Webinar SAPPK ITB Bahas Relasi Gender dalam Lingkungan Binaan Tradisional

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan webinar pada Kamis, 16 Desember 2021 dengan tema: Relasi Gender dalam Lingkungan Binaan Tradisional. Adapun kegiatan ini dihadiri oleh narasumber Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D., dari Kelompok Keahlian Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur serta Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D., dari Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Webinar ini dipandu oleh Prof. Ir. Iwan Sudradjat, MSA, Ph.D., sebagai Ketua KK Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur.

Dekan SAPPK ITB, Dr. Sri Maryati, S.T., MIP., mengatakan, kegiatan ini bertema “Sustainable Development in Built Environment”. Adapun webinar kali ini merupakan webinar ke-8 dari 9 bagian. Sementara itu, Prof. Ir. Iwan Suradjat, MSA. Ph.D. sebagai Ketua KK SKTA memberi pemaparan mengenai kelompok keahlian yang mengoordinir serial webinar tersebut serta sedikit pengantar mengenai topik webinar.

Pemaparan pertama disampaikan oleh Indah Widiastuti, S.T, M.T, Ph.D., yang menyampaikan mengenai Konstruksi Gender pada Arsitektur dan Permukiman Vernakular Masyarakat Berkekerabatan Matrilineal di Indonesia dan Transformasinya.

Indah mengatakan mengenai hasil penelitian yang menyatakan adanya lapisan-lapisan yang menjadi model organisasi sosial-spasial masyarakat kekerabatan matrilineal dari berbagai masyarakat. “Ada beberapa hal yang cukup khas dari arsitektur mereka, salah satunya adalah posisi bahwa rumah adalah milik anggota keluarga perempuan sedangkan ruang komunal adalah milik anggota laki-laki,” ujar Indah Widiastuti.

Melalui pengkajian yang dilakukan, Indah menjelaskan mengenai penemuannya mengenai karakter arsitektur masyarakat matrilineal Minangkabau dan modernisasi yang dialaminya. “Konsekuensi dari modernisasi adalah kehidupan matrilineal di Minangkabau menjadi lebih patriarki,” katanya.

Pemaparan selanjutnya disampaikan oleh Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D., dari Universitas Pendidikan Indonesia, yang menyampaikan mengenai Arsitektur dan Ideologi Gender di Keraton Kasultanan Yogyakarta. Ia menjelaskan mengenai harem, yaitu tata ruang pada istana negara Arab yang dibuat untuk mengontrol pandangan terhadap perempuan. Dalam literatur, harem dideskripsikan sebagai tempat di mana perempuan memiliki kebebasan visual dan ibu dari sultan yang berkuasa masih memegang kekuasaan dari sana. Tutin Aryanti kembali membandingkan harem dengan keputren dari Karaton Kasultanan Yogyakarta. Dalam literatur, keputren dideskripsikan sebagai sederhana dan tidak ditekankan kepentingannya. Keputren dalam Karaton Kasultanan Yogyakarta juga bersifat tersembunyi dan tidak langsung terlihat oleh pengunjung. Ia melanjutkan dengan penjelasan mengenai rute menuju keputren, tata ruang, beserta kondisinya sekarang.

Webinar ditutup dengan catatan oleh Prof. Ir. Iwan Sudradjat, MSA, Ph.D. yang menekankan bahwa konstruksi gender merupakan hal yang dinamis dalam menghadapi setiap kondisi pada zaman atau tempatnya. Dalam arsitektur, dinamika ini berakibat pada susunan lingkungan binaan yang beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakatnya. Maka dari itu, pengkajian mengenai gender perlu terus-menerus diperbaharui.

Reporter: Michelle Febriyana Chandra (Arsitektur, 2020)