Webinar SITH ITB Bahas Penggunaan Model Hewan untuk Uji Vaksin

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Dalam rangka memperingati Hari Hepatitis Sedunia, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman-BRIN bekerja sama dengan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengadakan webinar pada Rabu (26/7/2023). Diselenggarakan melalui Zoom Meeting, webinar ini berfokus pada isu-isu terkini mengenai biologi molekuler dan bioteknologi dalam penelitian virus hepatitis.

Salah satu narasumber yang hadir yaitu Marselina Irasonia Tan, Ph. D, dosen dari Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika, SITH ITB. Marselina menyampaikan materi yang berjudul “Penggunaan Model Hewan untuk Uji Vaksin”.

Dalam presentasinya, Marselina menjelaskan mengenai pentingnya hewan model dalam penelitian pengembangan vaksin. Penggunaan hewan model diperlukan untuk memahami patogenesis (mekanisme penyakit) suatu penyakit dan membantu mengidentifikasi bagaimana vaksin dapat dikembangkan dengan tepat. Hewan model juga memainkan peran penting dalam penentuan dosis, formulasi vaksin, dan evaluasi efikasi vaksin pada tahap awal pengembangan.


Marselina menyampaikan bahwa beberapa hewan yang umumnya digunakan sebagai model untuk uji vaksin hepatitis B adalah simpanse, tupai, marmut, dan mencit. “Namun, ada beberapa hewan yang tidak memiliki reseptor yang tepat untuk virus hepatitis B, sehingga memerlukan modifikasi genetik atau menggunakan sel yang lebih sesuai untuk penelitian lebih lanjut,” jelasnya.

Lebih lanjut, Marselina juga membahas tentang potensi penggunaan hewan model untuk pengembangan vaksin terapi hepatitis B dan hepatitis C. Vaksin terapi menargetkan penyembuhan pada individu yang telah terinfeksi dengan virus, dan para peneliti sedang mencari metode yang lebih efektif untuk mengobati penyakit ini.

Dalam diskusi yang berlangsung, terdapat pertanyaan tentang kemungkinan pengembangan vaksin berbasis probiotik untuk penyembuhan hepatitis B. Marselina menyatakan bahwa pengembangan vaksin terapi hepatitis B berbasis probiotik memungkinkan dan telah menarik minat para peneliti. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan teknologi ini.

Diskusi berikutnya membahas kemungkinan ekspresi protein HBsAg secara ekstraseluler. Marselina menyebut bahwa HBsAg adalah protein unik yang cenderung sulit diekspresikan secara ekstraseluler. Hal ini menyulitkan pembentukan partikel vaksin yang diinginkan. Namun, para peneliti sedang mencari cara untuk mengatasi masalah ini melalui teknologi rekayasa genetika yang lebih maju.

Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)