reini Wirahadikusumah menggaris bawahi keberhasilan Yusuf menjawab tantangan selama kuliah sampai lulus dengan cumlaude adalah salah satu contoh bahwa pada saat terpuruk, mencari pertolongan itu menunjukan keberanian.

Rektor menjelaskan berkaitan dengan pendanaan pendidikan saat ini terdapat data tunggakan (piutang) Biaya Penyelenggaraan Pendidikan ITB mencapai hampir Rp46 milyar, dari jumlah tersebut Rp30 milyar adalah tunggakan S1, sebanyak 2,600 mahasiswa. Dari alumni juga terdapat piutang Rp4 milyar dengan Rp3 Milyar adalah dari jenjang S1.

Upaya bantuan pinjaman untuk mahasiswa dari berbagai pihak masih belum memungkinan, untuk itu diharapkan ada semacam student loan dari Alumni dengan sistem pay it forward sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan tunggakan ini dan pada saat mahasiswa lulus dapat membantu adik-adik kelasnya. Alternatif lain adalah ITB memberikan ikatan dinas yang tidak komersil bagi penerima beasiswa.

Kehadiran Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin semakin menyemarakan acara dengan membagi landasan berkarir mulai dari Schlumberger, Bank Mandiri, Holding Tambang, Wamen BUMN hingga Menteri Kesehatan. Perkembangan dari motif materialistis, kekuatan passion nasionalisme yang dapat mengerjakan pekerjaan hampir tidak mungkin menjadi kenyataan, serta pada akhirnya passion investasi akhirat dengan membantu masyarakat luas mengatasi pandemi ini.

Duet Pambudi Sunarsihanto Anggota Dewan Penasihat IA ITB dan Merlyna Lim professor Carleton University Ottawa melengkapi acara diskusi motivasi Follow Your Passion, Take Care of Your Passion.

Fadhil Akmal Fakhri lulusan Mesin 2015, meurpakan salah satu donatur muda yang menyumbangkan tabungan pendapatan selama 2 tahun bekerja setelah mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Italy. Acara ditutup dengan alunan suara merdu mengharukan Merlyna Lim melantunkan Indonesia Pusaka, tanah air beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua, sampai menutup mata.

Diolah dari Rilis: Beasiswa G86