Workshop Pelatihan Jurnalistik Se-Bandung Raya

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Minggu, 27 Februari kemarin, Pelatihan Jurnalistik Se-Bandung Raya yang diselenggarakan oleh empat unit Pers ITB sekaligus, Pers Mahasiswa ITB, Boulevard, Lentera Gamais, dan Tim Pers KM ditutup oleh workshop pembuatan majalah. Diundang dalam workshop ini adalah tim lay out dari Majalah Gatra. Kedatangan Iwhan dan stafnya, Roy dan Amin, membuat suasana workshop di Comlabs ITB menjadi bergairah. Iwhan banyak memberikan masukan mengenai bagaimana mengatur tata letak dalam sebuah penerbitan majalah. Materi diberikan secara umum mengenai konsep 'partitur' dalam penerbitan, dan juga secara khusus, seperti tata letak laporan utama serta data-data pendukung dan pembuatan logo majalah yang mencerminkan visi majalah. Secara khusus, juga diberikan bahan khusus mengenai pembuatan cover. Iwhan sebagai koordinator lay out Gatra banyak memberikan pengetahuan baru yang hanya dapat didapatkan dari kenyataan pekerjaan dalam penerbitan majalah yang profesional. Contohnya adalah beda peran-peran visualizer, desainer, serta ilustrator dan bagaimana komunikasi antara tim redaksi dan tim lay out seharusnya berjalan. Acara dimulai dengan materi dari Iwhan yang diset sebagai sebuah diskusi. Peserta boleh memberikan tanggapan dan pertanyaan secara langsung. Tampak, para peserta memberikan pertanyaan demi pertanyaan dengan antusias. Di awal, memang tidak semua materi diberikan. "Kalau semua diberikan, nanti peserta minder dan saat workshop mereka akan memaksa untuk mengubah banyak hal yang ternyata salah," kata Iwhan. Setelah materi, workshop pun dimulai. Seminggu yang lalu, pada hari ketiga pelatihan, 20 Februari 2005, ke-70 peserta telah dibagi menjadi 10 kelompok. Mereka telah diberikan tugas untuk membuat sebuah majalah kecil berukuran A5, 16 halaman. Panitia telah menugasi para peserta untuk membuat konsep lay out, juga boleh membuat semacam 'template'. Beberapa kelompok tampak sudah mempersiapkan artikel dan konsep lay out sehingga pekerjaan mereka cepat dan baik. Workshop dilaksanakan selama sekitar 2,5 jam. Memang, waktu yang disediakan memang pendek dan diakui tidak mencukupi untuk menjadikan sebuah majalah yang benar-benar teliti dan rapi. Namun, setelah berdiskusi dengan Iwhan, dkk, panitia memutuskan untuk tetap menetapkan waktu workshop selama 2,5 jam. "Yang penting kerjakan cover dan dua halaman utama," ujar Iwhan. Saat break makan siang, panitia segera mencetak hasil workshop supaya setelah break makan siang, majalah mini buatan para peserta dapat segera dievaluasi. Sebelum masing-masing majalah dievaluasi dan dikritisi oleh Iwhan,dkk, diberikan pula pengenalan dan pelatihan terhadap Quack Express, sebuah software publikasi yang direkomendasikan oleh tim lay out Gatra ini. Rekomendasi terhadap software ini dikarenakan Quack Express akan dapat memenuhi kebutuhan penerbitan yang waktu lay-outing-nya sempit dan sifatnya berita. "Saya rasa hampir semua penerbitan majalah berita menggunakan Quack Express," tandas Iwhan, "Tapi, umumnya penerbitan menggunakan Machintos, bukan PC." Di akhir evaluasi, dipilih tiga majalah mini favorit. "Dalam lay out, tidak ada kata terbaik." kata Iwhan, "Semacam ada garis merah. Nah,ada kelompok yang sudah melampaui garis ini, dan ada yang belum. Itu saja." Workshop ini menutup empat hari rangkaian Pelatihan Jurnalistik se-Bandung Raya, yang diselenggarakan 18, 19, 20 Februari lalu. antonius krisna murti