Diskusi "Menjadi Perempuan yang Tangguh"
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Bertepatan dengan hari Kartini tanggal 21 April, sebuah diskusi digelar. Diskusi bertajuk “...Menjadi Perempuan yang Tangguh” mengambil tempat di 9026 gedung oktagon. Acara ini diprakarsai oleh sekelompok komunitas perempuan ITB yang menamakan diri mereka, Forum Peduli Perempuan. Diskusi tersebut menghadirkan Ibu Ciptati, doesn kimia ITB yang juga sebagai sekretaris LPKM. Acara yang berlangsung mulai pukul 16.00 sampai 18.00 WIB ini merupakan wacana awal untuk mengangkat gender awareness dalam kampus.
Diskusi ini mengangkat berbegai definisi mengenai gender dan kenyataan tatanan sosial masyarakat kita. Tatanan sosial kita (dan juga hampir di selluruh dunia) dipengaruhi oleh sistem patriarkhi dan heterosentris. Patriarkhi maksudnya sistem yang lebih mengakui kekuasaan laki-laki. Dunia ini telah didominasi oleh laki-laki dan perempuan selalu dinomorduakan. Buktinya, perempuan dilarang menjadi pemimpin dan seringkali dianggap sebelah mata. Patriarkhi menyebabkan timbulnya ketimpangan gender. Gender berarti konstruksi sosial yang membentuk pemeranan laki-laki dan perempuan. Gender lebih melihat peran sosial laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan seksual yang melihat laki-laki dan perempuan dari fisik atau biologisnya. Saat peran sosial dilihat,
Dunia ini dipenuhi sistem patriarkhi, yang mengganggap perempuan hanya sebagai pemanis. Perempuan lebih dianggap obyek, bukan subyek. Pandangan dunia inilah yang membentuk ketimpangan gender. Maka timbul pepatah, laki-laki tidak boleh menangis atau perempuan harus bisa memasak. Orang-orang kampung pun tidak ingin menyekolahkan anak gadis mereka karena kerja perempuan yang utama ialah memasak dan mengasuh anak. Padahal, memasak hanyalah sebuah hobi dan mengasuh anak adalah tanggung jawab utama orang tua.
Ibu Ciptati juga mengangkat ketimpangan gender yang terjadi dalam masyarakat. Ketimpangan gender inilah yang menyebabkan maraknya kekerasan rumah tangga dan ketidakadilan terhadap buruh perempuan. Oleh karena itu, bukan hanya kesetaraan pendidikan yang kini dperjuangkan. Kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat saat ini menjadi fokus utama pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan termasuk salah satu upaya untuk mengangkat peran perempuan dalam segala bidang.
Sebenarnya permasalahan gender bukan semata persoalan perempuan. Laki-laki pun seharusnya peduli. Hanya saja, karena selama ini kerugian di pihak perempuan lebih banyak maka para bunga bangsa inilah yang terus berkoar-koar. Upaya inilah yang dilakukan oleh Forum Peduli Perempuan. Komunitas yang tidak ingin terikat sebagai sebuah organisasi ini terdiri dari perempuan-perempuan aktif ITB dari angkatan 2001-2003. Komunitas ini terbentuk atas kesadaran untuk memberikan pencerdasan bagi perempuan. Mahasiswi-mahasiswi ITB memang sudah pintar-pintar, tapi hanya sedikit yang tahu betul mengenai permasalahan gender. Komunitas ini akan terus membuat diskusi-diskusi yang membahas permasalahan perempuan tiap hari Jum’at sore.
(ima)