Rektor ITB Sampaikan Pandangan dalam Forum Debriefing BPPK Kemenlu RI

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

BANDUNG, itb.ac.id--Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menghadiri acara Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI pada Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK), Kementerian Luar Negeri RI, Jumat (9/4/2021) secara daring.

Pada acara tersebut, Rektor menyampaikan pandangannya mengenai dimensi antarbangsa di sektor perguruan tinggi. Ia mengatakan bahwa berbagai permasalahan yang menjadi tema pembelajaran di kelas, ataupun topik penelitian mahasiswa, memiliki dimensi antarbangsa. Beberapa contohnya adalah permasalahan perubahan iklim global, energi baru/terbarukan, ketahanan pangan, pembangunan berkelanjutan, Io/Nano-teknologi, dan transformasi digital, serta mitigas.

Prof. Reini melanjutkan, secara umum dapat dikatakan bahwa berbagai permasalahan pembangunan, kini semakin memiliki dimensi antarbangsa, meskipun faktor-faktor nasional dan lokal akan memberi warna yang khusus terhadap permasalahan tersebut. Oleh karena ini, upaya-upaya pembelajaran dan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu memperhatikan berbagai faktor lokal, nasional, serta dimensi antarbangsa.

"Menurut hemat saya, interaksi antarbangsa akan menjadi faktor yang semakin penting dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, baik untuk merespon dinamika antarbangsa, maupun untuk menjawab permasalahan nasional dan lokal. Kami di ITB merumuskan hal ini dengan mengusung slogan ‘Globally Respected, Locally Relevant’," ujarnya.

Sementara itu, lanjut Prof. Reini, dalam World Class University (WCU), interaksi dan kerjasama antarbangsa merupakan faktor yang utama. WCU mendorong kampus-kampus untuk memperluas dan mempererat kerja sama secara lintas-bangsa. Kerja sama antarbangsa, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber pembelajaran yang kaya dan penting bagi para mahasiswa. "Saya percaya bahwa Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia memiliki peranan yang strategis dalam memfasilitasi dan memperluas kerjasama antarbangsa di sektor pendidikan tinggi," jelas Rektor.

Pada acara ini pula berisi paparan dari Keynote Speaker yaitu Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mahendra Siregar. Ia mengemukakan bahwa beberapa tahun ke belakang sering terjadi peristiwa yang mewarnai hubungan Indonesia dengan luar negeri. "10 tahun terakhir ini hubungan dan dinamika dunia dan antarnegera semakin dinamis dan penuh tantangan apalagi dengan perkembangan terakhir yaitu pandemi COVID-19," ucapnya.

Menurutnya, beberapa perkembangan yang dapat dilihat oleh kita semua dengan jelas yaitu sentimen nasionalisme di banyak negara yang semakin marak. Bahkan di tengah pandemi, sentimen nasionalisme terlihat makin jelas termasuk yang saat ini adalah dalam kondisi pengadaan dan distribusi vaksin di tingkat internasional.

"Kebijakan potilik indonesia bebas-aktif, terbukti bukan hanya relevan tetapi makin efektif dan sesuai dengan konteks saat ini. Strategi dan pelaksanaannya dilakukan dalam berbagai pola di berbagai level," ucapnya. Di samping itu Kemenlu tetap melaksanaan kegiatannya dalam rangka menjalin hubungan diplomasi dan bilateral, bahkan multilateral dengan negara-negara lain.