Webinar IGNITE FITB: Strategi Menghadapi Perubahan Iklim di Indonesia
Oleh Hafsah Restu Nurul Annafi - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Webinar "IGNITE - Inspiring Global Initiatives to Tackle Climate Emergency" yang diselenggarakan oleh Olimpiade Geografi dan Geosains, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (OGG FITB ITB), Minggu (9/6/2024) mendiskusikan tentang inisiatif global untuk mengatasi darurat iklim. Acara yang disiarkan melalui kanal YouTube dan Zoom Meeting ini menghadirkan pembicara, salah satunya, Prof. Dr. Erma Yulihastin, Peneliti Ahli Utama Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Prof. Erma Yulihastin yang bernaung di bawah Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN memaparkan ilmu dan teknologi yang dikembangkan di PRIMA untuk memahami dinamika fisika dan kimia atmosfer di wilayah benua maritim Indonesia.
"PRIMA berfokus pada meningkatkan kemampuan prediksi iklim, khususnya di wilayah benua maritim Indonesia yang merupakan wilayah paling sulit diprediksi di dunia. Kami mengembangkan teknologi observasi, sains, dan permodelan iklim untuk mendukung kebijakan pemerintah di berbagai sektor yang terkait dengan perubahan iklim," ujarnya.
Beliau pun membahas berbagai produk inovasi yang dihasilkan oleh PRIMA, antara lain:
• Sistem Embaran Maritim (Semar), sebuah aplikasi untuk membantu nelayan memprediksi posisi kapal dan ikan, serta mendukung kinerja Syahbandar;
• Kajian Awal Musim Wilayah Indonesia Jangka Madya (Kamajaya), aplikasi yang membantu petani dalam smart farming dengan memprediksi curah hujan hingga enam bulan ke depan;
• Almanak Tambak Sentra garam Nasional (Antasena), aplikasi yang ditujukan untuk membantu petani tambak memprediksi cuaca dan menghindari kerugian;
• Knowledge of Risk and Early Drought-fire Warning System for Needed Action (Kresna), aplikasi untuk memprediksi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga lima tahun ke depan, membantu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam merumuskan kebijakan jangka menengah;
• Numerical-based Prediction for Atmosphere-ocean Knowledge Using Deep Learning Artificial Intelligence (Nakula), sebuah proyek yang sedang dikembangkan untuk membuat sistem peringatan dini cuaca ekstrem, dengan menggabungkan observasi dan prediksi, serta berkolaborasi dengan berbagai institusi, seperti ITB, universitas di Cina dan Australia, serta perusahaan startup di Amerika.
Konsekuensi perubahan iklim di Indonesia juga dibahas, seperti perubahan siklus El Nino-La Nina, peningkatan durasi musim hujan dan hari-hari kering, serta cuaca ekstrem. Prof. Erma memaparkan beberapa fenomena yang memicu cuaca ekstrem di Indonesia, seperti change CT, squall line, mesoscale convective complex (MCC), dan siklon tropis.
"Perubahan iklim telah menyebabkan siklus El Nino-La Nina menjadi tidak linier dan semakin sulit diprediksi. Kita harus siap menghadapi cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens di masa depan," ujarnya.
Beliau menyampaikan solusi pentahelix yang dapat diterapkan untuk mitigasi bencana hidrometeorologi dan perubahan iklim. Solusi tersebut meliputi pembentukan masyarakat sadar cuaca, edukasi dan kampanye perubahan iklim berbasis komunitas, serta penguatan kolaborasi antara BRIN, BMKG, BPBD, legislatif, relawan bencana, dan media.
Penulis: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)